Kesiapan panitia bukan hanya dalam mempersiapkan rute tempuh, seperti perbaikan jalan, melainkan sekaligus mempersiapkan materi penyerta yang melibatkan warga sekitar.Â
Tidak tanggung-tanggung. Panitia menyediakan hadiah bagi pemerintah desa. Itu sebabnya ada penghargaan berupa Apresiasi Padat Karya, Ragam Budaya, dan Hiburan. Partisipasi masyarakat di sekitar area lomba terlihat dari banyaknya sekolah, sanggar, dan komunitas yang terlibat.Â
Atas partisipasi tersebut, Desa Wedonartani dan Umbulnartani berhak atas Apresiasi Padat Karya. Adapun Apresiasi Ragam Budaya diterima oleh Desa Sukoharjo dan Titomartani. Sementara itu, Apresiasi Hiburan dianugerahkan kepada Desa Taman Martini, Purwomartani, Selomartani, Widodomartani, dan Maguwoharjo.
Kita kembali pada lari dari kenyataan dan lari maraton. Fakta bahwa banyak di antara kita yang memilih diam, menelan sendiri pahit getir hidup, dan menyimpan rapat-rapat rahasia perih adalah kenyataan yang sering terjadi.
Jika kita ungkapkan nelangsa batin kita kepada orang yang tidak tepat, terkadang kenyataan menambah derita alih-alih meringankan beban. Kadang dituding lemah, kadang disangka tidak berdaya. Ini menyebalkan dan mengesalkan. Apabila derita batin dibiarkan menumpuk, bisa-bisa kita terserang distimia.
Nah, distimia ini adalah bagian dari depresi ringan yang justru berbahaya apabila tidak segera kita sembuhkan. Ambil contoh sederhana: dimarahi bos gara-gara hal sepele, melihat mantan menikah, atau diremehkan rekan dekat. Sepele, tetapi tidak boleh kita remehkan. Padahal distimia berbahaya jika tidak disikapi dengan baik dan benar.
Penderita distimia, dikutip dari Mayoclinic, akan kesulitan merasa bahagia. Akibatnya selalu terlihat murung. Lalu susah tidur, kekurangan atau kelebihan nafsu makan, sering merasa bersalah, hingga kehilangan harapan.Â
Distimia akan berbahaya jika tidak diupayakan penyembuhannya. Ibarat kata pepatah: sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Jadi hadapilah dengan lari dari kenyataan untuk kemudian kembali menghadapi masalah.
Satu: Candi Prambanan. Pada masa silam, tersebutlah kisah dua kerajaan yang bertetangga pada masa silam, yakni Kerajaan Pengging dan Prambanan. Raja Pengging memerintah Pengging dengan arif dan bijaksana, sedangkan Prambanan diperintah oleh raksasa perkasa yang sakti mandraguna bernama Prabu Baka.