Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Seri Confession of Fashion (Curahan Hati Bintang Layar Kaca di Atas Atap Senopati)

30 April 2024   16:45 Diperbarui: 30 April 2024   22:02 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Pexels, East Coast Radio dan A Journey Bespoke di olah oleh Canva

Rasanya baru kemarin aku, Bimo , David dan Diana nongkrong bareng di Arabica. Tertawa dan diskusi asyik soal apa saja. Beberapa hari terakhir, aku belum sempat ketemuan dan ngobrol dengan David. Beberapa hari sebelum syuting iklan, waktu ku lebih banyak ngobrol dengan Bimo. Tenang saja. Kami hanya mengobrol. Bagaimana perasaanku hari ini?. Gak karuan. Tapi setidaknya aku sudah latihan adegan untuk syuting iklan parfum hari ini.

Kami akan syuting di studio mas Aryo. Ternyata, studio mas Aryo adalah rumah nya sendiri. Lokasi nya luar biasa keren banget!. Rumah nya bergaya vila di Bali. Yang di penuhi beberapa tanaman.

Rumah pribadi mas Aryo terletak di belakang rumah utama. Di bagian depan rumah hanya tampak pagar tinggi dan tumbuhan merambat saja. 

Ketika masuk ke dalam, ada dinding semen ekspos estetik bewarna abu-abu dan beberapa tanaman Monstera dan Janda Bolong. Abu-abu dan hijau, ternyata cocok juga. Jadi kami akan syuting di area rumah pertama sebagai latar belakang. Rumah pertama ini di fungsikan sebagai kantor. Dengan bergaya minimalis dan jendela besar - besar.

Sekelilingnya di tanami tanaman sehingga sejuk ketika siang. Di area tengah , terdapat kolam renang. Bagiku ini keren banget, tapi mungkin buat Dimas dan David, rumah ini biasa saja. Sebelum syuting, mas Aryo bilang kepada kami bertiga, agar tidak pulang. 

Mas Aryo memastikan , syuting ini berlangsung hanya 1 hari. Karena tidak banyak adegan dan minim kata - kata. Untuk make up dan busana, aku memakai inspirasi dari pagelaran busana Alexander Wang 2008. Tata make up di buat dramatis dengan eyeliner hitam , deep-toned shadow. Lipstik berwarna merah gelap . Sedangkan tatanan rambut di buat bervolume dan mengembang. Dengan topi rajut persis seperti contoh gambar. 

Ilustrasi Koleksi busana Alexander Wang 2008 (Foto : PopSugar)
Ilustrasi Koleksi busana Alexander Wang 2008 (Foto : PopSugar)
 

Sedangkan busana, bergaya grunge chic, kaus lengan kutung berwarna hitam, rok kulit hitam di bawah dengkul, stoking hitam dengan aksen robek dan sepatu boots berseleting depan semata kaki. 

Ruang make up yang riuh dengan suasana persiapan syuting. Aku berkenalan dengan sang make up artist dan menyimpan nomer ponselnya, yang siapa tau butuh suatu saat. Pagi ini bahkan aku belum bertemu David. 

"Model uda siap belum?", tanya Dimas sambil melihat ke arahku.

"Wih....calon manten", ledek Dimas. 

"Bentar lagi selesai, mas", jawab sang make up artist.

Dimas bahkan terpesona melihatku..

"Ini belom make up manten loh,  lo nikah tar gini aja make up nya", cerocosnya.

Aku hanya tersenyum melihatnya karena grogi. Setelah aku siap dan Dimas mengantarku menuju lokasi utama syuting. Dimas berpesan padaku agar aku tidak perlu overthingking. Karena Dimas akan mengarahkan pose. Jadi aku tidak perlu menghafal adegan per adegan.

Kami sudah sampai di lokasi. Beberapa kru sudah stand by. Kamera, mas Aryo sudah stand by di depan kamera. Aku menyisir pandanganku untuk mencari David. 

"Emang lain ya pembawaannya orang fashion", sapa mas Aryo. Kemudian ia menyemangatiku dengan menggengam tanganku erat. 

"Santai aja ya, jangan panik, ada Dimas nanti di samping kamera", ujar mas Aryo.

Adegan pertama di lakukan oleh David. Tapi aku belum juga menemukannya. Dimas menyenggol lenganku dan melemparkan tatapan mata nya ke arah belakang kamera. Aku mengikuti kemana arah matanya. 

Aku seperti Emily dalam film Devils Wear Prada, ketika ia menatap Andrea yang sudah bertransformasi penampilan menjadi lebih chic. Melihat penampilan David dengan rambut barunya. Ia memotong pendek rambut panjangnya hingga leher, memakai kacamata hitam Rayban Wayfarer , kaus putih, celana jeans hitam dan sepatu Penny Loafers hitam. Inilah wardrobe yang aku usulkan ke mas Aryo. 

He just, smokin hot...

Ia menyapa mas Aryo , beberapa kru dan Dimas. Dan tiba ia menghampiriku. Kami hanya saling bertatapan. Tanpa banyak kata - kata, ia menyemprotkan parfum D Honest ke baju nya , berlebihan. Ia seperti mandi parfum. 

"Oke siap semua ya, David masuk", teriak mas Aryo memberikan perintah.

"Action"!

Tidak lama terdengar musik , sebuah lagu dari Michelle Branch, yang berjudul ; "Everywhere", di putar selama syuting.

Adegan : 

David menyemprotkan parfum ke kaus nya, berjalan sambil memasukan tangannya ke dalam saku celana jeansnya. 

"Oke, sekarang nenggok ke belakang, berenti di titik"and CUT!, seru mas Aryo. 

Setelah berapa langkah. David berhenti melangkah dan menegok ke arah belakang. 

"Manda masuk"!, perintah mas Aryo. Dalam sepersekian detik aku bengong.

"Manda jalan kayak kebingungan ya, kayak mencari - cari seseorang", Dimas mengarahkanku. Ayo Manda kamu bisa!, bisikku dalam hati. 

"Nengok kanan, kiri, stop"!, seru Dimas.

Tiba di sebuah sudut ruangan yang ada di rumah mas Aryo. Sudut ruangan itu dinding dengan ekspos semen yang terdapat tanaman merambat. Aku melihat David di sana. Ia melihat ke arahku dan tersenyum. Aku bisa mencium wangi parfumnya yang ia semprot secara berlebihan. 

"Manda jalan ke arah David. Stop, lepas topi, kibas rambut"! , seru Dimas. 

Aku selalu tergoda dengan parfum ini. Aku berjalan ke arahnya dan mendekatinya, sesuai arahan Dimas. Ketika aku sudah berada di dekatnya. Sudah sangat dekat.

"Tatap mata , senyum"!, perintah Dimas.

"David, keluarin parfum, lihat kamera"! ,  seru mas Aryo pada David. 

David persis seperti cowok Pitti Uomo yang gambarnya pernah aku kirim padanya. Somehow, he is hot. Hottie yang pertama kali aku bertemu gugup melihatnya. Sekarang ia berdiri di depanku dan aku merasa lebih gugup. 

Aku menatap mata nya dan ia juga begitu. Wangi parfum ini memang selalu membiusku. Sesuai instruksi, aku menarik kaos hitam itu dan mendekatkan wajah David padaku. Aku bisa merasakan jari jemariku menarik rambutnya juga. Rambut David yang baru.

"CUT"!, perintah mas Aryo. 

"Kereeeen....."!, seru mas Aryo berteriak di megaphone. 

"Ko potong rambut gak bilang - bilang ?", tanyaku. 

"Gimana, keren kan?", tanya David padaku.

"Hot banget", jawabku sembari mengacak - acak rambutnya dengan iseng. 

"Kenapa sih kamu selalu membuatku berdebar - debar. Terutama pas pertama kali gw liat Manda pemotretan parfum di studio. Awal dari semua ini adalah -parfum yang David buat karena ingin menghipnotis perhatian seseorang", ujarnya tiba - tiba saja ia menarik tanganku.

Teriakan mas Aryo dari jauh dengan megaphone membuat buyar perhatian ku padanya. 

"Manda , David, kita bahas soal iklan di dalem studio ya"!, serunya.

Dimas menghampiri kami berdua.

"Gw ga nyangka, ternyata Manda emang bakat seni peran ya", kata Dimas.

"Gw malah grogi banget dan takut", tukasku. Emang takut. Takut tidak bisa mengontrol perasaan. Melihat si Dave, yang sepanas kopi Vietnam. Atau, sepanas Tom Hardy. Tapi tidak ada yang lebih 'panas' , ketika Dave sedang menunjukkan keahliannya berselancar, tertawa dengan renyah. Dan bermain - main dengan olahraga ekstrim. 

Kru di lokasi syuting mulai merapihkan peralatan. Kami masuk ke dalam studio di dalam ruangan. Studio ini betul-betul fantastis. Di dalam ruangan, kami duduk di ruang tengah , ruangan bergaya tropical. Bangku - bangku dari rotan, meja kayu. Di sudut ruangan terdapat beberapa tanaman Monstera dan Janda Bolong.

"Jadi gimana Manda, syutingnya?, gw gak liat kamu grogi sama sekali dan adegan terakhir itu sebetulnya cuma narik baju aja loh", kata mas Aryo.

"Gw sih mau nya lebih, mas", ujar David sambil tertawa. 

"Di storyboard gak ada adegan narik rambut, tapi bagus sih justru itu kesan sensual dari parfum nya", kata mas Aryo. 

"Oohya - ya?, uhm.... terlena dengan rambut baru nya Dave", sahutku.

"Itu namanya improvisasi , maka nya ini timing nya pas semua. Si David bikin parfum, yang jadi model iklan nya pacar nya, jadi feel nya dapet kan", ujar mas Aryo.

"Bukan pacar , calon bini..", timpal David.

"Wih... uda siap ngelamar dong, tunggu apalagi Manda", ujar mas Aryo.

"Gw juga uda bilang gitu mas, tinggal Manda nya nih...", Dimas ikut - ikutan.

"Cowok ganteng kayak David langka. Uda mapan, makanya berani dia bilang calon bini, karena dia udah mapan", jelas mas Aryo.

"Kalo nikah manda belum siap, karena sebagai perempuan, nikah kan bukan cuma nekat aja, harus belajar banyak hal baru. Ya masak lah, urus rumah, belom kalo laki nya langsung gas punya anak, Manda belum mauuu punya anak setelah nikah. Mau berkarir dulu", ujarku.

Mas Aryo, Dimas dan David tertawa terbahak - bahak mendengarkan jawabanku.

"Hahaaaay..... gaspool bikin anak"!, ledek Dimas.

"Ini aja gw udah banyak nahan-nahan, padahal dia duluan yang nyosor", Ih David meledekku. Aku menjambak rambutnya karena bermulut usil.

"Loh iya bener, selama ini David kan banyak nahan, ngerem, jangan sampe blong aja tu rem", ujarnya.

"Nah tuh, cepet di tie the knot! Minimal ijab kabul depan KUA aja dulu. Sekarang , diskusi dalam - dalam soal masa depan, Vid", mas Aryo memberikan saran.

"Godaan banyak loh", tambahnya lagi.

Tidak lama David mengangkat telepon dari seseorang. Dan menekan tombol loudspeaker.

"Haaiiiii..... kamu ada acara gak siang ini?. Dateng ya ke cafe gw, gw baru launching cafe nih, uhm,  kecil-kecilan sih, dateng yaaah, ajak Manda dan Dimas"....

Seru suara itu di telepon..

"Wih keren, kok gak pernah cerita sama David kalo bikin cafe?", tanya David. Itu suara Leiticia. 

"Uhmm... emang harus cerita?, hehe... sekalian gw mau kasih desain lagi buat clothingan David nih"..

"Santai aja lagi,  buru - buru amat"..

"Gapapa lah, btw makasih ya udah kasih gw kerjaan , hehe.. gw balik dari NY bener - bener nge blank, gak ada temen, tiba - tiba lo calling gw, sesuatu banget gak sih..."

"Haha...ya santai aja lah, Im fine"..

