Mohon tunggu...
Amara Putri
Amara Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

describe my feelings through paintings

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengungkap Hidden Hunger: Ancaman tersembunyi di Balik Kekurangan Gizi

20 Juni 2024   23:27 Diperbarui: 21 Juni 2024   01:14 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Terdapat dua masalah gizi di Indonesia yang kerap kali didiskusikan dengan tema yang kontras, yakni stunting dan obesitas. Keduanya merupakan topik yang cukup akrab di telinga masyarakat. Namun, ada satu isu penting yang sering terabaikan, satu bagian dari beban malnutrisi yang dialami Indonesia, yakni defisiensi gizi mikro atau dikenal sebagai "Hidden Hunger". Isu ini mencakup kekurangan zat gizi berupa vitamin dan mineral penting yang berdampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat, terutama anak-anak dan remaja, yang berkontribusi pada masa depan negara.

Defisiensi Zat Gizi Mikro: "Hidden Hunger" yang Tak Terlihat

Menurut WHO defisiensi zat gizi mikro adalah kondisi di mana tubuh kekurangan vitamin dan mineral penting, seperti zat besi, yodium, vitamin A, dan seng. Banyak orang mendefinisikannya sebagai hidden hunger, yakni kondisi lapar, akibat kebutuhan sel-sel tubuh, yang tersembunyi karena kondisi ini sering tidak menunjukkan gejala yang jelas, sehingga sering kali tidak terdiagnosis dan diabaikan.

Menilik penyebab dasarnya, permasalahan defisiensi zat gizi mikro tidak jauh dari masalah sosial, ekonomi, budaya, bahkan buah dari kebijakan yang dibuat pemerintah. Ketidakmampuan sebuah keluarga memberikan makanan bergizi layak, kerawanan pangan, dan kualitas diet yang masih rendah berkontribusi pada beban masalah gizi tersebut. Menyadur artikel dari Kompas yang dirilis pada Desember 2022, biaya yang diperlukan seseorang di Indonesia untuk membeli makanan dengan gizi seimbang adalah sekitar Rp 22.126/hari. Artinya, lebih dari 180 juta penduduk Indonesia tidak mampu memenuhi biaya tersebut untuk membeli makanan bergizi seimbang. 

Ketidaktahuan dan pengabaian atas gejala yang tidak jelas terlihat turut menambah bahaya masalah ini. Padahal, dampaknya sangat besar terhadap tumbuh kembang anak-anak. Anak bisa tampak kurang sehat (lemas, pucat, dan sebagainya), prestasinya di sekolah menurun, dan tergganggu aktivitasnya secara keseluruhan sehari-hari. Pada orang dewasa, hal ini dapat tampak dari performa kerja dan produktivitas yang menurun. Masalah ini juga dapat berdampak pada perburukan kondisi mental seseorang. 

Menurut Dr. Rini Sekartini, seorang ahli gizi dari Universitas Indonesia, defisiensi zat gizi mikro dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius, seperti anemia, gangguan perkembangan kognitif, dan sistem imun yang lemah. Ini adalah masalah yang harus segera ditangani karena dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa depan. Indonesia sedang mengalami bonus demografi yang dapat memberikan banyak dampak positif apabila dimanfaatkan secara maksimal dan masalah gizi ini tidak boleh dibiarkan merusak hal tersebut.

Kebijakan Pemberian Tablet Tambah Darah: Apakah Efektif?

Pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan untuk menangani masalah defisiensi gizi mikro ini, salah satunya adalah pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri. Program ini bertujuan untuk mengatasi anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi, sebuah kondisi yang umum terjadi pada remaja putri akibat menstruasi dan pola makan yang kurang seimbang. Anemia dapat menyebabkan kelelahan, konsentrasi menurun, serta berkurangnya daya tahan tubuh, yang pada gilirannya memengaruhi prestasi belajar dan produktivitas.

Namun, keberhasilan program ini sering kali hanya diukur dari jumlah tablet yang diberikan, bukan dari berapa banyak remaja yang benar-benar mengonsumsinya secara teratur. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas kebijakan tersebut dalam jangka panjang.

Dr. Maria Endang S. Susilowati, seorang peneliti kesehatan masyarakat, menyoroti kelemahan kebijakan ini. "Pemberian tablet tambah darah adalah langkah yang baik, tetapi tidak cukup hanya dengan membagikannya. Penting untuk memastikan bahwa remaja benar-benar meminum tablet tersebut secara rutin. Ini memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif, termasuk edukasi tentang pentingnya tablet tersebut dan pengawasan yang ketat."

Tantangan dalam Implementasi

Ada beberapa tantangan utama dalam implementasi kebijakan pemberian tablet tambah darah:

1. Kurangnya Edukasi 

Banyak remaja yang tidak memahami pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah. Mereka mungkin tidak menyadari manfaatnya atau merasa tidak perlu meminumnya jika tidak merasakan gejala anemia secara langsung. 

2. Kepatuhan yang Rendah

Kepatuhan remaja dalam mengonsumsi tablet tambah darah cenderung rendah. Remaja mungkin lupa atau tidak termotivasi untuk meminumnya secara rutin. Menurut Dr. Susilowati, "Edukasi yang berkelanjutan dan metode pengawasan yang lebih baik sangat diperlukan untuk memastikan remaja meminum tablet tersebut sesuai anjuran."

3. Distribusi yang Tidak Merata

Dalam beberapa kasus, distribusi tablet tambah darah tidak mencapai semua remaja yang membutuhkannya, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Hal ini bisa disebabkan oleh logistik yang kurang baik atau kurangnya sumber daya.

Solusi untuk Mengatasi Defisiensi Zat Gizi Mikro

Untuk mengatasi defisiensi zat gizi mikro, diperlukan pendekatan yang lebih terintegrasi. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Edukasi Gizi yang Intensif

Edukasi tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang harus diperkuat di sekolah-sekolah dan masyarakat. Kampanye kesehatan harus menekankan pentingnya vitamin dan mineral dalam diet sehari-hari. Kebijakan dari Kementerian Kesehatan yang berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga bisa berpengaruh besar dalam pemahaman anak-anak dan remaja tentang pentingya gizi seimbang.

2. Fortifikasi Pangan

Program fortifikasi pangan, seperti penambahan zat besi pada tepung terigu atau yodium pada garam, dapat membantu meningkatkan asupan zat gizi mikro pada populasi luas. Program fortifikasi yang direncanakan dengan baik dan dengan memanfaatkan melimpahnya sumber daya di Indonesia seharusnya dapat mengatasi masalah kerawanan pangan yang juga menjadi salah satu penyebab masalah defisiensi gizi mikro.

3. Monitoring dan Evaluasi

Program pemberian tablet tambah darah harus disertai dengan sistem monitoring dan evaluasi yang efektif untuk memastikan kepatuhan dan efektivitas. Program-program serupa di masa depan juga harus memastikan proses monitoring dan evaluasi yang baik.

4. Kerjasama Multi-sektor

Penanganan masalah gizi memerlukan kerjasama berbagai sektor, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah, untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan.

Masalah gizi di Indonesia bukan hanya tentang stunting dan obesitas, tetapi juga defisiensi zat gizi mikro yang seringkali terabaikan. Penting bagi kita untuk memahami bahwa hidden hunger memiliki dampak yang serius terhadap kesehatan dan perkembangan manusia. Kebijakan yang ada perlu diperkuat dengan pendekatan yang lebih komprehensif dan terintegrasi untuk memastikan bahwa setiap warga negara mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang. Solusi “satu untuk semua” tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah ini. Diperlukan intervensi yang spesifik, sensitif, dan dipertimbangkan matang-matang untuk menyelesaikannya.

Beban menyelesaikan problematika ini memang di tangan pemerintah. Akan tetapi, sebagai individu dalam kelompok masyarakat yang diberi pengetahuan lebih, kita juga memiliki peran penting dalam menyebarkan kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya gizi yang seimbang. Dengan kerja sama yang baik, kita dapat menghadapi tantangan ini dan membangun generasi yang lebih sehat dan produktif di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun