Dalam diri anak, orang tua mengakui dirinya sendiri.
Dunia kehidupan anak-anak sejatinya lebih dikenal sebagai dunia bermain. Bermain dalam artian yang sesungguhnya ialah bekerja seturut kemampuan dan perkembangan akal budi yang dimiliki dalam diri anak-anak saat itu.
Dengan bermain, anak-anak menampilkan eksistensi mereka sebagai manusia yang memiliki akal budi. Juga untuk mengasah atau menstimulasi kemampuan mereka tidak hanya dari segi kognitif semata melainkan juga emosi dan sosial.
Apa yang diungkapkan oleh Hegel tersebut di atas sangatlah penting untuk refleksikan oleh para orang tua khususnya dalam tugas dan tanggung jawab membesarkan anak.
Terpanggil sebagai orang tua bagi anak-anak secara tidak langsung justru menciptakan sebuah kondisi yang sangat paradoksal untuk dihayati.Â
Orang tua tidak hanya 'egois' dengan hidupnya sendiri melainkan juga rela berkorban demi kelangsungan hidup bagi anak-anak yang nota bene seorang manusia yang lain sekalipun secara biologis berasal dari darah daging suami dan istri itu sendiri.
Artinya, separuh dari perjalanan hidup dari orang tua telah 'tersandera' oleh anak-anak mereka sendiri. Separuh dari kebebasan hidup rela 'dicaplok' oleh kebutuhan hidup anak-anak hingga mereka nantinya mampu hidup mandiri atau otonom.
Lalu bagaimana kaitannya dengan penculikan anak?
Kembali ke topik awal ulasan bahwa penculikan anak merupakan sebuah peristiwa buruk yang patut dicegah atau dihindari oleh para orang tua.
1. Dari Sisi Pelaku
Motif utama dari adanya perilaku tersebut macam-macam, dan salah satu diantaranya adalah dari segi ekonomi, khususnya dari sisi pelaku atau penculik itu sendiri.Â