David menyeka air mataku. Aku juga melihat mata nya berkaca - kaca.Â
"Parah, kita jadi nangis sama-sama gini. Gw kalo inget motivasi gw kerja karena nyokap , suka sedih...", ujar David.Â
"Maka nya kadang gw kalau mau punya pacar jadi mikir, nanti nyokap gw jadi gak prioritas. Cuma , Diana kemaren emang gw lepas kendali. Ingin memiliki. Tapi gw tau sih bakal di tolak. Tapi gw mau coba aja, tapi yaudah lah, sahut David lagi.Â
"Emang gak ada perempuan idaman lain selain Diana"?, tanyaku sambil menyeka air mataku. Ia tersenyum memandang ke arah gunung.Â
"Ada. Tapi terlalu cepat menilai. Saat ini gw mau fokus kerja. Tapi, gw nyaman sama Manda-Chung. Dan gw kalau udah nyaman sama orang , gw ga mau jauh-jauh, jujur aja ya...", kata nya sambil menatap mataku.
Pohon pinus ini menjadi saksi bahwa, aku tersipu malu. Langit mulai gelap. Bintang terlihat jelas di atas langit. Sebelum kita pulang. Aku harus mengatakan sesuatu.Â
"Gw merasa nyaman, dan gak mau jauh - jauh, mungkin gw beruntung, pada akhirnya ada orang yang senasib sama gw dan care, makasih banyak...", kata ku menahan mata ku agar tidak menatap wajah David. Kemudian ia meraih tanganku.Â
"Sama - sama makasih juga neng Manda uda mau nangis bareng abang hari ini, quality time banget ini hari, kerjaan kita bahas lagi lusa ya. Yuk neng, uda malem, kita pulang....", canda nya.Â
Berat rasa nya mau pulang. Ga mau pulang. Aku pulang menuju kesendirian. Aku harus banyak bersabar. Rindu rasa nya dengan ibu, ayah dan adik. Setelah deal pekerjaan baru di akhiri dengan sesi curhat. Bagaimana aku mendeskripsikan perasaan ini?. Nyaman , tenang dan cinta?. Entah belum sampai di tahap itu. Sayang?. Sayang itu seperti apa?. Cinta itu bahkan seperti apa?.Â
Amanda gak pernah pacaran seumur - umur. Kuliah deket banyak sama temen-temen cowok model Foo Fighter. Ada yang deket , tapi gak jadian. Karena banyak ngumpul sama temen cowok, jadi mati rasa. Mati rasa karena gak tau seperti apa perhatian sama cowok itu kayak gimana, gimana cowok nembak kita atau suka sama kita?. Ada yang nembak tapi Manda ga ngerti itu nembak?. Bener - bener mati rasa. Begitu sampai rumah, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Bagaikan Cinderella. Sampai rumah aku pun tidak sanggup ngapa-ngapain lagi.Â
Gak kebayang jadi model kayak apa ya...? Terus siapa yang akan men-direct Manda?. Sebetulnya, batin ku masih mempertanyakan semua ini. Kenapa tadi David agak marah ketika aku mengkhawatirkan pendapat Diana jika ia tahu aku menerima tawaran sebagai model parfum D- Honest, milik nya.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!