Mohon tunggu...
Amar Alfian
Amar Alfian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pasaman Barat

Amor Fati Fatum Brutum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia dan Kekuasaan dalam Arus Sejarah

13 Agustus 2024   16:46 Diperbarui: 13 Agustus 2024   16:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Siklus kekuasaan terdiri atas beberapa fase yang mencerminkan bagaimana kekuasaan berkembang, stabil, dan akhirnya menurun. Penulis akan menjelaskan secara singkat analisis dari siklus ini, hal ini bertujuan untuk membantu kita memahami bagaimana kekuasaan beroperasi dalam konteks sejarah:

Fase Kenaikan: Pada fase ini, kekuasaan biasanya dimulai dengan inovasi, konsolidasi, atau keunggulan dalam bidang tertentu. Contohnya adalah kebangkitan Kekaisaran Romawi yang didorong oleh inovasi militernya dan strategi ekspansi wilayah. Dalam konteks modern, fase kenaikan dapat terlihat dalam pertumbuhan perusahaan teknologi besar yang merubah lanskap ekonomi global.

Fase Puncak: Kekuasaan mencapai titik maksimalnya pada fase puncak. Struktur kekuasaan tampak stabil dan terorganisir, memungkinkan kekuatan untuk mendominasi secara luas. Misalnya, pada puncak Kekaisaran Ottoman, administrasi yang efisien dan kekuatan militer yang tangguh memungkinkan kontrol yang luas di Timur Tengah dan Eropa Tenggara.

Fase Kejatuhan: Fase ini menandakan penurunan kekuasaan akibat faktor internal dan eksternal. Kelemahan struktural, korupsi, ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan zaman, atau tekanan eksternal sering menjadi pemicu kejatuhan. Contohnya, kejatuhan kekaisaran-kekaisaran besar seperti  Romawi, Bizantium, atau Ottoman mereka runtuh karena kombinasi dari korupsi internal, serangan eksternal, dan perubahan sosial-ekonomi.

Sejarah dipenuhi dengan siklus kekuasaan di mana penguasa lama jatuh dan digantikan oleh kekuatan baru. Siklus ini mencerminkan dinamika yang kompleks di mana kekuasaan jarang bersifat permanen, tetapi selalu rentan terhadap perubahan akibat faktor internal dan eksternal.

Kekaisaran besar seperti Romawi, Bizantium, atau Ottoman pernah menjadi pusat kekuasaan dunia, tetapi pada akhirnya mereka runtuh karena kombinasi dari korupsi internal, serangan eksternal, dan perubahan sosial-ekonomi. Siklus kekuasaan ini menunjukkan bahwa tidak ada kekuasaan yang abadi; setiap puncak kejayaan selalu diikuti oleh kemunduran dan kejatuhan.

Di Indonesia, kita dapat melihat siklus kekuasaan dalam berbagai periode sejarah. Kerajaan Majapahit, yang pernah menjadi salah satu kerajaan terbesar di Asia Tenggara, akhirnya runtuh karena konflik internal dan tekanan dari kekuatan luar. Demikian juga, setelah kemerdekaan, Indonesia mengalami beberapa kali peralihan kekuasaan yang signifikan, seperti dari Orde Lama ke Orde Baru, dan kemudian dari Orde Baru ke era Reformasi.

Perubahan kekuasaan ini sering kali disertai dengan pergeseran dalam kebijakan, struktur sosial, dan orientasi ideologis negara. Misalnya, transisi dari Orde Lama ke Orde Baru membawa perubahan drastis dalam politik ekonomi dan kebijakan pembangunan. Pada masa Orde Lama, di bawah kepemimpinan Soekarno, Indonesia cenderung berorientasi pada sosialisme dan anti-imperialisme. Namun, ketika Soeharto mengambil alih kekuasaan, Indonesia bergeser ke arah kapitalisme yang lebih pragmatis dan membuka diri terhadap investasi asing.

Sejarah Ditulis oleh Pemenang

Pembaca yang budiman mungkin pernah mendengar ungkapan "sejarah ditulis oleh pemenang" bukan?, ungkapan ini mencerminkan kenyataan bahwa mereka yang memegang kekuasaan memiliki kendali atas narasi sejarah. Pemenang dalam konflik, revolusi, atau perang tidak hanya merebut kendali atas sumber daya fisik tetapi juga kontrol atas narasi yang membentuk pemahaman masyarakat tentang peristiwa yang terjadi.

Ketika pemenang menulis sejarah, mereka cenderung menyoroti pencapaian mereka, menghilangkan atau meremehkan kesalahan mereka, dan sering kali menghapus kontribusi dari pihak-pihak yang dikalahkan. Ini menciptakan bias yang mendalam dalam catatan sejarah, di mana kebenaran yang kompleks dan multi-faceted sering kali disederhanakan atau diubah untuk melayani kepentingan penguasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun