Chapter II :Â
Pagi ini, aku bercermin dan mengoleskan lipgloss di atas bibirku. Sambil berfikir. Amanda adalah namaku. Aku si gadis tomboi ketika kuliah , gaya celana jeans robek adalah gaya sehari -hariku di kampus. Tinggiku 165cm. Penampilan ku sangat tidak menarik. Karena gemar memakai kaos oblong nama - nama band. Ibu dan ayah tidak banyak protes. Karena mereka maklum aku berkuliah di jurusan jurnalistik, namun punya gaya rebel sendiri. Bakat apa yang aku punya sih? Ohya aku suka menggambar ilustrasi, street art , seperti mural dan stencil art. Di bangku kuliah , aku si gadis introvert ini sulit menemukan pacar. Karena ku sadari aku memang tidak menarik. Tidak ahli dalam memanipulasi cowok -cowok, tidak lihai dan culas dalam menggoda lawan jenis, dalam dunia ku hanya ada 2 dunia, hitam dan putih. Tidak pernah terpikir olehku untuk menjadi cantik dan menarik. Memang gak menarik. Manda cenderung lebih tertutup, walaupun teman laki - laki ku lebih banyak, bukan berarti itu sebuah pembuktian bahwa aku menarik. Â
Selama 5 tahun aku bekerja sebagai asisten pengarah gaya, masih linglung menemukan gaya yang sesuai dengan pribadiku. Karena fokus dengan pekerjaan sehari - hari. Gaya sehari - hari ku ke kantor, celana jeans bergaya boyfriend cut, sperry top sider , flat shoes, baru 1x aku pakai Louboutin hadiah istimewa dari Albert. Tapi ini sesuatu sih, sepatu hadiah dari Albert. Kemeja oversize, kaus garis -garis, sweater. Baru - baru ini aku melihat gaya Haylie Bieber cukup menarik.Â
Ia memadu madankan gaya oversize look ala Justin Bieber dengan gaya nya sendiri. Pasti nya, Haylie memiliki penata gaya pribadi. Haylie Bieber secara visual juga tidak cantik, ya gak sih ? Â
Jika aku melihat lookbook Haylie Bieber, gaya nya cenderung tomboi. Oversize blazer hitam nya membuatku kepincut.Â
Rasanya, ayah punya blazer kebesaran ini. Dan benar saja, ayah ku punya, hehe.. bukan hanya itu saja, aku bahkan meminjam baju -baju polo shirt ayah yang sudah tidak terpakai. Ayah bahkan menertawakanku , untuk apa aku memakai baju kebesaran seperti itu. Ibu lebih tertawa geli lagi, sindiran ibu ;Â
"Gimana kamu mau punya pacar, gaya kamu kayak laki-laki begini... "
Sindiran ibu sangat mendalam. Tapi Amanda sangat alergi memakai baju kewanita-wanitaan. Tapi, paksaan Albert agar aku mau memakai Louboutin hak 10 senti, membuatku berpikir bahwa Albert ingin mendorongku agar berpenampilan tomboy dan chic.
