Berbagai materi tentang kekerasan dan akibat yang terjadi di balik itu. Lalu akar-akar munculnya kekerasan seperti tidak menghargai perbedaan atau melihat orang lain sebagai obyek.
Melengkapi materi sosialisasi kami menyertakan pula berbagai video atau gambar menyangkut perilaku kekerasan yang terjadi di sekolah-sekolah lainnya yang sempat viral di sosial media.
Sebagai tindak lanjut dari sosialisasi ini adalah kami melakukan survei dengan menyiapkan beberapa pertanyaan pada lembaran kertas lalu meminta seluruh peserta didik yang ada untuk mengisikannya sesuai dengan kenyataan yang mereka alami khususnya terkait relasi yang mereka jalani di sekolah.
Kejujuran adalah syarat mutlak dalam mengisinya.  Artinya, semua peserta didik harus mengisi kuesioner yang kami sediakan dengan jujur tanpa adanya intervensi dari pihak lain.
Adapun tujuan dari pengisian ini adalah untuk memudahkan kami sebagai tim dalam mendeteksi terjadinya kekerasan dan untuk memudahkan kami dalam meninjau seberapa kritisnya perilaku kekerasan yang dialami oleh pihak korban.
Sebelum membiarkan siswa dan siswi mengisikannya, terlebih dahulu kami bangunkan sebuah kesadaran yang sederhana sehingga memudahkan mereka merasakan diri sebagai korban.
Yakni, ketika dalam berelasi dengan sesama mulai muncul perasaan tidak aman akibat ulah atau perilaku dari seorang sahabat maka mulai di situlah Anda telah menjadi korban.
Selanjutnya adalah tugas kami sebagai tim untuk merekap penilaian terhadap masing-masing peserta didik lalu menghitung tingkat persentase kerentanan kekerasan yang terjadi di sekolah. Dan persentase banyaknya korban yang ada selama ini.
Lalu setelahnya, kami akan melakukan bimbingan secara khusus bagi pihak yang m mengalami korban.
Penting juga dalam aksi yang kami lakukan adalah dukungan penuh dari berbagai pihak mulai dari orang tua siswa hingga semua elemen sekolah.
Demikianlah secuil pengalaman ketika menjadi TPPKS. Semoga saja, pengalaman perdana ini akan membuahkan hikmah yang berlimpah.