Jika sudah begini, wajar kalau masyarakat enggan menggunakan trotoar atau masyarakat yang menggunakan trotoar terganggu dengan unit bangunan yang ada di badan trotoar, belum lagi terkadang di badan trotoar ada pohon sebagai penghalangnya.
Kemudian, fasilitas publik berupa jembatan penyeberangan. Bisanya bila kita menggunakan jembatan penyeberangan, kita harus berhati-hati karena badan jembatan sudah ada yang berlubang, tergenang air, ada sampahnya, kotor, dan seterusnya.Â
Jangan heran, jika masyarakat lebih suka menyeberang jalan melalui jalan raya ketimbang menyeberang menggunakan jembatan penyeberangan. Jika sudah begini, akan mengancam keselamatan jiwa mereka sendiri dan membahayakan pengendara di jalan.
Begitu juga dengan WC/toilet umum. Jika kita mau menggunakan WC/toilet umum, tidak sedikit pengguna yang sebelum menggunakannya dibayangi suasana WC/toilet yang tidak nyaman, bau, kotor, dan minim air. Sehingga, tidak heran, jika pengguna WC/toilet umum, selama di berada dalam WC/toilet menutup hidung dan atau begitu masuk ke dalam WC/toilet tergesa-gesa untuk keluar karena tidak tahan dengan bau yang menyengat.
Begitu juga dengan fasilitas publik yang lain, hampir tidak dirawat bahkan tidak dirawat sama sekali, sehingga tidak heran, jika fasilitas publik tersebut terbengkalai, tidak dimanfaatkan, dan lama kelamaan rusak, hancur bahkan hilang.
Perlakukan sebagai Produk Bisnis
Fasilitas publik yang kita sediakan tersebut, tidak diformat sebagai produk bisnis, sehingga fasilitas publik tersebut kita posisikan semata-mata sebagai produk publik yang setelah dibangun/disediakan tidak perlu "diapa-apa kan lagi", tidak perlu disediakan pelayannya, tidak perlu direhabilitasi, tidak perlu dipelihara.Â
Jika demikian, maka wajar, kalau fasilitas publik tidak memberikan kepuasan maksimal bagi konsumen (pihak yang menggunakannya).
Padahal fasilitas publik tersebut, tak ubahnya sebagai suatu produk yang diproduksi oleh pelaku bisnis, sebagai suatu produk publik yang harus diformat sebagai produk bisnis, sehingga dalam menyediakan/menawarkan produk publik tersebut, harus diformat seperti kita menawarkan produk bisnis, harus ada upaya bagaimana supaya konsumen mau membeli/menggunakan produk tersebut dan supaya konsumen mendapatkan kepuasan dalam pelayanan yang kita berikan/tawarkan terhadap produk publik tersebut.
Pengamalan saya, setiap bepergian, pada saat berada di bandara, terutama bandara yang berkapasitas internasional, saya tidak ragu dan merasa senang menggunakan fasilitas publik yang disediakan di sana, seperti WC/toilet.Â
Ketika kita sudah mendekati lokasi toilet, kita sudah disambut pelayan (penjaga toilet) dengan ucapan/sapaan; "Silahkan Pak/Buk Toliletnya" atau "Silakan Pak-Silakan Buk".Â