Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Iklan "Mu" Menakutkan tetapi Memberi Dampak "Menguatkan" Keberadaan Produk "Mu"!

2 Februari 2024   06:19 Diperbarui: 2 Februari 2024   06:19 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Sehingga, tidak heran kalau mereka yang kena boikot tersebut ramai-ramai membuat iklan produk mereka dalam untuk "menguatkan keberadaan" produk dan atau unit bisnis mereka.

Bisa saja pelaku bisnis yang mengiklankan produknya tersebut berkilah; "kami telah memberi tahu, dalam konten iklan kami, bahwa produk ini atau produk itu yang kami produksi memberi dampak negatif terhadap kesehatan. Tetapi, konsumen sendiri yang masih mau membeli-nya!

Bagaimana Sebaiknya?

Bila disimak secara seksama,  disatu sisi bahwa produk-produk yang memberi dampak negatif bagi kesehatan diupayakan untuk dilarang dijual atau diedarkan alias produksinya dihentikan, namun disisi lain bahwa produk-produk yang memberi dampak negatif bagi kesehatan tersebut justru tidak kecil kontribusinya bagi negeri ini, dapat mendongkrak pendapatan negeri ini (cukai), pelaku bisnis-nya tidak sedikit menyerap tenaga kerja, dan dapat melibatkan pihak lain yang mendukung kelancaran proses produksi dan atau sebagai pemasok bahan baku untuk menghasilkan produk tersebut.

Lantas, bagaimana sebaiknya? Menurut hemat saya, agar buah simalakama ini tidak menjadi "bumerang" atau tidak tertelan bagi kita semua, bagi negeri ini, paling tidak ada jalan tengah yang bisa kita lakukan atau kita sikapi.

Misalnya dengan jalan terus menaikkan cukai rokok yang berimbas pada kenaikan harga rokok. Namun langkah ini tidak banyak memberi aspek "jera" bagi pecandu terhadap produk tersebut, yang ada, konsumen yang mengkonsumsi-nya justru masih tetap saja membeli produk tersbut.

Dengan jalan mengatur kembali pelaku bisnis yang memproduksi produk tersebut dengan jalan membatasi produksi. Namun, harus hati-hati, karena akan berdampak terhadap tenaga kerja dan pemasok bahan baku.

Dengan jalan memberi efek jera bagi konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut diruang-ruang publik atau di alam terbuka, mereka diperbolehkan mengkonsumsi produk tersebut diruang khusus atau ruangan tertentu, jika melanggar akan diberikan sanksi yang ketat dan benar-benar harus diberlakukan, jangan hanya di atas kertas saja. Tidak ada salahnya, kita mencontoh negeri yang sudah memberlakukan ini.

Terkahir, yang tidk kalah pentingnya adalah bagaimana mendorong komitmen petinggi negeri ini yang berkompeten dibidangnya tersebut, untuk mengatasi dilema yang timbul disekitar peroslaan yang satu ini, agar pelaku bisnis yang memperoduski produk tersebut tidak dirugikan, konsumen berangsur sadar, anak negeri ini yang tidak mengkonsumsi produk tersebut tidak terkena dampak buruk yang ditimbulkan bila konsumen mengkonsumsi produk tersebut (menghisap asap/polusi) dan aspek ketenagakerjaan dan pemasok yang kita khawatirkan akan terganggu tersebut dapat dieliminir.Kita dihadapkan kondisi sulit, membunuh tidak mematikan atau membunuh banyak yang mati? Selamat Berjuang!!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun