Kita bisa mengambil jeda beberapa jam atau hari sebelum mengedit tulisan itu. Banyak kegunaan. Karena saat jeda itu, bisa saja ada inspirasi baru yang muncul, dan bisa digunakan untuk memperindah tulisan.Â
Jika kita memaksa diri menghasilkan tulisan dalam satu tahap, dan memohon pada Tuhan agar tulisan itu kelar sebelum tahap pengeditan, ini adalah percobaan 'bunuh diri' paling keren bagi seorang penulis.
Dalam tahap sunting, jangan menyesal tulisan kita akan dihapus pada banyak bagian. Jika dalam pengeditan itu sebagian besar tulisan kita diubah, pasrahlah dan segera ubah. Saya percaya jika kita mengikuti sistem kerja menulis seperti ini, sebuah tulisan bisa kita hasilkan tanpa menghadapi kendala yang berarti.
Yang bermasalah, apabila kita ingin menulis sebuah novel, dan referensi bacaan kita adalah koran. Menulis sebuah opini tapi referensi bacaan kita adalah cerita pendek. Kita akan mengalami kendala serius jika kita terus-menerus memelihara kebiasaan ini.
Jika ingin menulis puisi, referensi bacaan yang diharapkan adalah buku kumpulan puisi. Jika ingin menulis novel, sangat disarankan untuk membaca sebanyak mungkin karya novel. Juga, jika ingin menulis opini, sering-seringlah membaca opini. Hal ini tidak berarti bahwa bacaan lain kita tinggalkan. Kita harus membaca semua jenis buku -- resep masak sekalipun -- tapi dengan tujuan yang jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H