Mari kita mendewasakan diri. belajar bertanggung jawab terhadap sikap dan tindakan yang kita lakukan. Menjaga ucapan memang lebih sulit karena melibatkan perasaan orang lain, yang kadang sama-sama “sensi” menciptakan percik konflik. Butuh pengertian.
Tapi sikap menjaga diri untuk tidak buang sampah sembarangan, untuk tidak pipis sembarangan, untuk punya rasa kasih sayang terhadap tanaman, untuk menjaga tangan agar tak gatal iseng membuat graffiti atau merusak properti keindahan kota.
Lingkungan bersih, sehat dan asri harus merupakan kebutuhan semua orang. Harus merupakan bagian dari kesadaran semua pihak untuk menjaga dirinya sendiri untuk tidak berbuat sesuatu yang merugikan orang lain. Untuk punya empati terhadap orang lain yang juga menggunakan fasilitas umum yang sama, terhadap petugas kebersihan yang punya keterbatasan tenaga, terhadap petugas taman yang sepenuh hati sudah melaksanakan tugasnya.
Seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kesadaran untuk menjaga lingkungan akan semakin tinggi juga. Karena guru kita di sekolah dari TK dengan penuh dedikasi dan kesabaran sudah mengajarkan, “ Ayo anak-anak…kita buang sampah pada tempatnya! Ayo kita rapikan bangku… Apakah tas sudah disimpan dengan rapi di dalam loker? Apakah sepatu sudah disimpan di rak dan disusun dengan teratur? …
Indoneia itu bangsa yang ramah, hangat dan murah senyum. Sepertinya semua orang Indonesia sudah terkenal karena itu. Kita sangat ringan tangan membantu orang-orang yang kesussahan. Indonesia masuk peringkat tiga seluruh dunia sebagai negara yang penduduknya pemurah alias tidak pelit. Orang Indonesia juga suka tersenyum ramah bahkan pada orang yang baru mereka kenal sekalipun seperti pada para wisatawan. Nah.. ini salah satu faktor kuat yang menciptakan rasa nyaman pada wisatawan karena budaya senyum dan keramahan yang dimiliki bangsa Indonesia tak diragukan lagi.
Tapi soal kebersihan????
Alamaaaak...... sungguh terlalu...!
Kita sudah terbiasa melihat pemandangan sampah menggunung di berbagai sudut pemukiman penduduk dan menyebarkan bau tak sedap. Sampah yang sudah berhari-hari tak diangkut. Lalat beterbangan di sekitarnya lalu hinggap di tempat orang yang menjajakan makanan yang tak jauh dari sana. Kita tak lagi risih melihat selokan menghitam dan dipenuhi sampah. Kita juga dengan entengnya, tanpa rasa berdosa membuang sampah sembarangan. Dari jendela rumah, dari mobil, di dalam angkutan umum, dan kita membuang sampah ke sungai tanpa rasa bersalah. Sungguh terlalu! Kata Pak Haji Rhoma Irama.
Kita bukan anak TK. Tapi terkadang level kesadaran terhadap kepedulian lingkungan mencakup kebersihan, kerapihan, ketertiban, keindahan dan kenyaman di bawah kesadaran anak TK. Bukankah kita sering mendapati orang-orang bermobil dengan seenaknya membuang sampah dari jendela mobilnya tanpa merasa salah dan malu, karena dengan begitu ia telah melecehkan tingkat pendidikannya sendiri? Tingkat kedewasaannya sendiri?
Selama sebulan berkeliling ke negara maju membuat saya menyadari bahwa sikap masyarakatnya memang sikap masyarakat yang dengan penuh kesadaran, membutuhkan lingkungan yang bersih dan rapi. Bahwa kebersihan, keindahan, dan kenyamanan dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Maka,… dengan penuh kesadaran pula,… tanpa embel-embel ancaman denda atau ancaman kurungan penjara, semua orang menjaga sikapnya untuk bertanggung jawab terhadap tindakannya. Semua gerakan budaya bersih dan senyum warga negara maju berasal dari kesadaran pribadi yang akhirnya berkembang menjadi kesadaran kolektif. Tak perlu pemerintah menghabiskan energi untuk hal yang seharusnya bisa dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga pemerintah akan fokus pada proyek-proyek yang akan meningkatkan iklim investasi dan daya saing negara Indonesia naik lagi secara drastis.