"Trus syuting lagi kemana sekarang?"

"Mau ke Bandung kayaknya nih.."

"Oow..."

"Kenapa?"

"Gapapa, waktu kita ke Pulau Weh kapan ya?", tanya Leiticia.

"Kenapa nanya soal itu?, uhm.... 5 tahun lalu kayaknya, kan?"

"Gapapa, pengen ke sana lagi, aku kepikiran soal itu selama di NY, gw sempet promosi soal itu ke temen kuliah di NY, eh tiba-tiba dia telepon gw katanya minta di ajak ke sana , David bisa bantuin?"...

"B-bantuin gimana nih?", tanya David.

"Nanti gw kenalin ke temen NY gw ya, hari ini dia dateng ke cafe, gw tunggu yaaa, nanti alamat gw kirim via WA, okeee bye - mmuach..."

David tersenyum dan bilang ; 

"Masih mmmmuach aja, dulu pas kita pacaran juga gitu, eh??", David langsung menutup mulutnya. Seakan - akan keceplosan. 

"Tuh itu godaan dari mantan. Bahaya itu, Vid.. Manda pasti panas tuh", ujar mas Aryo melirik ke arahku.

"Bini gw dulu public figure, gw uda punya materi dan semuanya, pacaran cuma 6 bulan. Langsung gw lamar. Saingan gw berat..", kata mas Aryo. 

"Tapi dia mah sengaja mas Aryo, manas-manasin Manda", ujar Dimas.

"Bisa gitu...?", tanya mas Aryo.

"Cuma mereka berdua yang tau, mas", jawab Dimas.

"Oke siang cuss nih ke cafe nya Leiticia. Kafe nya di Senopati", ujar David sembari mencek ponsel nya.

Setelah syuting , kami mendiskusikan soal promosi video iklan parfum David yang rencananya akan di promosikan melalui media above the line. Terutama, di platform sosial media , seperti Youtube. David dan Dimas masih memikirkan apakah mereka perlu mengadakan press release atau launching resmi. 

Lagi - lagi Pulau Weh. Ada apa sih di sana ketika itu?. Tiba - tiba saja terbayang wajah Leiticia tertawa renyah dengan rambut french girlnya bersama David.

Mas Aryo mengajakku kami bertiga agar sering - sering main ke studio nya. Menurutnya, David dan aku perlu mendapatkan bimbingan kehidupan , haha, entah apa itu. Setelah istirahat dan menikmati makanan sugguhan dari juru masak di rumah mas Aryo. Aku yang masih ber make up lengkap ini segera menuju ke arah Senopati dengan mobil Dimas.

David masih memakai baju yang sama ketika syuting. Sedangkan, aku sudah berganti busana. Aku memakai dress polkadot dan jaket parka hijau dengan superga favoritku, topi rajut hitam yang kupakai ketika syuting adalah properti pribadiku. 

Sedangkan David juga memakai jaket parka. 

"Manda, siap - siap jadi terkenal ya...", ujar David sembari menepuk bahuku, aku melamun memikirkan soal ucapan Leiticia soal pulau Weh. Aku hanya menatap ke luar jendela dan tidak merespon David. Iya aku tau akan terkenal. Tapi kenangan apa yang terjadi di sana. Aku harus tau misteri ini dari mulut Leiticia sendiri. 

Studio mas Aryo terletak di daerah Simatupang. Kami menuju daerah Senopati. Tidak terlalu jauh. David dan Dimas mencari alamat yang akan kami tuju. Setelah mengemudi ke sana kemari. Kami memasuki ke sebuah jalan sempit yang gak jauh dari jalan utama. Dan menemukan cafe itu..

"Itu dia"!, seru David.

Sebuah cafe dengan interior Parisian chic dan klasik. Dengan dekorasi bunga - bunga, tempat duduk dan meja di teras depan cafe bergaya klasik yang manis. Di kaca depan cafe tertulis , Le-Cafe Cia Bella. Yang sepertinya ia ambil dari namanya.

Terlihat ramai dan cafe ini tidak terlalu besar. Terdiri dari 2 lantai. Di atas ada rooftop , terdapat meja dan kursi untuk menikmati kopi dan cemilan. Beberapa tamu yang datang seperti bubaran kampus Esmod, salah satu sekolah fashion ternama di Jakarta. 

Kami masuk ke dalam dan segera mencari Leiticia. Tidak lama ia mengenali David dan memanggilnya.

"David!", sapa Leiticia, ia memeluknya dan mencium pipi kiri-kanannya.

Dimas menyenggol keras lenganku.

"Tuh liat, cinta lama bersemi kembali",  Ujarnya. 

"Cia..... ah keren nih diem - diem yaaaa", seru David..

Leiticia hari ini manis banget, ia memakai dress hitam ruffles, bergaya french girl, mary jane berhak tinggi dan stoking polkadot. Aku bisa melihat jari kanan Leiticia dengan cat kuku pink pastel menggemaskan, menyentuh rambut David yang baru saja ia potong.

"Gih sana ke sana, samperin David, gw mau ambil gambar cafe ini dulu", perintah Dimas. Sambil menahan nafas. Aku harus mendapatkan jawaban dari mulut Leiticia soal ada kenangan apa di antara mereka di Pulau Weh. Aku melangkah menuju mereka dan langkahku terhenti ketika melihat David merangkul Leiticia. 

Mataku terbelalak dan jantungku serasa berdetak tidak sesuai irama. Tapi David kan pacarku?. Ruangan penuh sesak dengan tamu -tamu undangan. Aku menangalkan jaket parka ku. Biarlah aku memakai dress polkadot dengan topi rajut hitam , aku membutuhkan parfum D Honest saat ini juga. Parfum yang membuatku merasa jujur dengan perasaanku. Dan berjalan menerobos kerumunan orang - orang yang tidak aku kenal..

Tiba di depan David dan Leiticia aku menyapa nya. Leiticia terkejut melihatku.

"Amandaa.... huhu kenapa sih selalu keren, jadi insecure Cia", ujar nya menyapaku. Aku memeluk Cia dan berbisik ditelinganya.

"Nanti kita ngobrol - ngobrol ya, tapi jangan di sini..."

"Oo iya siap , di rooftop aja"...

Kemudian Leiticia menyapa beberapa tamu dan pergi mengambil beberapa tester cake dan kopi untukku dan David. 

Aku bisa merasa David menarik tanganku. 

"Jangan pegang-pegang", aku memukul tangannya. 

"Panas nih..." ledek David. Tidak menyerah, David berusaha mencium pipiku. Aku berdiri menghindarinya. 

"Awas ya", ujar nya nakal. 

Aku melihat Leiticia membawa nampan berisi kue kecil dan kopi. 

"Ehya kita ke atas yuk. Ada temen gw dari New York, dia mau tanya tanya soal Pulau Weh", ajak Leiticia. Ia menarik tangan David, bukan tanganku!..

Kemudian kami ke lantai atas untuk bertemu dengan teman Cia / Leiticia.

Dan sesampainya di rooftop kami bertemu dengan teman bulenya. 

Ia cantik, berambut coklat , tinggi, trendi dengan jaket varsity, celana jeans dan sepatu boots semata kaki. Namanya Barbara. Ia menjabat tangan David dan aku.

"Hai...oh , this is the guy?, David?".. tanya Barbara menatap ke arah Leiticia.

"Yes, that guy that I ever told to you"... ujar Leiticia.

"Oh my god, your ex boyfriend?, haha, thats so funny and akward", canda Barbara pada Leiticia. 

"You know what, she is like, uhm....adore you, somehow, she is never stop talk about Pulau Weh?, the last trip before you guys broken up"...

"Gimme a break , Barbara!", seru Leiticia.

"Really?, is there something memorable about Pulau Weh?", tanyaku memberanikan diri.

Barbara menoleh ke arahku.

"Damn right, Cia talk to me that she is do snorkling and diving there with her men, and romantic dinner near the beach, I was like -ooow really? , did he kiss you or ?", ketika Barbara mengatakan itu, David melirik ke arahku. 

"Did he?"....

