Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pelaku Bisnis Perlu Melakukan Strategi Promosi "Jitu" Dalam Mengantisipasi Persaingan "Sengit" Saat Ini

23 September 2023   07:00 Diperbarui: 26 September 2023   04:11 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Oleh Amidi

Pelaku Bisnis dalam merealisasikan target penjualan senantiasa melakukan berbagai langkah termasuklah melakukan berbagai strategi promosi dalam melakoni bisnis-nya.

Bila kita cermati, berbagai strategi promosi yang mereka lakukan tersebut  adalah  dalam rangka mengantisipasi persaingan "sengit" yang timbul saat ini. Hal ini dilakukan mereka, karena  bermunculannya pelaku bisnis baru yang masuk pasar dan semakin banyaknya produk baru yang sejenis, sehingga tidak  heran kalau mereka melakukan berbagai startegi promosi untuk saling mempertahankan dan saling mengungguli produk yang akan mereka tawarkan.

Agar promosi yang kita lakukan tersebut mengena dan efektif, maka mau tidak mau kita harus melakukan strategi promosi "jitu", terutama dalam mengantisipasi persaingan yang semakin "sengit" saat ini.

Ardito Wahyu,    mensinyalir ada beberapa strategi promosi "jitu" yang dapat dilakukan oleh pelaku bisnis, yakni; Kenali Target Pasar, Buat Peta Konsep untuk Pemasaran, Masuk Komunitas Bisnis, Gunakan Media Sosial,  Lakukan Endrosement, Membuat Website, Buat Video Promosi, Berikan Diskon Khusus,  Lakukan Giveaway,  Gunakan Marketpalce. (lebih lengkap lihat Ardito Wahyu dalam mitra.bukalapak.co, 23 Maret 2022)

Dalam prakteknya, saya  melihat bahwa stategi promosi yang dilakukan pelaku bisnis  terus berkembang dan menyesuaikan dengan kondisi pasar yang ada,  saya menyaksikan sendiri bahwa dalam praktiknya beragam strategi promosi yang mengemuka dilapangan. Kemudian hampir semua pelaku bisnis dengan berbagai bidang bisnis-nya telah melakukan startegi promosinya sendiri-sendiri bahkan tidak jarang mereka melibatkan tenaga penjual.

Misalnya, pengalaman saya pada saat berbelanja di salah satu gerai ritel modern, salah satu produk yang beli,  air mineral merek tertentu, pada saat saya antri di kasir, kasir menawarkan, "bapak  beli air mineral merek ini saja, karena apabila bapak membeli dua  botol isi 600 ml hanya Rp. 5.000,- ". Hal itu mereka lakukan, karena dua botol air meneral yang saya beli dengan isi botol yang sama harganya lebih mahal (Rp. 8.000,-) . Nah, dari fenomena ini, jika konsumen tergoda, maka konsumen akan berubah pilihan yang tadinya konsumen akan membeli air meniral merek tertentu, berubah membeli air mineral merek lain.

Mengapa strategi promosi seperti itu mereka lakukan, terlepas dari pesanan pemilik gerai atau pesanan distributor air mineral yang sengaja untuk menggiring agar konsumen membeli produknya, yang jelas hal ini merupakan suatu strategi "jitu"  yang berdampak  "dahsyat",  karena mampu menggoda konsumen.

Dengan konsumen beralih pada merek air mineral yang dipromosikan tersebut, maka mereka sudah berhasil menggirng konsumen agar kembali setia dengan air mineral yang sudah menjadi idamannya selama ini. Dalam perkembangannya, air mineral yang saya beli tersebut terbilang pendatang baru dan mampu menggaet banyak konsumen dan mampu menggeser "image" konsumen terhadap air mineral yang sudah memimpin pasar sebelumnya.

Jika kita simak, itu baru satu unit bisnis saja, sudah melakukan berbagai stratgi promosi "jitu"  yang  akan menggoda dan menggiring konsumen agar tetap setia dan terus membeli pada unit bisnis mereka.

Strategi promosi "jitu" yang menggoda tersebut dilakukan pula oleh unit bisnis yang lain, seperti bisnis dibidang properti/perumahan, dibidang obat herbal, dibidang  jasa keuangan (bank), dibidang perdagangan, dibidang otomotif, dibidang pendidikan, termasuk UMKM dan seterusnya.

Dibidang properti/perumahan. Pelaku bisnisnya  melakukan strategi promosi  dengan memberikan  hadiah langsung berupa barang berharga, mobil, motor dan barang lainnya serta iming-iming DP murah atau tanpa DP.

Dibidang obat herbal. Pelaku bisnisnya melakukan strategi promosi dengan membuat konten-konten kesahatan, seperti "jangan biarkan penyakit maag  mengganggu aktifitas keseharian Anda" atau  "Anda mau sembuh dari penyakit maag, silakan baca artikel berikut ini". Nah, setelah kita membaca  artikel tersebut, nanti pada bagian akhir ada penawaran obat maag herbal. Dengan demikian, maka konsumen dipaksa untuk mengetahui obat herbal yang mereka tawarkan tersebut, terlepas konsumen tersebut langsung membli atau tidak, yang jelas konsumen sudah menerima informasi tentang obat herbal tersebut, dengan harapan konsumen akan tergoda dan pada suatu saat akan membeli.

Dibidang Jasa keuangan (bank). Pelaku bisnisnya melakukan strategi promosi dengan menawarkan bunga nol persen untuk kredit kendaraan. Ini sangat menggoda sekali, spintas bank tersebut tidak mengenakan bunga, padahal dalam hitungan tehnis-nya tetap saja bank mengenakan jasa kredit . Pada bagian lain mereka juga memberikan hadiah mobil atau rumah kepada nasabah yang setia menjadi nasabah dengan jalan diundi. Kemudian ada bank yang mengimingi nasabah, "jika saldo tabungan Anda akhir bulan  sejumlah tertentu, Anda akan mendapat tambahan jasa sebesar nilai tertentu pula".

Dibidang perdagangan. Pelaku bisnisnya melakukan strategi promosi  dengan memberi potongan harga (discount),  misalnya perdagangan bahan bangunan sampai memberikan potongan harga sebesar 50 persen. Dibidang perdagangan lain pun demikian, ada yang menjual produk dengan menawarkan membeli 2 unit gratis 1 unit atau membeli 3 unit cukup membayar dengan harga 2 unit saja, dan seterusnya.

Dibidang otomotif. Pelaku bisnsinya melakukan strategi promosi dengan menawarkan DP kredit mobil sangat ringan sekali, misalnya  DP kredit mobil hanya  sebesar Rp. 5.000.000,- , Anda sudah bisa membawa pulang mobil. Begitu juga dengan DP kredit motor,  cukup dengan  membayar DP Rp. 500.000,- , Anda sudah bisa membawa pulang motor.

Dibidang pendidikan. Pelaku bisnisnya melakukan strategi promosi secara jor-jor-an, seperti di Palembang ada pelaku bisnis bidang pendidikan yang melakukan strategi promosi dengan mem-brading dirinya "kuliah tanpa PR", atau calon mahasiswa yang mendaftar 100 orang pertama akan dibebaskan biaya pendaftaran dan seterusnya.

Tidak hanya itu, UMKM pun tidak mau ketinggalan melakukan strategi promosi "jitu" tersebut. Secara umum, biasanya promosi yang dilakukan pelaku bisnis adalah memberikan potongan harga (discount), Namun dengan startegi promosi yang senada namun cukup ampuh menggoda. Misalnya ada UMKM bidang loundry melakukan promosi "potongan 1 kg", artinya apabila kita mencuci pakaian sebanyak/seberat 10 kg, maka kita cukup membayar jasa cucian hanya 9 kg, tinggal dikalikan  dengan harga per kg saja.

KPPU dan Pihak Kompeten harus Sigap.

Dalam menyikapi strategi promosi "jitu" tersebut paling tidak ada beberapa pihak yang harus mencermati kegiatan pemasaran  yang satu ini, pihak pelaku bisnis itu sendiri, terutama yang belum melakukan strategi promosi "jitu" tersebut, pihak Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) dan pihak yang berkompeten lainnya.

Pihak pelaku usaha yang belum melakukan strategi promosi "jitu" tersebut, segeralah melakukannya dan usahakan jangan meniru yang sudah dilakukan  pelaku bisnis sebelumnya, bila perlu lakukan stratgei promosi "jitu" lain yang mampu menggoda konsumen sampai komsumen jatuh cinta dan membeli produk yang kita tawarkan.

Menurut hemat saya, strategi promosi "jitu" yang  harus kita lakukan ke depan adalah suatu strategi yang membuat konsumen tidak merasa mereka "didikte", namun kita sudah berhasil melakukan strategi promosi "jitu" tersebut. Misalnya pelaku usaha yang memproduksi makanan (roti/biskuit), dalam rangka membangkitkan kembali kepercayaan dan keyakinan nasabah terhadap produk kita yang terkena image negatif, misalnya diisukan mengandung bahan melamin, maka strategi promosi yang harus kita lakukan segera membangkitkan kembali kepercayaan dan keyakinan konsumen bahwa prouk kita tersebut sehat.

Dalam hal ini, dilakukanlah strategi promosi tersebut, berupa iklan yang sama dengan sebelumnya, baik pelaku maupun tehnis iklannya, hanya menambahkan kata pamungkas, "si pelaku iklan sambil mengelus anaknya dan anaknya sambil menyantap biskuit tersebut, ia berujar; "saya sayang dengan anak saya". Kalimat pamungkas ini mampu membangkitkan kembali kepercayaan dan keyakinan konsumen, sehingga pasca iklan diperbaharui tersebut volume penjualannya mulai meningkat kembali.

Begitu juga bila kita ingin melakukan strategi promosi dengan menggiring konsumen yang sudah setia berpindah kelain hati, agar ia kembali tetap setia, bukan kita justru mendikte konsumen seperti contoh di atas. Menurut saya,setidaknya strategi promosi "jitu" yang harus kita lakukan (jika makanan) adalah bagaimana kita meyakinkan konsumen bahwa produk yang kita tawarkan tersebut aman bagi kesehatan, memberi dampak baik bagi kelangsungan hidup konsumen dengan konten iklan yang sedemikian rupa. Dengan demikian, konsumen merasa tidak didikte dan konsumen tetap tergoda.

Untuk mengantisipasi persaingan yang tidak sehat, KKPU harus pro aktif untuk mengwasi kegiatan pemasaran terasuk strategi promosi yang mereka lakukan agar tidak terjadi pelanggaran etika bisnis dan tidak terjadi sengeketa bisnis.

Menurut hemat saya, KKPU dan pihak berkompeten lainnya, maaf hanya sharing, harus memahami mana konten atau model iklan yang etis dan tidak etis, mana yang melanggar mana yang tidak, silakan pelaku bisnis melakukan berbagai strategi promosi dalam melakoni bisnisnya, asal sesuai dengan etika bisnis yang berlaku. Jika terjadi penyimpangan, maka segera dilakukan tindakan dalam rangka perbaikan demi memesrakan antara konsumen dengan pelaku bisnis itu sendiri. Selamat Berjuang!!!!!!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun