Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Pelaku Usaha Monopoli dan Oligopoli Jangan Dilawan, Namun Sebaiknya Jadikan Kawan

15 Februari 2023   15:32 Diperbarui: 17 Februari 2023   07:15 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi para pekerja di industri di lapangan. (sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com) 

Saat ini PLN semakin ketat dalam hal tagihan, jika anak negeri ini terlambat beberapa hari saja membayar tagihan listrik bulanan, maka dengan serta merta petugas akan mendatangi rumah bahkan akan mengancam untuk memutuskan aliran listrik. 

Pengalaman seorang penulis Kompasina.com sekaligus pengamat ekonomi, bulan lalu, entah mengapa pada tanggal 15 Januari lalu, saat ia mau membayar tagihan listrik dengan menggunakan jasa ATM tertulis "belum ada tagihan".

Awalnya ia kaget, apa sudah ada yang membayarnya, Ia konfrimasi kepada anggota keluarganya, mereka tidak membayarnya, karena sibuk akhirnya ia lupa mencoba kembali untuk membayar.

Eh, pada tanggal 20 Januarinya sudah ada petugas yang datang ke rumah menanyakan tagihan tersebut. Ia ditelpon dari anggota keluarganya dari rumah (karena ia masih dikantor) anggota keluarganya menayakan apakah kita sudah membayar tagihan, oh ya saya lupa katanya.

Pada saat itu ia mencoba membayar melalui aplikasi bank di HP nya, akhirnya berhasil. Keseokan harinya, petugas datang lagi ke rumah, katanya tagihan belum masuk, ia ditelpon kembali oleh anggota kerluarganya yang berada di rumah, menyatakan ada lagi petugas PLN yang menyatakan kita belum bayar.

Singkat cerita bukti pembayaran tersebut ia WA kan ke HP anggota keluarganya yang ada dirumah untuk diperlihatkan kepada petugas bahwa memang benar sudah bayar, baru petugas tersebut percaya, kalau tidak meteran/instalasi listrik mau diputus.

Mungkin pengalaman salah satu anak negeri ini, dialami juga oleh anak negeri ini yang lain, inilah salah satu contoh dinamika pelaku usaha yang bergerak dalam pasar persaingan tidak sempurna (monopoli) yang mempunyai kekuatan alias kekuasaan. Begitu juga pelaku usaha yang berberak dalam pasar oligopoli.

Lagi-lagi pengalaman seorang penulis Kompasiana.com sekaligus pengamat ekonomi, pada salah satu perusahaan provider kartu sim, waktu itu belum ada pulsa dengan sistem "paket" seperti saat ini. 

Pada suatu saat ia akan membayar tagihan pulsa pasca bayar kartu sim-nya, dengan membayar secara cash di kasir.

Pada saat kasir membuka aplikasi tagihan ternyata ia harus membayar Rp. 2 jutaan lebih untuk pemakaian satu bulan, ia kaget, ia merasa tidak menggunakan internet, kasir mengatakan kemungkinan aplikasi "data" pada HP bapak terbuka, pulsa berjelan terus.

Dari peristiwa ini, kita selaku konsumen berada pada posisi lemah. Jika kita tidak melakukan pembayaran, kartu sim kita akan dibelokir, sehingga terpaksa kita harus melakukan pembayaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun