Mohon tunggu...
Amas Mahmud
Amas Mahmud Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi

Melihat mendengar membaca menulis dan berbicara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, President is The Best

25 April 2022   18:58 Diperbarui: 25 April 2022   19:02 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi dan Bung Amas (Dokpri)


The
next Jokowi kita belum tahu. Siapa yang layak dan dipilih rakyat. Meski tensi politik menuju tahun 2024 mulai memanas. Tandanya ada pada fenomena, peristiwa dan rumor politik beredar bervariasi bergantian sebagai pemantik. 

Untuk sosok Jokowi sebagai Presiden Indonesia, beliau is the best. Jokowi menjadi politisi handal yang mampu bertahan di tengah badai politik. Ancaman "makar" juga mengancamnya. Polarisasi persatuan digencarkan. Tapi Jokowi punya cara jitu melerai hantaman.

Tentu punya bertanya-tanya kenapa Jokowi disebut Presiden Is the best. Bahkan ada yang tahu dan curiga, kenapa kali ini saya menuliskan tentang keberhasilan Jokowi. Layaknya pemimpin, mereka pasti memiliki keunggulan. Termasuk Jokowi.

Siapa bilang Jokowi tidak pandai. Jokowi miskin pengalaman?, itu tidaklah benar. Fakta membantahnya. Lihat saja jenjang karirnya di politik. Mulai dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden Republik Indonesia.

Kalau dungu, bloon punya pikiran terbatas, tak mungkin Allah menakdirkan Jokowi menjadi Presiden dua periode. Bahkan, nyaris tiga periode. Kalau tak ada resistensi kencang dari publik.

Posisi ini memperlihatkan, bahwa Jokowi Is the best. Pemimpin tangguh, tenang, visioner, dan berpenampilan sederhana. Jokowi merupakan arsitektur politik. Jika mahir teori rancang bangun, pasti Jokowi terperosok jatuh.

Sejak periode awal sebagai Presiden gelombang politik juga memuncang. Kalau tidak punya prinsip berpolitik, Jokowi pasti tumbang. Beberapa momentum ujian menjadi laboratorium kita untuk memperlajarinya. Jokowi telah tuntas dari dirinya sendiri.

Begitulah pemimpin sekelas Presiden. Tentu kasta politik dan marwahnya sudah tinggi. Gelombang kecil, belokan, jurang telah dilewatinya. Jokowi dapat diumpamakan seperti pelaut ulung. Yang telah melewati badai besar.

Hal itulah, yang membuat mentalitas dan kehebatannya teruji benar. Jokowi begitu tenang. Semenjak menjadi Presiden, memasuki delapan tahun memimpin Indonesia Jokowi jarang terlihat marah-marah. Selalu kalem, dan kesantunannya luar biasa.

Menghadapi kegaduhan politik dengan caranya. Berkelakar, melempar satire cerdas. Jokowi mengetahui cara memancing ular, dan binatang buas lainnya untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Seorang politisi yang dikira lugu, ternyata futuristik.

Arsitek politik yang kemampuan dan kebolehannya telah teruji berkali-kali. Presiden sipil, bukan militer yang mampu secara apik, memainkan irama politik. Tidak mudah memang. Sebagai seseorang yang bisa dikatakan masih berusia muda di panggung politik, tapi mampu melakukan akselerasi.

Berkolaborasi, mengkombinasikan kekuatan dengan sejumlah politisi senior. Tidak hanya itu, para Ketua Umum partai politik juga mampu secara tidak sadar diorkestrasi Jokowi. Semua sumber kekuatan politik, peta atau bentuk koalisi politik diaturnya.

Jokowi potret pemimpin sederhana, tapi sikapnya membahana. Tidak sehebat Soekarno dalam berpidato, tapi diplomasi, keberanian, dan keberpihakannya tak perlu diragukan lagi. Terutama ketika berharapan dengan pihak pemerintah Asing.

Jejak rekam Jokowi akan selalu melekat di hati rakyat. Karena kenapa?, karena tampilan politiknya dibangun dengan standar dan ukurannya rakyat kecil. Rakyat dapat mengakses cara kerja, gaya hidup Jokowi. Pemimpin yang tidak mau mubazir bicara.

Sikap tegasnya diperlihatkan dalam kebijakan keberpihakan. Jokowi kelihatannya, tidak terbiasa basa-basi politik. Sosok pemimpin Indonesia yang satu simple, tak mau neko-neko. Sedikit bekerja, namun perbanyak bekerja. Lihat saja slogannya, kerja, kerja, kerja.

Wajah kepemimpinan merakyat, berdialog dengan rakyat juga dilakukan Jokowi. Kalau ditelisik, dalam sejumlah kunjungan Kepresidenan di daerah, Jokowi termasuk yang paling beda. Sering kali protokoler ditabraknya. Itu semata untuk bertemu langsung dengan rakyat.

Presiden Jokowi hendak memastikan bahwa program populis yang dirancang dan dialokasikan untuk rakyat benar-benar tersalurkan dengan baik atau tidak. Itu kemungkinan yang membuat dibeberap tempat saat kunjungan ke daerah, Jokowi menyapa langsung rakyat. Para pengawalpun sering kesulitan melakukan pengamanan.

Pola komunikasi dengan rakyat, merangkul dan duduk setara harus diakui tengah diupayakan, menjadi ikhtiar yang terus-menerus dilakukan Jokowi. Hanya saja, protokoler yang melekat pada dirinya sebagai pejabat negara yang membatasinya. Membatasi dirinya berdialog bebas dengan rakyat. Padahal, kalau mau ikut kata hati dan perilaku kepemimpinan, Jokowi tak mau ada batasan seperti itu.

Jokowi tak punya skandal politik. Sosok yang bersih, tidak cacat moral. Kalau sedikut tercoreng, itu bukan karena faktor Jokowi. Citra Jokowi rusak oknum orang-orang disekitarnya. Pola kepemimpinan politik Jokowi juga cukup menarik, yakni dengan pendekatan politik akomodasi.

Betul bahwa Jokowi tak mau ada rivialitas yang berlebihan. Jangan karena hal itu, membuat program pemerintah terhambat. Cara meramu kekuatan politik, memang perlu kita belajar pada Jokowi. Tak ada permusuhan yang sejati dalam politik.

Dan hal tersebut dimengerti betul Jokowi. Pro kontra dalam politik sebagai bagian dari khasanah demokrasi adalah perlu diberi ruang adanya perbedaan. Pada sisi konflik interest yang terlampau kencang, yang berpotensi merusak persatuan inilah yang tidak diinginkan Jokowi.

Alhasil, tafsir politik ditunjukkan Jokowi melalui konsolidasi demokrasi. Pendekatan politik akomodatif semua kepentingan politik tak lagi berbenturan berlebihan. Masih dalam tahap wajar sampai sekarang ini. Jokowi tak mau benturan politik yang kuat melahirkan polarisasi di tengah rakyat.

Sikap terbuka Jokowi inilah yang membuat kelompok posisi, agak kesulitan menghajarnya. Menanggapi adanya distribusi isu hoax dan fitnah yang ditujukan padanya, Jokowi tetap bijaksana. Tuduhan yang kadang mengerikan juga dialamatkan kepadanya, semua satu persatu dihadapi.

Politisi yang satu ini bukan tipe pemimpin penakut yang lari terbirit-birit bila diserang. Lawan politik dirangkulnya. Buktinya, Prabowo Subianto diangkatnya sebagai Menteri Pertahanan. Politik dengan narasi kebencian juga ditangani dengan menghidupkan edukasi.

Tinggal beberapa hal terkait komunikasi publik yang dinilai kurang maksimal, menjadi Pekerjaan Rumah. Yang kedepannya dikoreksi, dimana jajaran KSP sebagai benteng dari Presiden rasanya masih lemah dalam menanggapi dialektika publik. Selain lamban, sering kali out of context. Bahkan, melahirkan masalah baru. Memberi ruang kepada publik untuk menghantam lagi Presiden Jokowi.

Politik identitas yang menjadi senjata bagi kelompok politik tertentu meracuni nalar publik. Dampaknya, rakyat terbelah. Menjadi yang pro pemerintah dan anti pemerintah. Atau yang disebut Pancasilais vs Agamais. Tentu melahirkan kesenjangan, disparitas ini menjadi racun mematikan.

Yang buahnya melemahkan solidaritas rakyat. Memicu konflik sosial. Membuat rakyat saling beradu, tidak mau duduk semeja mencari solusi bersama. Produksi isu sektarian, sentimentil inilah yang sebenarnya cukup banyak mengganggu pemerintahan Jokowi saat ini. Alhamdulillah, karena kehebatannya Jokowi tetap kokoh.

Manuver dengan segala macam cara, untuk memakai tangan rakyat dengan menggunakan istilah "people power" juga terpental. Tidak mampu membuat Jokowi jatuh dari kursi kekuasannya sebagai Presiden. Biasanya, skenario busuk, hasilnya malah membunuh diri mereka niatnya tidak lurus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun