Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesadaran Pribadi yang Menjadi Kesadaran Kolektif adalah Motor Gerakan Budaya Bersih dan Senyum Indonesia

15 Maret 2022   15:46 Diperbarui: 15 Maret 2022   15:48 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari individu-individu yang saling menyadari pentingnya menjaga kebersihan itulah akan terbentuk kekuatan besar yang akan merubah paradigm masyarakat, bahwa lingkungan bersih, rapi, indah adalah sebuah kebutuhan. Bahwa kita tak nyaman saat lingkungan kotor. Kesadaran kita yang akan membuat kita berusaha tetap konsisten menjaga kebersihan, menguatkan kesadaran dan mengingatkan orang lain saat mereka bersikap tak peduli terhadap lingkungan. Kontrol masyarakat kepada anggotanya lebih efektif dibanding denda.  Kesadaran kolektif akan pentingnya lingkungan yang berkualitas harus dibangun dari kesadaran sendiri, dari usia sedini mungkin, dari rumah perumah. Tak mungkin hanya dengan imbauan pemerintah setahun dua tahun.

Merubah habit memang susah. tapi tahukah anda, bahwa otak kita bisa menerima kebiasaan baru yang kita tanamkan pada otak setelah 21 hari? Artinya,.. jika sebelumnya kita suka menunggu asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah, maka mulai hari ini mulailah untuk membersihkan semua kekacauan yang kita buat pada hari itu juga.  Contohnya, selesai makan langsung dibuang sisa makanannya di luar rumah agar tikus tak tergoda masuk rumah. Piring dan segala peralatannya jangan direndam air besok baru cuci, usahakan langsung dicuci setelah makan sehingga kotoran lebih mudah dibersihkan, dapur terlihat bersih dan rapi, muka para penghuninya pun menjadi berseri-seri dan banyak tersenyum karena memiliki rumah yang nyaman. 

Saya belajar  ini karena sempat tinggal sebulan di wilayah Uni Eropa. Masyarakat dengan kesadarannya sendiri, langsung memilah mana sampah organic, mana sampah daur ulang. Mana yang bisa mereka buang ke tempat sampah mana yang harus mereka keluarkan biaya untuk mengatasinya. Tidak semua wilyah punya petugas kebersihan atau truk-truk sampah yang mengambil sampah dari depan rumah warga. Wargalah yang dengan kesadarannya sendiri, menyimpan sampahnya dan membawanya ke tempat sampah yang disediakan. Mereka sangat malu jika ketahuan membuang sampah sembarangan, karena karena orang-orang yang melihat akan menganggapnya tak beradab. Semacam manusia gua. Dan mereka sangat peduli dengan penilaian itu. Dan masyarakat pun sangat tidak suka saat ada orang yang membuang sampah sembarangan, parker sembarangan, pipis sembarangan. Kontrol ada di tangan diri, lingkungan dan baru pemerintah yang memfasilitasi warga agar mampu menjaga lingkungannya dengan baik. Di Italia, setiap pinggir jalan dalam jarak tertentu akan disediakan tempat sampah buat yang organic, daur ulang atau yang khusus plastik. Jika orang belum menemukan tempat sampah mereka akan tetap menyimpan sampahnya di mobil.

Tak seperti kebiasaan kita yang membiarkan sampah menggunung dulu hingga busuk, berulat atau berbau, setiap hari mereka buang sampah pada tempatnya dan petugas kebersihan akan mengangkutnya pada waktu yang sama. Tak ada pemandangan sampah menggunung atau bau busuk yang memeningkan kepala.

Rumah-rumah bersih dan artistik di Italia. Unik dan cantik. indah dipandang, nyaman ditempati.  Dan para penghuninya peduli tempat tinggalnya. Masing-masing punya tugas dan tanggung jawab dalam keluarga. Jika sudah ada yang bertugas masak, yang lain bertugas menyiapkan meja hidangan, menata peralatan makan. Selesai makan bersama, tanpa diminta masing-masing bantu beberes. Membersihkan piring dan gelas, merapikan meja atau membuang sampah. Ruangan kembali rapi. Tanpa diingatkan, tanpa menunggu bantuan asisten rumah tangga. Karena cuma orang yang benar-benar kaya yang mampu bayar pembantu. Begitupun masalah bersih-bersih kamar. Masing-masing tanggung jawab pemilik kamar. Bangun tidur kamar dtata dan dirapikan. Ketika semua penghuni rumah keluar untuk aktivitas masing-masing, rumah ditinggal dalam keadaan bersih dan saat pulang ke rumah, mereka menemukan rumah yang rapid an nyaman untuk melepas lelah.  Rasa nyaman membuat orang terpelihara “mood”nya dan itu berdampak langsung ketika sosialisasi dalam keluarga. 

Di kelas, di kantor, di terminal, di bandara, di subway, di pinggir jalan dan di taman-taman orang-orang dengan kesadarannya sendiri menjaga agar tak membuang sampah sembarangan, jika ada sampah tercecer dimasukkannya ke tempat sampah, tidak merusak fasilitas umum yang dibiayai Negara dengan uang pajak mereka. Jika berjalan di tangga atau jalan, tidak memenuhi seluruh ruang tapi menyisakan orang lain yang terburu-buru untuk bisa lewat dengan mudah. Mengantri tanpa diminta untuk semua pelayanan, mendahulukan yang darurat, tak menempati kursi yang diprioritaskan untuk lansia atau ibu hamil, tidak menyerobot  toilet dan ruang parkir untuk difabel, karena memang bukan hak mereka untuk menggunakannya.  

Bersikap tertib dan disiplin ada di mana-mana. Meski sebagian besar bersikap individualistik, tidak mau mencampuri urusan orang lain tapi rata-rata juga tidak ingin menjadi orang yang merugikan orang lain, karena mereka menyadari, mereka juga tak ingin dirugikan orang lain.

Sebenarnya masyarakat Indonesia sangat bisa membentuk sikap peduli lingkungan yang bersih, indah dan teratur seperti di negara maju. Contohnya desa panglipuran di Bali yang ditetapkan PBB sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Jika satu desa  kompak melaksanakannya, bukankah tak mungkin satu daerah virus sadar kebersihan lingkungan ini ditularkan? Ketika melihat satu daerah yang bersih, rapi, indah dan nyaman, semoga memotivasi masyarakat daerah lain beserta kepala daerah dan jajarannya untuk bertekad meningkatkan kualitas lingkungannya. 

Ternyata warga desa Panglipuran bisa membuktikan bahwa rakyat Indonesia selain ramah dan murah senyum juga adalah negara yang cinta kebersihan! Maka desa Panglipuran bisa menjadi contoh dari Gerakan Budaya Bersih dan Senyum yang dilaksanakan secara serentak oleh Kemenko Maritim. Alangkah bagusnya jika virus positif seperti ini disebarluaskan pada masyarakat Indonesia agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungannya.

Jadi dari mana kita mulai untuk menjadi lebih sadar lingkungan dengan turut serta menjaga kebersihan, kerapihan, ketertiban dan keramahan?

Dari diri kita sendiri! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun