Menurut Gubernur BI penurunan tersebut karena adanya kebutuhan untuk menahan tekanan global itu sendiri. (lihat Arrijal Rachman dalam cnbcIndonesia.com, 13 November 2023.
Kedua: Kegiatan ekspor harus gencar dan terus ditingkatkan.
Kegiatan ekspor di negeri ini selama pandemi bahkan pasca pandemi masih tergolong rendah, bila dikaitkan dengan potensi ekspor yang bisa kita lakukan.Â
Rendahnya ekspor tersebut karena ada beberapa hambatan dalam kegiatan ekspor, lemahnya industri manufaktur, hambatan dalam menentukan/membidik negara tujuan ekspor (ruangguru.com).Â
Kemudian saya mencermati bahwa yang mendasar sebagai penyebab rendahnya nilai ekspor negeri ini, karena negeri ini melakukan ekspor dominan produk primer, kedepan ekspor produk sekunder dan tersier harus diperbanyak.
Ketiga: Pengawasan lalu lintas mata uang asing yang masuk dan keluar.
Ini mesti ditingkatkan atau pengawasan harus lebih ketat lagi. Pengawasan ini penting, baik dimasa normal, terlebih ketika ada gonjang ganjing i pemicu meingkatnya nilai tukar dolar AS tersebut.Â
Langkah mengebalikan sistem kurs pun, menurut saya saat ini masih diperlukan. Tidak ada salah-nya bila petinggi negeri ini menerapkan kembali yang pernah dilakukan Presiden Soeharto pada saat itu yakni "kontrol nilai tukar atau kurs".
Keempa:. Bujukan moral (moral suasion) untuk mengajak anak negeri ini menjaga kestabilan nilai tukar.
Terutama kepada pelaku bisnis masih perlu digaungkan. Saya ingat pada saat reformasi bergaung, ada petinggi negeri ini menghimbau berupa bujukan moral (moral suasion) agar anak negeri ini "mencintai rupiah".Â
Mungkin maksudnya hibauan ini lebih tepatnya ditujukan untuk anak negeri ini yang "kaya", dan/atau "sering berbelanja keluar negeri" yang secara dominan bertransaksi menggunakan dolar AS.