Mohon tunggu...
AMI MUSTAFA
AMI MUSTAFA Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Apalah apalah, jangan ribet! aku sendiri sudah cukup ribet orangnya

Nulis suka-suka, tema suka-suka, konsistensi suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Angin Malam yang Sejuk

15 November 2020   22:23 Diperbarui: 15 November 2020   22:49 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mereka tetap memilih jalan yang tak mereka ketahui kapan akan sampai di mana. Melompat riang bergandengan tangan di antara bunga bermekaran di sana-sini, atau terluka dan menangis sembunyi dalam goresan luka semak dan onak. Bertahan di titik yang kosong dan berpegang pada pohon tanpa daun. Berharap musim semi akan selamanya dan bunga mekar mewangi senantiasa.

Tapi tak ada bunga yang mekar selamanya. Tak ada kisah yang tak akan berakhir. Tak ada yang akan tetap sama. Menggenggam yang nyata saja masih ada kalanya terlepas, apalagi hanya menggenggam khayalan. Kabut pagi perlahan akan membumbung pergi disibak mentari. Teriknya akan melayukan kesegaran kelopak mawar yang kehilangan wangi.

Lalu adakah gunanya air mata untuk sesuatu yang tak pernah jadi milikmu? Kehilangan sesuatu yang tak pernah kau miliki haruskah membuat langkah mu tersungkur? Tapi air mata tetap lah bisa membasahi hati agar tak mengering. Agar hatimu tetap lembut. 

Sebaris demi sebaris garis pemisah yang tergores kian menebal. Genggaman tangan mulai terburai. Menciptakan dinding ragu yang membuat kisah jalan itu semakin semu. Langkah sepi kian tertatih merintih pada kenangan manis yang terkecap. Lalu jalan itu menjadi lengang. Kosong dan datar. Tak ada lagi bunga, tak ada lagi belukar. Tak ada lagi jemari bergenggaman. 

Dan Ayaz hanya bisa menatap Ami dari kejauhan,  yang berjalan sendirian dengan air mata menggenang. Mengenangkan ruang yang kembali kosong itu. Ayaz masih bisa melihat Ami jika Istari mendampinginya, karena Istari yang bisa menembus batas yang dibuat pamannya. Hanya melihat tapi tak terlihat dan tak bisa melakukan apa-apa. Cukup baginya memastikan Ami dalam keadaan baik-baik saja. Dan Ia harus mencukupkan rindunya dengan itu.

                     ******************

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun