Terkait kekerasan seksual yang selalu terjadi juga adalah seperti menyebutkan bagian-bagian tubuh yang sensitif dari siswa lain hingga dengan sengaja sampai menyentuhnya. Pihak yang selalu menjadi korbannya adalah perempuan atau siswi di sekolah.
Salah satu kebiasaan lainnya yang kerap memunculkan tindakan kekerasan yang ekstrim adalah masih menguatnya sistem senioritas di sekolah.
Yang kakak kelas selalu menindas adik-adik kelasnya dengan macam-macam tindakan. Seperti wajib tunduk dan memberikan salam yang sopan dengan kakak-kakak kelas, dan lain sebagainya.
Pola relasi ini kerap memicu perkelahian yang sengit dan tak henti-hentinya kantor sekolah selalu sibuk mengurusi persoalan demikian.
Lalu sebagai tindakan pencegahannya pun hanya dibebankan kepada guru tertentu saja. Dalam hal ini kerap dibebankan kepada guru bimbingan konseling saja. Sehingga tak jarang, ketika persoalan serupa terjadi maka pihak pertama yang disalahkan itu pasti guru bimbingan konseling nya, berikut baru sesama guru lainnya.
Aksi Nyata Setelah menjadi TPPKS.
Sebelumnya, saya sendiri patut memberikan apresiasi kepada menteri pendidikan sendiri yang telah dengan sigap mengeluarkan peraturan yang tegas untuk mencegah dan menanggulangi segala jenis tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan.
Melalui tim kecil ini, saya dengan beberapa guru lainnya, langsung melakukan aksi nyata.
Kehadiran kami sebagai tim PPKS sejatinya berpihak kepada korban.
Untuk memulihkan rasa dan perasaan kepercayaan diri mereka, dan membuat mereka merasa diterima dan berekspresi dengan bebas.
Pertama-tama yang kami lakukan adalah dengan melakukan sosialisasi. Melalui sosialisasi ini kami diberikan waktu secara khusus untuk bertemu muka dengan semua siswa dan siswi di sekolah.