"eum.. abang cuma sendirian dirumah?"
"Iya..."
Entah mengapa tiba-tiba aku merasa tidak enak berada berdua saja dengannya.
"Ah... kalau gitu Ama pulang aja." Dengan bergegas aku membalikkan tubuhku.
"Oh... !!!!"
Betapa kagetnya aku mendapati dia yang tiba-tiba telah berdiri di hadapannku, menutup pintu dan menguncinya.
"Kamu semakin cantik, Ama... Kamu pasti sangat bahagia sekarang"
"Insya Allah abang juga akan meraih kebahagiaan itu" Aku merasa sangat tidak nyaman dengan perlakuannya ini. Mengapa ia mulai menyudutkanku di ruangan ini... Samar-samar kuciumi nafasnya... Astaga... bau alkohol.
Tubuhku gemetar... bibirku kelu... bulu kudukku merinding. Logikaku mulai berjalan cepat. Naluri perempuanku mengerang. Aku sadar betul aku takkan bisa lari darinya. Dengan tubuh yang gemetar aku tersungkur di sudut ruangan ini.
"Istigfar bang... Ama mohon...!!!" Rintihku... berharap ia akan tersadar. Tak terbayang betapa hancurnya hatiku, membayangkan apa yang akan ia lakukan terhadapku.
"Huh... hanya itu yang bisa kamu katakan saat ini...?? Tak tahukah kamu bagaimana hari-hari yang abang lalui saat ini... tak tahukah kamu bagaimana setiap malam abang berusaha menghapus bayangan wajahmu yang mengerang kenikmatan karena di setubuhi lelaki itu? Abang cemburu, sayang... abang begitu cemburu membayangkan kamu terpekur dalam dekapan lelaki lain."