"She didn't tell, but I guess you kiss her , right?", Barbara melempar pertanyaan itu ke David. Tenggorokanku tercekat. 

"It was past 5 years ago, but the view and landscape is memorable than a kiss", jawab David dengan suara tegas. 

"So you didn't kiss the moment and to bad you guys are waisted, now you are not a couple again, but, I promised that you will be back with her again", cerocos Barbara. 

David hanya tertawa mendengar itu. 

"Uhm... she is your girl?", tanya Barbara melihatku dan bertanya kepada David.

"We just friend...", jawab David. Sesak. Ternyata di saat seperti ini kami masih harus pura - pura. Leiticia dan Barbara mengobrol dan berdiri bersebelahan sambil memandang lalu lintas di sekitar Senopati dari lantai 3. Sementara David masih berusaha meraih tanganku. David menjelaskan kepada Leiticia dan Barbara soal bantuan menguide mereka ke Pulau Weh. Karena beberapa kesibukan pekerjaan. Jadi David belum tau apakah bisa menemani mereka atau tidak. 

Kami kemudian turun ke lantai bawah, David menarik tanganku kembali agar kami kembali ke rooftop. Banyak orang orang yang seliweran menyapa Leiticia dan Barbara. Dengan cepat David menarik tanganku. Sehingga kami lari-larian ke atas. Di rooftop tidak ada siapa - siapa. Hanya kami berdua saja. 

Ia meraih jemariku dan menatapnya dengan seksama. Mau apa dia.

"kalau gw terima tawaran mereka jalan jalan ke Pulau Weh, Manda marah ga?".. 

"Terserah, itu kan bisa jadi cuan juga", jawabku ketus. 

"Ooh.. jadi artinya gak boleh"..

"Iya lah gak boleh! , David di sana 5 tahun lalu juga ga tau ngapain aja sama Leiticia, sampai berkesan banget pulau itu", aku membuang wajahku. 

"Jadi cemburu beneran nih..."

"Iya, kesel banget dengernya".. aku sedikit membentaknya. Kemudian aku berjalan menuju kursi kayu dan menjauh darinya. 

"Baru kali ini liat cewek cantik David marah", ia terus terusan meledekku. 

Tiba - tiba saja pipiku basah. Kesal. Iya kalau Manda kesel banget pasti nangis. Ingin pulang. Segera saja aku menarik nafas dalam-dalam untuk meredam emosi. 

"Manda mau pulang aja", ujarku kesal.

 Apa yang aku dapat?. Di anggep di sini aja enggak. Insecure rasanya. Buat apa aku datang?. Fokus Leiticia mengundang David, bukan aku dan Dimas. 

Aku bisa merasakan David menarik paksa lenganku dan meninggalkan sebuah kecupan yang tidak bisa ku prediksi gerak - geriknya. Ia satu - satu nya pria dalam hidup ku yang mengecup lipstik Dior Rouge merah ini. Sepersekian detik kami tidak berkata apa - apa. Yang aku rasakan hanya keheningan dan rintik air hujan yang menetes di atas rambutku. Dan wangi parfum nya yang menajublan. 

Aku tidak berani menatap mata nya sedekat ini. Karena khawatir akan terjadi sesuatu di luar kontrol. Tapi, Leiticia sudah berani sentuh dia. 

"Hem....udah yah, jangan lama-lama...", tukasku menjauh dari nya. Tapi ia enggan melepaskan pelukannya. 

"Tolong , kalau David udah sedekat ini, jangan di jauhin, kenapa sih?, setiap David udah sedekat ini sama Manda, Manda malah menjauh, kenapa?", tanya nya dengan nada sedikit tinggi.

"Ragu?, gak yakin ya kalau David ini serius jalanin hubungan dengan Manda?, entah itu Agnes, Cia, mereka cewek yang di create seperti itu. Berani dan gak mikirin perasaan orang, tapi Manda kan pacar David. Harus nya lo bisa mengambil alih situasi. Makanya gw diem aja", ujar nya. 

Rintik hujan sudah mulai besar. 

"Oh jadi gw salah jika jadi diri sendiri?", 

"Gak salah, tapi kenapa tadi Manda cuma ngeliatin David dari jauh pas Cia ngobrol akrab sama David?, coba jawab, kenapa?"..

"Ka-ka-rena, gw gatau harus ngomong apa dan apa harus gw ke sana dan bilang kalau gw itu pacar David, gitu?", tanya ku tiba tiba saja emosi.

"Bisa aja kan Manda ke sana dan kita ngobrol dan kenal teman - teman David. Cia itu teman gw, iya dia mantan. Tapi sekarang kita temen. Walaupun dia berharap, gw tau dia berharap"...

"Manda, gw tau lo itu introvert, lingkungan kerja gw itu berat. Di kelilingi orang-orang bermuka dua. Kita harus dealing dengan ini semua, dan gw mau lo bisa pelan pelan adaptasi, menghadapi cewek -cewek penggemar David, model Cia itu banyaak , serius", ujarnya dengan nada bicara yang lebih tenang. 

Aku menyeka air mataku. 

"Di kolom komentar IG David malah lebih parah lagi, ada cewek yang ngajakin nikah, ketemuan, malah di DM ada yang ngajak ngamar!, gila kan?, kalo Manda cuek aja kayak tadi, kita akan sering berantem hanya gara - gara omongan orang lain yang gak bener", tambahnya lagi.

"Jujur aja, seumur hidup gw belum pernah nyium cewek kayak tadi, walaupun gw di gosipin playboy , ganti ganti pacar, termasuk Leiticia. Gw sama dia selama di pulau Weh hanya menikmati pemandangan alam, makan malam santai dan no kiss!, ", ia berkata dengan nada yang agak tinggi.

"No kiss?, jadi cium tadi yang pertama?"...

"Iya, percaya atau enggak, gw notabene artis ,  bisa aja gw ciuman sama cewek mana aja yang gw mau, tapi gw bisa jaga diri", jawabnya.

"Oke sebelumnya gw mau minta maaf, gw emosi hari ini,  karena gak mudah memang jadi public figure, termasuk soal pasangan. Gw di omongin suka mainin cewek, modal tampang doang, tapi, beberapa orang dari masa lalu gw tiba-tiba datang ngaku-ngaku. Ngaku deket, kenal, sayang, cinta bla bla..."

"Apa mereka lupa dengan perlakuan mereka dulu ke gw gimana?. Dulu, Cia itu selama pacaran sama gw, gaya nya bossy banget. Gw uda mau ninggalin dia, tapi dengan rayuan maut nya, dia ngikutin gw trip ke Pulau Weh. Gw uda seneng, tau nya di sana dia bilang mau pergi ninggalin gw sekolah ke Parsons".. 

"Jadi, banyak banget kepalsuan, kemunafikan, semua orang yang gw kenal punya kepentingan , sekarang, keadaan terbalik. Gw semakin terkenal. Gw ga anggep itu, cuma kerjaan aja. Cari nafkah. Gw sengaja menyembunyikan identitas Manda dari publik, karena kalo enggak, semua orang pasti akan ikut campur dan komentar"...

"Jadi gw serius minta, kalau gw kumpul bareng temen - temen lagi, please Manda ikut gabung , gausah peduli apa omongan orang. Toh, gak lama lagi orang akan tau siapa Manda".. ujar nya panjang lebar.

David. Siapa menyangka bahwa bahu tegap nya yang terbungkus dengan sempurna jaket parka menyimpan rahasia lain yang dalam. Aku mungkin salah dan mengakuinya. Aku minta maaf jika belum siap beradaptasi dengan keadaan ini. 

Tapi aku berjanji akan belajar. Di bawah rintik hujan , di atas atap Senopati, kami memandang langit yang mendung, bukan cerah, tapi hujan membasahi kami. Di antara rasa cemburuku, malu, sayang dan emosi. Aku harus belajar bersikap dewasa. Menjalin sebuah hubungan tidak semudah yang aku kira ternyata. Menahan rasa cemburu. Bukan menahan. Tapi mengahadapi rasa cemburu dengan kedewasaan dan mempercayai pasanganku. Dia setia dan akupun begitu. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun