"Anda harus mencoba menulis lagi!" Harusnya saya menjawab begitu. Tapi tentu tidak sampai hati, karena kegagalan menulisnya ini yang membuatnya harus bertanya kepada orang lain.
Jika saya seorang guru, saya boleh menyuruhnya membaca secara mendalam Komposisi-nya Goris Keraf. Dia bisa mendapatkan banyak hal dalam buku itu tentang bagaimana menulis yang baik. Atau bisa juga dengan membaca buku referensi yang berisi kiat-kiat menulis. Itu mungkin membuatnya merasa lebih baik dan boleh lelap saat tidur.
Persoalannya menjadi berbeda, jika kemudian dia datang dan mengaduhkan hal itu ke seseorang yang tidak terlalu banyak mendalami teori-teori menulis. Begitulah. Saya mencoba menjaga pikiran untuk tidak terjebak dengan teori menulis sewaktu menulis. Percayalah.Â
Menulis sambil membayangkan teori menulis akan lebih banyak mendatangkan frustasi ketimbang puas hati. Teori menulis dan menulis adalah dua hal yang berbeda, yang mesti Anda pisahkan sewaktu memulai sebuah tulisan.
Membicarakan perkara menulis pun merupakan sebuah momen yang jarang menimpah kehidupan saya. Momen yang cukup berkesan, adalah ketika berbincang dengan seorang wartawan yang sudah beberapa kali mendapatkan penghargaan dalam bidang menulis.Â
Pada saat itulah saya mengerti, seorang yang alur berpikirnya sudah bagus, maksudnya dia boleh menceritakan sebuah persoalan dengan lancar, akan menghasilkan tulisan lebih baik dari kebanyakan orang.
Jika banyak yang bingung dengan cara menulis (walau alur berpikirnya bagus), maka yang perlu ditingkatkan adalah bagaimana metode dalam menulis.Â
Satu hal yang bisa disarankan, adalah menulislah sebuah topik, dengan membayangkan anda sedang membicarakan topik itu di depan seseorang. Dengan cara ini, saya kira kita akan dipermudah dalam proses penulisan, karena pada dasarnya kita sudah memiliki kemampuan untuk bercerita.
Seperti yang dikeluhkan perempuan itu, bahwa dia tidak bisa menghasilkan sebuah tulisan, hal inipun jika dicoba dengan metode lain, saya yakin pasti berhasil.
Tidak ada tulisan (ini saya sepenuhnya yakin) yang ditulis sekali duduk (dengan mengandalkan satu tahapan) langsung jadi. Maka kita boleh menulis dengan dua tahap (tidak perlu diribetkan dengan menyuguhkan banyak tahap), yaitu, tahap pertama menulis dengan perasaan, dan tahap berikutnya menulis dengan logika/pikiran.
Jika ingin menulis sebuah opini ataupun jenis tulisan lain, menulislah apa adanya seperti yang dirasakan. Setelah semua hal yang dirasakan mengenai topik itu dituliskan, lanjutkan dengan tahap kedua, yaitu menulis dengan logika/pikiran. Inilah tahap sunting atau pengeditan.