Setibanya di pengungsian kami langsung ke tenda PMI, akhirnya anak itu ditangani lebih lanjut oleh dokter yang sedang berjaga. Perempuan itu juga langsung mengobati luka di pipinya, dan ketika aku akan pergi untuk membersihkan diri dan beristirahat dia menahanku. Dia mengatakan bahwa kakiku juga perlu diobati. Duduklah aku di ranjang pasien untuk diobati. Aku pun memeriksa kakiku, ternyata benar sepatuku meleleh dan telapak kakiku sepenuhnya melepuh. Selesai diobati aku menyodorkan tanganku untuk mengajaknya berkenalan.
"Zayan, Zayan Khalid." Aku memperkenalkan diri.
"Alma Izzatunisa Rahma." Jawabnya langsung pergi tanpa menyambut tanganku.
Keesokannya, aku kembali ke tenda PMI untuk mengetahui keadaan anak yang dievakuasi kemarin malam. Akupun menemukannya dan menanyaan kabarnya pada dokter penjaga yang ada disana.
"Bagaimana keadaannya sekarang?" Tanyaku.
"Alhamdulillah sejauh ini keadaanya sudah sehat, tapi kami belum memeriksa lebih dalam!" Jawab dokter penjaga tersebut.
"Alhamdulillah. Lalu kenapa masih disini? Dimana keluarganya, apa orangtuanya belum menjemputnya?" Tanyaku lagi.
"Orang tuanya masih belum ditemukan, jadi setelah ini dia masih akan tetap disini untuk memperpulih keadaannya sambil menunggu kabar orangtuanya." Jawabnya memberi penjelasan.
Hari-hari berlalu, keadaan sudah membaik. Gunung Merapi sudah berhenti mengeluarkan awan panas, udara sudah kembali segar, dan proses pengevakuasian sudah selesai. Aku dan banyak anggota tim SAR lainya membereskan tempat pengungsian. Kami kembali ke daerah asal kami masing-masing. Begitu juga aku, aku kembali ke kampung halamanku di Jakarta dan kembali kuliah seperti biasa.
Hari pertama kuliah berjalan lancar dan membosankan, selesai kuliah sekitar pukul tujuh malam kuputuskan untuk pergi ke kafe dekat kampus. Aku buka pintu kafe dan melangkah masuk, ku taruh bokongku di kursi yang berhadapan langsung dengan meja barista lalu memesan secangkir kopi.
"Mbak, hot americano satu gelas medium!" Ucapku sambil menscrol ponselku memeriksa tugas-tugas yang telah dikirimkan oleh dosen.
"Satu hot americano ukuran medium." Seorang barista wanita mengantarkan kopiku. Suaranya tak asing, aku langsung menengok ke asal suara dan benar, aku melihat Alma.
"Alma, kau bekerja disini?" Tanyaku, tapi dilihat dari raut wajahnya sepertinya dia tidak mengingatku.
"Aku Zayan, kita bertemu di Yogyakarta saat membantu proses evakuasi korban erupsi Gunung Merapi," ucapku dan sepertinya dia mulai ingat.
"Senang rasanya bisa bertemu lagi." Sambungku.
"Kamu juga kuliah disini ternyata, prodi apa?" Tanya Alma padaku.
"Aku ambil bisnis management, kamu kuliah disini juga? Mahasiswa baru ya?" Tanyaku.