Ia bahkan pernah bilang bahwa ,gaya tomboi gak salah. Dengan alas kaki yang tepat, celana jeans belel dan kaus oblong dapat di sulap menjadi street couture. Aku jadi ingat filosofi dan konsep yang kuat pada majalah Vogue di tahun 1988.Â
 Dengan editor in chief Anna Wintour. Sampul pertama Wintour, foto jalanan yang menampilkan jeans dan sweater couture Lacroix mengumumkan babak baru dalam sejarah majalah tersebut. (Sumber : Bussines of fashion)
Bahkan di tahun itu, sebuah keputusan yang tidak mudah bagi Anna Wintour. Cover depan majalah Vogue yang menampilkan model memakai sweater high couture Christian Lacroix yang menampilkan taburan batu permata yang mewah di padu padankan dengan celana jeans bergaya stone-washed. Cover perdana Anna Wintour ini mendobrak stigma fashion yang kaku dan hanya dapat di miliki orang - orang tertentu. Pada cover Vogue September 1988 ini, sontak menuai kontroversi dalam dunia fashion. Namun, Anna Wintour yang cerdas dapat mematahkan cercaan - cercaan komentator fashion yang menghina cover tersebut dengan menampilkan bantahan visual bahwa fashion adalah suara kebebasan. Bukan kekakuan dan membosankan.Â
Sweater karya Christian Lacroix yang di gunakan model pada cover Vogue tersebut senilai $10.000 , di padu padankan dengan celana jeans seharga $50. Seakan - akan Anna Wintour ingin menegaskan bahwa jika ingin tampil fashionable tidak harus dari atas ke bawah barang high couture. Jika fashion hanya di miliki orang - orang kaya, maka fashion akan menjadi barang mewah yang sulit untuk di gapai setiap wanita yang ingin tampil modis. Impian setiap wanita ingin tampil modis, trendi dan fashionable.Â
Berapa kali aku bercermin memakai boy friend jeans berwarna belel, kaus band favoritku - Ramones dengan high heel Louboutin nude , merasa amazing sendiri. Gaya ini aku abadikan dengan mirror selfie. Aku berpikir kapan ya aku memakai baju ini? Hmm... mungkin nanti saja kalau ada pemotretan lagi dengan Dave si hottie grunge. Hmm... tapi rasanya gak mungkin aku bisa berharap banyak, secara si David tergila - gila dengan Diana. Masih ingat bagaimana ia bergombal ria tanpa malu - malu di depan ku dan Albert. Ish, aku kenapa sih?? Â Harus nya aku tidak nyaman dengan kondisi ini, karirku stagnan di posisi asisten pengarah gaya selama 5 tahun. Harus nya , aku sudah berani berinisiatif mendirect photoshoot. Bukan malah nyaman berlindung di balik tangan dingin Diana, tapi gimana ? Aku udah nyaman dengan posisi ini.Â
Mbak Diana sudah pernah berbicara dengan ku secara 4 mata.Â
"Say, kalau suatu saat nanti gw di promosiin ke majalah lain, kira-kira lo uda siap jadi pengarah gaya gantiin gw ?". Tanya nya.
"Gatau mba, aku masih belum yakin", jawabku.Â
"Gini ya, next, gw mungkin akan megang kerjaan lain, mungkin akan ada kerjaan styling yang akan gw kasih ke kamu secara permanen , mungkin. Sebagai latihan, ini gw ada konsep pemotretan iklan sponsorship. Itu di hari Rabu. Gw uda booked mas Erwin untuk tugas fotografer di hari itu. Dan ini guideline nya, kamu pelajarin ya. Dan masih ada 2 hari lagi. Besok kamu harus cari dan pinjem baju, beres...." ujar Diana sambil mengoleskan mascara Maybeline ke bulu matanya.Â
Perutku berasa mulas. Aku takut. Bagaimana jika pekerjaan ku ada kesalahan.
"Kenapa? Butuh asist?" Tanya Diana sedikit melotot kepadaku.Â
Aku menghela nafas panjang.Â
"Gak, gw pasti bisa kerjain ini",jawabku.
"Tenang aja, nanti gw minta tolong Albert untuk bantuin kamu. Tapi minta tolong ini hanya 1 dan 2x aja. Gak ada lagi ke 3 , 4 dan seterusnya.. " ujarnya lagi. Dan perlu kamu ingat, jangan pernah minta bantuan anak magang. Karena kalau kamu bingung handle kerjaan kamu sendiri, nanti anak magang yang lebih glowing, inget beb, dunia kerja itu kejam, apalagi jika di kelilingi mayoritas wanita, gimana kredibilitas kamu sebagai white collar fashion?", sahut Diana dengan nada serius.Â
"White collar fashion? Maksud mbak gimana?". Yang aku paham, white collar adalah karyawan tetap kantoran, kan? Batinku dalam hati.
"Ya kita kan termasuk pegawai kantoran , white collar, tapi bidang kita fashion. Kalau kamu pegawai tetap belum bisa seutuhnya mengerjakan kerjaan utama kamu. Sedangkan si anak magang, which is blue collar,  dia lebih handal megang kerjaan, yang kamu bisa di switch off. Btw, seperti itulah gw memberikan istilah pekerjaan kita, say...", ujar Diana sembari menepuk bahuku.Â
"Satu lagi. Coba kamu lebih mendalami karakter kamu dalam berpakaian. Gw liat kamu tomboi, tapi kita kerja di majalah fashion yang chic. Beruntung pemimpin redaksi kita gak reseh nyentil gaya kamu sehari -hari. Coba bayangin pemimpin redaksi kita kayak Miranda Priestly - Devils Wear Prada ? Jadi gw sama Albert berpikir, kita mau kamu bergaya lebih chic, Manda kamu masih cuek sama penampilan, kamu bukan tulang punggung keluarga kan, beb?", tanya Diana kepadaku dengan nada lebih serius.
"Nggak mba, bukan, tapi emang aku cuek banget ya sama penampilan?", tanyaku kembali sambil memperhatikan cardigan hitam yang aku kenakan.Â
"Banget shaaay.... liat deh coba lu pake cardigan diskonan dari factory outlet deh pasti, celana kayaknya ini aja yang lo punya?. Louboutin gw lu kemanain??", tanya Albert tiba - tiba menyerobot pembicaraan kami.Â
"Ini masalah serius. Lu liat gak si Mia, anak magang di departemen desain grafis?, gaya lu yang udah 5 tahun di sini jomplang cin sama dia yang anak magang baru 1 bulan di sini..", sahut Albert ketus.Â
"Amanda, ini masalah bukan sepele. Sebelum gw tugasin kerjaan perdana kamu di hari Rabu. Kita akan make over kamu besar-besaran hari ini!", perintah Diana dan di setujui oleh anggukan antusias dari Albert.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, kami bertiga berdiskusi serius di studio tempat kami melakukan pemotretan pagi tadi.Â
"Aku sebenernya bukan orang yang suka belanja baju mbak Dee, karena saat ini aku lagi nabung serius untuk masa depan", kata ku. Maksud ku, saat ini ada prioritas utama dalam hidup ku selama lajang. Menabung untuk memiliki rumah. Gajiku lumayan oke. Bahkan setiap bulan aku berhasil mensisihkan uang sebesar 2juta untuk menabung. Memang pakaian kerja ku sangat lah sederhana. Tidak ada label stuff seperti teman - teman kantor ku yang sudah menghamba sejati menjadi budak fashion di kantor ini.Â
Minimaaaal ya punya tas kerja keluaran Michael Kors, Coach adalah merek -merek 'standart'. Menurutku itu prioritas nomor dua.Â
"Kamu keliatan gak serius, Manda. Minimal lu tu punya Chanel Boy di tahun ke 5 ini. Anggep lah itu target pencapaian kamu secara finansial. Itu puun jika kamu bukan tulang punggung keluarga. Kenapa Chanel Boy? Itu investasi. Kamu mau pake celana jeans belel, di pundak kamu ada Chanel boy - Ori - kamu akan terlihat fantastis!, " sambung Albert.Â
Apa iya... sungguh keterlaluan nya diriku ini. Albert dan Diana mengambil langkah cepat. Karena lusa, adalah pekerjaan pemotretan perdana ku setelah 5 tahun aku bekerja. Menurut mereka, pekerjaan perdana ini memerlukan penampilan baru. Terlebih, Diana yang kerap melakukan semua pekerjaan utama. Kemudian, aku sebagai asisten, harus tampil memukau layaknya Diana dalam melakukan pekerjaannya. Karena aku dan Diana berdiri dalam satu divisi yang sama, styling.Â
Kemudian, aku melakukan pengamatan secara gerilya mengenai anak magang yang di ceritakan oleh Albert. Dan memang betul. Anak magang yang bekerja di bagian desain grafis , tak sedikit berbeda dengan Emily dalam film The Devils Wear Prada versi remaja. Maksudku, yah secara visual dia memang lebih chic dari pada aku. Ternyata benar apa yang di katakan Amanda. Jangan sampai penampilan ku dengan anak magang berbanding terbalik.Â
