Oleh pemerintah, akunya, mereka dijanjikan akan dibuatkan rumah.
"Tapi sampai sekarang rumah yang dijanjikan itu belum ada juga. Saya pernah baca di koran, pemerintah akan buatkan rumah buat orang-orang eks-Timtim. Tapi sampai sekarang belum ada," katanya.
Karena alasan ingin mencari penghidupan juga -- sama seperti ketika ia meninggalkan tanah kelahirannya ke Timor Timur -- setahun lalu ia datang ke Kota Kupang.
"Katanya ada kerjaan di sini. Sewaktu datang, saya ingin kerja bangunan. Tapi orang-orang tidak mau. 'Saya sudah tua', kata mereka. Akhirnya saya kerja di sini, tanam dan jual sayur," jelasnya.
Soal kenyamanan, dia akui, dirinya aman di sini. Namun ia ingin memiliki rumah, layaknya seorang warga sebuah negara.
"Karena itu yang dijanjikan pemerintah Indonesia. Bukan hanya kepada saya. Tapi kepada semua orang yang telah rela meninggalkan semua miliknya di tanah Timor Lorosae, untuk bernaung di bawah Merah Putih. Kami hanya minta, tolong perhatikan kami," katanya.
Kini, di usia senjanya, Agus Malo masih menanam sayur untuk dijual, masih tinggal di rumah yang tampak dari kejauhan seperti sebuah pondok, juga masih memberi sayur yang banyak kepada orang yang datang hanya membawa uang Rp. 5.000,00. Dari Kefa ke Timor Timur, dari Timor Leste ke Kefa, dari Kefa ke Kota Kupang. Walau tidak dibuatkan rumah oleh pemerintah 'Merah Putih', ia mengakui, ia merasa tenang, aman dan damai di sini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI