"Ini kamar Layla, kamar abang ada di bawah dekat dapur dan cuma ada ranjang single, malam ini kita tidur disini."
Kamar yang sederhana sekali, berukuran 3x3 meter. Hanya ada sebuah tempat tidur berukuran sedang, dan sebuah lemari dengan satu pintu. Tak ada meja rias, yang ada hanya sebuah cermin berukuran 15x30 cm yang menempel di dinding yang menghadap tingkap (jendela). Kuletakkan tas di atas tempat tidur. Suamiku membakar satu lempeng obat nyamuk lalu diletakannya di bawah ranjang, sampai terbatuk-batuk aku dibuatnya.
Tak banyak kata terucap dari bibirku. Belum cukup rasanya culture shock terjadi di rumah ini. Sekarang aku harus menghabiskan malam di tempat yang sempit dan sumpek begini.
Menyedihkan.
"Belum mau tidur? Kok masih bengong gitu?" ujar suamiku yang sudah berada di atas tempat tidur.
"eum... " masih ragu-ragu rasanya untuk naik ke ranjang. Bagaimana mungkin aku bisa tidur berdua di atas ranjang yang menurutku sempit itu.
Suamiku kemudian menarik lagi nafas panjangnya.
"Kan abang udah janji sama ade. Abang tidak akan memaksa ade untuk melakukannya. Biarlah itu semua terjadi sewajarnya. Sekarang kita nikmati aja saat-saat perkenalan ini." Ujarnya kemudian.
Dengan perlahan aku naik ke atas tempat tidur itu. Hawa panas dikamar ini membuatku berkeringat luar biasa. Kulihat suamiku dengan santainya menanggalkan bajunya.
"ade pasti terkejut batin berada di rumah ini kan?"
Ah.. seandainya saja dia tau kalau aku lebih terkejut lagi melihatnya bertelanjang dada disini.