Manda, memang kamu menyedihkan. Sore itu, my dynamic duo, membawaku ke Zara. Untuk melihat visual merchandise butik tersebut. Visual merchandise adalah semacam kegiatan memadu-madan kan pakaian dan menyusun barang -barang sebuah produk fashion dan lainnya untuk menghasilkan tampilan visual menarik perhatian konsumen untuk membeli produk tersebut. Cara ini efektif dalam styling treatment. Biasanya penata gaya memerlukan beberapa referensi dan inspirasi ide dalam pekerjaan menata gaya mereka. Inspirasi ini di tuang dalam sebuah mood board.Â
Visual merchandise Zara cukup membantu visual ku condong ke arah seperti apa. Kejutannya, Diana dan Albert , membelikan beberapa potong baju yang mendasar, seperti blazer warna hitam, dress panjang hitam berpotongan sederhana, celana panjang warna khaki dan tas slempang kecil warna hitam yang sederhana. Selain itu , mereka juga membawaku ke salon untuk mengubah gaya rambut ku yang lempeng bin membosankan ini , agar di tata sesuai dengan kebutuhanku.
"Bikin dia kayak Andrea Sachs, bawah rambut di rapihin dan bikin poni rata , gw mau jatuh nya si poni persis di atas alis", pinta Albert kepada kapster salon. Setelah selesai rambutku di tata. Aku melihat bayanganku di cermin. Ya tuhan, ini adalah Amanda babak baru. Aku harus siap menerima perubahan ini. Selamat tinggal zona nyaman. Tidak terasa air mata menetes dan mengalir hangat di pipiku. Apakah aku siap?. HARUS SIAP!.Â
"Makasih guys kalian udah baiiiik banget, gw ga ngira gw dapet kejutan sebanyak ini dari kalian, sampe beliin baju segala ...", ujarku terisak.Â
"Udah cukup nangis nya ? , kerjaan perdana lusa dan tampilan kamu mau gini-gini aja? Beb, kamu udah liat kan gaya anak magang?", tanya Diana menyadarkanku.Â
"Zara mah baju tidur kita, baju main kita daster ya cin..", canda Albert. Aku memeluk erat mereka berdua.Â
"Oh my, Amanda you look so chic", ujar Diana sembari menirukan perkataan Andrea yang memuji gaun pesta Emily dalam salah satu adegan film, Devils Wear Prada. Tarik nafas, aku melihat diriku yang berbeda secara penampilan. Namun, di dalam pribadiku masih tetap Amanda yang sama. Terkadang ketika mengobrol dengan Diana dan Albert, aku merasa sangat kekanak - kanakan. Sedangkan mereka berdua sangatlah dewasa. Iulah yang membuat banyak pria kece kepincut dengan Diana. Termasuk Dave. Tapi dari semua godaan pria pria kece tersebut, tidak meruntuhkan tirani hati Diana. Dia sepertinya memiliki tipe khusus dan jika ingin serius dengan satu pria, dengan gaya serial killer nya, dia bisa mengambil alih pria tersebut hanya dengan lirikan mata nya..Â
Perubahan penampilan ini membuatku merasa segar dan percaya diri. Pekerjaan meminjam baju di hari Selasa sudah ku lakukan sesuai instruksi. Tiba di hari Rabu. Aku ada pemotretan jam 10 pagi di studio. Hari ini aku memakai kaus oversize band Sex Pistols , celana jeans stone washed berpotongan lurus dengan heels Louboutin dan kalung bergaya baju permata (palsu). Tidak lupa mascara dan eyeliner mata kucing yang Diana pernah ajarkan kepadaku. Semua mata memandang penampilan ku hari ini dengan heran. Bahkan, si Mia, anak magang itu melongo melihatku. Setelah seminggu lalu ia menatapku dari atas ke bawah dengan tatapan merendahkan, ketika kami bertemu di lift lobby. Helooo siapa yaaa yang anak magang di sini...Â
"Pecut orang -orang yang meremehkan mu dengan prestasi dan gaya", begitu pesan Diana padaku. Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Masih ada waktu 2 jam lagi untuk mengecek troli baju dan studio. Tidak lama aku bertemu mas Erwin di studio.
" haay...Diana? Eng... bukan, Manda yah... Â wah, kamu cantik hari ini, asli kayaknya ada yang berubah?"tanya mas Erwin ramah.Â
"Hi mas...makasih mas..."jawabku sambil tersenyum.Â
"Katanya ini pemotretan pertama ya? semoga sukses ya, kalau ada apa -apa gw siap bantu", ujarnya lagi. Huhu... semoga saja ini bukan pertama dan terakhir aku bekerja sama dengan orang baik dalam pekerjaanku. Aku mempelajari guide pekerjaanku hari ini. Dan bahkan aku tidak tau siapa model hari ini. Diana tidak memberitahuku. Namun, di troli baju semua hanya busana casual pria.Â
Konsep pemotretan hari ini adalah iklan multivitamin. Simple. Dalam guide sudah ada catatan mengenai pose seperti apa yang akan diperagakan oleh model. Tidak sulit. Namun aku cemas, takut berbuat kesalahan. Sebelum pukul 10, Diana memberikanku pesan di WhatsApp.
Gw sampe kantor mungkin siang, dan gw butuh laporan pemotretan pagi ini ya, apa yang jadi kendala, dan lain-lain. Isi pesan tersebut.Â
Sebelum mulai pemotretan , tersisa 30 menit lagi. Aku memoleskan lipstik Dior Rouge ke bibir ku sambil mengaca di cermin bedak compactku. Lipstik ini juga salah satu hadiah kecil dari Diana.Â
"Asisten gw juga harus punya 'senjata rahasia' yang instan untuk menjadi chic". Aku mencoba mengingat kembali ucapannya ketika ia dan Albert mengantarkan ku pulang kemarin malam. Kemudian, tidak lama aku mendengar suara di ujung lorong studio yang menyapa mas Erwin. Aku rasa model sudah datang. Kemudian buru -buru aku masukan lipstik Dior Rouge ke dalam tas kecilku.Â
"Hai, kita ketemu lagi nih...", sapa model dengan ramah. Pelan - pelan aku membalikkan tubuhku 180 derajat untuk menoleh , melihat suara ramah dan renyah yang pernah aku kenal.Â
Oow tidak, pasti kamu bercanda. Jadi model hari ini .... D A V E si grunge hottie!. Â
He look like a skater boi. Ia menggenakan kemeja flanel kotak - kotak berwarna merah tua, dalaman kaus putih dengan tulisan ; Sassy berwarna pink, celana jeans biru potongan lurus , sepatu Vans klasik, jam tangan sport berwarna hitam dan gelang kulit di tangan kanannya. Topi terbalik dan membiarkan tergerai rambut bergelombangnya.Â
Karena grogi, tidak sengaja aku menjatuhkan tas slempang ku dan lipstik Dior Rouge-ku ikutan terjatuh. David langsung meraih lipstik itu. Kemudian sepertinya ia meneliti penampilan ku dari atas ke bawah. Pertama ia melihat sepatu Louboutin ku, celana jeans ku, kaus-ku, ketika tepat kedua mata kami bertatapan. Ia berhenti sejenak dan menatap mataku lekat - lekat. Meneliti gaya rambutku yang baru.
Sialan, pekikku dalam hati. Dadaku berdebar - debar. Aku memohon kepada jantungku agar tidak berdegup histeris. Tenang... tenang... tarik nafaaaas........Â
"Hmm... kamu asisten Diana kan? Yang minggu lalu di Alice?" Tanya Dave serius.Â
"I...yah, betul..." jawabku berusaha menahan panik.Â
"Kayaknya ada yang beda, jadi lebih gimana gitu, gw suka kaos lo, marta...", canda nya. Ia salah menyebut namaku.
"Manda, nama saya Amanda", tukasku.Â
"Ooh.. iya Manda, si Alexa Chung lokal...", ledeknya. Dia memanggilku apa ? Alexa Chung?
"Oke, Manda Chung, gimana konsep pemotretan kita hari ini dan pakai baju apa gw nih?", tanya Dave. Kemudian aku menunjukkan konsep pemotretan hari ini dan pose yang harus ia peragakan. Busana yang ia pakai hari ini , polo shirt biru dengan celana chino warna khaki.Â
Aku berkordinasi dengan mas Erwin. Perlu berapa shoot untuk foto advertorial multivitamin ini. Mas Erwin memberikanku arahan bagaimana mendirect model untuk berpose.
"Dave, menurut lo Manda hari ini gimana? Dia abis make over loh...", sahut mas Erwin tiba - tiba sambil memutar lensa kameranya.Â
"Wih... kece mas, gw jadi trauma.... mirip dikit aja sama Alexa Chung, " candanya. Moment ketika Dave menjawab pertanyaan jebakan mas Erwin dengan tertawa, di saat itu pula mas Erwin mengambil foto. Renyah.
"Sekarang mas Dave pegang gelas dan vitaminnya, jadi cerita nya mas mau minum vitamin ini", perintahku.
"Duh....grogi gw....", canda Dave iseng. Entah dia meledekku , apa mungkin dia tahu ini pemotretan perdanaku.Â
"Tapi asli loh... ini bukan Manda yang beberapa hari kemarin gw ketemu. Beda banget", tukas Dave. Aku tidak bisa berbicara banyak. Karena fokus membaca dan mengecek guideline pekerjaan ini.Â
Shoot demi shoot terlewati dengan slow motion. Kegugupan ku mengatasi pemotretan perdana ini lama-lama bisa ku pegang kendali. Mas Erwin sangat membantuku. Di sini tidak ada Albert yang kata nya mengawasi pemotretan perdanaku hari ini. Tapi gak apa - apalah. Saking fokus nya aku pada guideline dari tim kreatif. Aku bahkan sampai gak ngeh, kalau - kalau David masih memperhatikanku diam - diam. Oh Alexa Chung, aku bahkan tidak bisa berkata apa-apa. Karena aku belum belajar bagaimana menggoda seorang pria. Yang benar saja. Menggoda lawan jenis bukan keahlian seorang introvert kan??
"Done ya!, nanti ke meja gw ya Manda pilih foto..", perintah mas Erwin kepadaku.
"Mas Erwin makasih banyak ya mas, udah bantuin aku banget hari ini..." sahutku menghampirinya.Â
"Santai, selama pemotretan advetorial multivitamin dengan Dave, gw yang pegang, bukan fotografer lain, Diana udah info gw semalem..", sahut mas Erwin. Syukurlah, jadi aku akan kerjasama dengan mas Erwin selama 3 bulan ke depan. Huhu...terima kasih Tuhan..Â
Selesai pemotretan aku duduk di studio sambil mengecek ulang pekerjaan. Gak lama Dave duduk menghampiriku. Aku bisa mencium wangi parfumnya. Karena jarak kami sangat dekat. Wangi nya perpaduan antara sandalwood, cedarwood and leather (kulit). Tunggu! Sepertinya aku pernah membaca review mengenai parfum ini di majalah kami. Ia kembali mengenakan kemeja flanel kotak -kotak nya.Â
Aku menoleh ke arahnya. Jarak kami sangat dekat. Seakan - akan aku di perbolehkan masuk ke wilayah personalnya. Apa ini keajaiban Dior Rouge?.Â
"Ya, mas Dave, ada apa ya? Kayaknya masih bingung liat Manda hari ini..", sahutku sambil tersenyum tipis. Grogi.
Ia memegang dagu nya dan meneliti lagi penampilanku, tapi kali ini dari dekat.Â
"Gak, gw cuma heran. Kok bisa ya cewek berubah penampilan dalam 1 malam. Gw aja butuh waktu berbulan-bulan merenung bakal potong rambut dan cukur kumis apa enggak..." ujarnya serius.
"Ini kamu potong rambut gak ada merasa bersalah gitu? Ada yang ngelarang gak ? Ortu atau... pacar...?", tanya nya.
Aku tertawa mendengarnya.Â
"Loh kok ketawa? Pertanyaan gw kan bukan joke", ujarnya lagi.Â
"Buat cewek potong rambut ya potong aja.. ngapain minta restu segala, apalagi sama pacar. Pacar aja gak ada", jawabku seakan memberikan statement kalau aku lajang.Â
"Ooow.. itu die, kenapa gw masih belum tertarik punya pasangan. Karena bisa aja nanti pacar gw atur-atur hidup gw , rapihin rambut lah, cukur kumis lah, nyokap gw aja gak pernah cerewet", sahutnya.Â
"Tapi mas Dave bukannya naksir mba Diana?" , tiba - tiba saja pertanyaan bodoh itu meluncur dari mulutku.Â
Tak lama ia tertawa terbahak -bahak.Â
"Ya emang gw tergila -gila sama dia, susah banget dia tu, semakin susah semakin gila gw di buat nya. Kira - kira bisa gak yak gw dapetin dia, karena perasaan gw tercabik - cabik setiap dia ngomong ketus , semua gombalan gw itu serius". Selorohnya.Â
" gw kira waktu dia bilang kalau dia mau acak -acak hidup gw, mau robek - robek kaos gw segala, itu gw pikir udah tanda kalau dia tertarik...", sahut nya sambil tersenyum renyah. Ya ampun, jadi hati mu ternyata serius? Dan kamu tau, sebetulnya Kamu itu tipe Diana juga. Hanya saja dia lebih tertarik dengan politikus muda.Â
"sorry mas, gw ga bisa bantu banyak nih....", ujarku berusaha menghiburnya.Â
" waduh, Manda Chung, gausah serius banget lah, haha... Diana itu emang tipe gw , just it. Btw, tonton ya acara travelling gw hari Sabtu ini, ga baru aja kelar syuting lusa lalu", kata - kata David penuh semangat mempromosikan acara televisinya.Â
Setidaknya. Pemotretan perdana yang penuh kejutan ini, memberikanku kesempatan agar lebih dekat dengan cowok grunge idamanku. Ah rasanya udah mental block duluan. Mengingat ucapan Dave barusan, bahwa Diana tipe cewek nya. Dan menegaskan bahwa ia belum ingin memiliki pasangan. Pertanyaannya, jika ia bisa ku genggam, mungkin hubungan kami akan tarik ulur dan membosankan. Sesuatu menjadi menarik ketika kita sulit mendapatkan apa yang kita ingikan. Jika pada akhirnya kita dapat memilikinya, yasudah selesai. Tidak ada adrenaline rush, lagi.Â
Penampilan hari ini sukses menarik perhatian mata nya, tapi bukan hatinya. Aku pernah bilang, bahwa, aku mungkin bisa berubah penampilan, tapi tidak dengan sikap. Bagaimana bersikap seperti cewek killer yang anggun dan elegan, persis seperti Diana?. Hal itu kan harus di pelajari juga, bukan?.Â
Mungkin benar apa kata Diana. Jika bekerja dan ada campur tangan romansa di dalamnya, pelan - pelan itu akan menghancurkan karirmu. Bikin ga fokus. Tapi ini masalah hati, gak bisa di rekayasa. Biarlah, anggap saja jarak ini menjadi perjalanan penuh tantangan menuju puncak gunung Rinjani. Akan menjadi perjalanan yang tidak dapat terlupakan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H