Ujian ekonomi dalam segala lini kehidupan adalah ujian terberat. Ketika kita dihadapkan dengan masalah kebutuhan, keinginan dan keuangan.
Terlebih, cobaan ini datang ketika sudah ada anak- anak. Saya punya 3 anak yang masih kecil-kecil. Kebutuhan mereka banyak. Terutama soal makanan. Terkadang selalu ada celetukan seperti: "Wah anak 3, masih kecil-kecil, banyak duit keluar", "Entar sekolahnya deketan tuh, banyak pengeluaran", "Lagi boros -borosnya tuh, anak lagi sedang-sedangnya banyak makan", dan lain-lain.
Komentar yang enak menjawab celetukan-celetukan itu ya "bodo amat!".
Pada awal nya saya sempat 'terhasut' menuntut suami agar bekerja lebih keras karena kebutuhan yang banyak.
Namun, itu semua kan pendapat orang. Orang lain tidak merasakan apa yang saya rasakan dan gak perlu orang lain tau penderitaan saya. Tidak meminta belas kasih orang lain. Kami sudah punya solusinya dan tinggal dijalankan.
Masa-masa sulit ini adalah kenangan yang terus kami ingat. Betapa kami ingin sekali ngopi sachet harus mengorek-orek recehan di saku celana dan tas. Membeli beras satu-dua liter dengan keadaan 3 anak. Di rumah harus selalu ada cemilan dan popok. Namun alhamdulillah Allah Ta'ala tidak tidur. Selalu ada rejeki yang tidak terduga tanpa perlu kami mengemis.Â
Murid saya semakin banyak. Suami pelan-pelan mendapatkan pekerjaan paruh waktu yang lebih dari cukup membeli beras dan popok. Hal ini sudah cukup membuat saya tenang. Hanya dengan 2 hal di atas sudah tercukupi. Rahasianya? Sabar. Tidak banyak menuntut, komunikasi, menurunkan ego, saling mengerti perasaan pasangan satu sama lain. Bukan hal yang mudah, sungguh!
Namun jika ingin mahligai pernikahan berjalan mulus , akan ada pengorbanan di sana. Bukan berarti selalu mengalah. Tapi saling pengertian satu sama lain akan terjalin dengan sendirinya.
Bukan hal yang mudah menenangkan emosi yang sudah terbakar. Namun, emosi ini akan sembuh dengan sendirinya dengan atau tanpa kata-kata.
Ketika sebuah kesalahan sudah terjadi, hanya akan ada penyesalan. Namun pelajaran agar tidak mengulang kesalahan kedua kalinya.
Semoga tulisan saya yang tidak sempurna ini bermanfaat.