Misalnya anak-anak yang berusia mulai dari balita hingga yang berusia Sekolah Dasar, setelah diculik lalu mempekerjakan mereka untuk menjadi tukang minta-minta di jalan, dijual ke pihak lain, untuk mengambil organ-organ tubuh lalu menjualnya dan sebagainya.
Jika akar persoalan khususnya dari sisi penculik atau pelaku penculikan itu sendiri terbongkar secara sistematis, maka selanjutnya adalah bagaimana pemerintah selaku promotor kesejahteraan sosial sesegera mungkin menuntaskannya.Â
Seperti menangkap pelaku lalu mencari solusi yang tepat terhadap pelaku dengan memberikan lapangan pekerjaan yang halal dan layak.
Kebingungan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak serta meningkatnya tuntutan hidup khususnya di wilayah perkotaan memungkinkan setiap orang untuk menghalalkan segala pekerjaan yang ada termasuk menculik dan menjual sesama manusia dalam hal ini anak-anak semata-mata untuk bertahan hidup.
2. Dari Sisi Orang Tua
Lalu dari sisi orang tua, penting bahwa separuh dari kebebasan hidup ada dalam diri anak. Dua sikap yang patut dikedepankan adalah sikap rela 'disandera' (rela berkorban) demi kebahagiaan dan ketentraman hidup mereka sendiri dan anak-anak tentunya.Â
Orang tua harus selalu keluar dari zona nyamannya sendiri demi anak-anak.
Dan sikap yang lainnya adalah selalu menunjukan sikap monoloyalitas total terhadap anak.Â
Artinya mencintai dan mengasihi anak-anak selalu dihayati dan menjadi keutamaan sebagai orang tua.Â
Dengan mengedepankan sikap ini, orang tua berani menangkal seluruh tawaran-tawaran yang lainnya yang justru membuatnya berjarak terhadap anak-anak.
Terkhusus di era yang serba digital ini, tantangan terkuat yang patut dilawan oleh orang tua adalah individualisme yang membuatnya kehilangan kepekaan dan tidak altruis terhadap sesama khususnya terhadap anak-anak.