Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Selama Memesrai Momentum Ramadan Gairah Pelaku Bisnis Bergulir Terus sampai Tibanya Hari Raya

14 Maret 2024   07:06 Diperbarui: 22 Maret 2024   16:46 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang makanan menggelar dagangan takjil di samping Pasar Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (8/5/2019) (KOMPAS.com/Garry Lotulung)

Dari sisi harga, mereka berlomba-lomba menetapkan harga yang dapat menggoda konsumen, bagi pelaku bisnis yang mengusahakan gerai ritel modern, mereka berlomba-lomba menawarkan diskon (discount), "tebus murah", beli satu dapat dua, beli dua dapat tiga, mengemas produk/barang yang dijualnya dalam bentuk harga paket, dan seterusnya.

Kemudian, di kalangan pelaku bisnis akan ramai menawarkan harga paket, baik bagi pelaku bisnis skala besar maupun pelaku bisnis skala kecil dan atau pedagang K-5. Misalnya; paket membeli satu mendapatkan dua unit, hanya cukup dengan membayar harga satu unitnya, membeli 10 cukup membayar dengan harga 9 unit saja, dan berbagai harga paket lainnya.

Dari sisi promosi, mereka melakukan strategi promosi yang dapat menggiring konsumen untuk tergoda yang pada akhirnya jatuh cinta untuk membeli. Seperti yang sebelumnya saya sinyalir, bahwa pelaku bisnis berlomba-lomba memanfaatkan monentum Ramadan dengan "menjual Ramadan". 

Ada yang membuat konten iklannya dengan ucapan Ramadan; "Selamat Menjalankan Ibadah Puasa". Ada yang menghias etalase atau ruang bisnisnya dengan nuansa Ramadan atau nuansa Islami; memajang "beduk", membuat miniatur ka'bah, membuat disply suasana Ramadan atau suasana Islami, dan seterusnya dengan tujuan agar semua mata memandang dan agar konsumen terbawak ke suasana Ramadan atau suasana Islami. Strategi ini dilakukan semua pelaku bisnis yang ada, baik pelaku bisnis muslim maupun pelaku bisnis non muslim.

Menambah Jam Buka.

Jika pelaku bisnis skala kecil atau pelaku bisnis dadakan di bulan Ramadan hanya buka sore hari sampai menjelang waktu berbuka, mulai buka sekitar jam 16.00 WIB sampai dengan jam 19.00 WIB, karena mereka hanya "meng-hunting" di kampung-kampung, konsumen yang akan membeli kebutuhan makanan/minuman untuk kebutuhan berbuka puasa saja.

Namun, lain hal dengan dengan pelaku bisnis skala besar yang terkadang menambah jam buka. Pelaku bisnis skala kecil pun ada yang menambah jam buka tersebut, namun tidak banyak. 

Misalnya; Mal biasanya buka dari pukul 10,00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB, sepanjang Romadhon mereka menambah jam buka sampai buka larut malam. Bahkan ada yang membuka unit bisnisnya sepanjang hari (24 jam).

Dalam praktiknya pun sering kita jumpai, pada hari-hari biasa gerai ritel modern, supermarket dan mal biasanya diperbolehkan buka jam 10.00 WIB, terkadang dalam menyambut Ramadan ini mereka buka lebih awal, terlepas jam buka tersebut melanggar ketentuan atau tidak.

Antisipasi Konsumen Membludak.

Biasanya berdasarkan pengalaman tahun-tahun lalu, konsumen mulai ramai berbelanja seminggu menjelang bahkan puncaknya dua-tiga hari menjelang tibanya hari raya Idulfitri. 

Nah, biasanya pelaku bisnis yang melakoni bisnisnya tersebut mulai kewalahan melayani konsumen yang mulai ramai dan atau "berjubel" tersebut, sampai-sampai jalan pun ikut macet.

Untuk mengantisipai hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlu adanya perhatian dan campur tangan pihak yang berwenang dalam mengatur atau menciptakan kondisi kondusif di pasar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun