Ada beberapa tantangan utama dalam implementasi kebijakan pemberian tablet tambah darah:
1. Kurangnya EdukasiÂ
Banyak remaja yang tidak memahami pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah. Mereka mungkin tidak menyadari manfaatnya atau merasa tidak perlu meminumnya jika tidak merasakan gejala anemia secara langsung.Â
2. Kepatuhan yang Rendah
Kepatuhan remaja dalam mengonsumsi tablet tambah darah cenderung rendah. Remaja mungkin lupa atau tidak termotivasi untuk meminumnya secara rutin. Menurut Dr. Susilowati, "Edukasi yang berkelanjutan dan metode pengawasan yang lebih baik sangat diperlukan untuk memastikan remaja meminum tablet tersebut sesuai anjuran."
3. Distribusi yang Tidak Merata
Dalam beberapa kasus, distribusi tablet tambah darah tidak mencapai semua remaja yang membutuhkannya, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Hal ini bisa disebabkan oleh logistik yang kurang baik atau kurangnya sumber daya.
Solusi untuk Mengatasi Defisiensi Zat Gizi Mikro
Untuk mengatasi defisiensi zat gizi mikro, diperlukan pendekatan yang lebih terintegrasi. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Edukasi Gizi yang Intensif
Edukasi tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang harus diperkuat di sekolah-sekolah dan masyarakat. Kampanye kesehatan harus menekankan pentingnya vitamin dan mineral dalam diet sehari-hari. Kebijakan dari Kementerian Kesehatan yang berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga bisa berpengaruh besar dalam pemahaman anak-anak dan remaja tentang pentingya gizi seimbang.