Mohon tunggu...
Konstantinus Aman
Konstantinus Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Antara Penghapusan PR dan Pembinaan Karakter Peserta Didik di Kampung

2 November 2022   08:10 Diperbarui: 13 Desember 2022   09:35 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian yang kedua, adanya persepsi tunggal tentang tanggung jawab. Adanya anggapan umum dari masyarakat kampung bahwa, sekolah adalah tempat bagi siswa menimba ilmu pengetahuan serentak sebagai tempat pembinaan karakter.  

Sedangkan rumah tidak ada hubungan sama sekali dengan hal-hal yang berkaitan dengan sekolah. Atau singkatnya kewajiban sekolah adalah memanusiakan para peserta didik sedangkan kewajiban orang tua semata-mata melunasi SPP saja. 

Atau masa depan anak-anak adalah tanggung jawab sekolah sedangkan di rumah anak-anak di tuntut untuk membantu pekerjaan di rumah seperti memasak, timba air, menjaga adik, cari kayu bakar dan lain sebagainya.

Pandangan ini tentunya sangat menggelisahkan terutama bagi aktor pendidikan yang tengah mengabdi dan berjuang pada lingkup pendidikan di kampung atau pelosok. Juga sekaligus dapat dijadikan sebagai sarana otokritik bagi para pendidik itu sendiri.

Pertama, memunculkan dilematis yang mendalam terutama dalam hal memotivasi dan mengevaluasi kemampuan para peserta didik. 

Satu-satunya instrumen yang sampai saat ini masih berlaku diterapkan dalam menakar perkembangan aspek akademis siswa itu adalah dengan cara memberikan tugas rumah yang masif.

Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa siswa atau para peserta didik memiliki waktu sendiri dalam mengembangkan kemampuan akademis mereka di rumah. 

Kemudian, terkait dengan penanaman nilai karakter siswa di sekolah juga selalu berhadapan dengan situasi kelam. 

Terutama mengenai kedisiplinan, tata krama dan sopan santun dalam diri para peserta didik.

Bahkan tak jarang metode main otot pun kerap digunakan, seperti dengan cara tempeleng ataupun dengan cara cambuk dengan pakai lidi atau kayu. 

Metode ini semacam sebagai alternatif bagi siswa yang memang belum bisa mengubah karakter sesuai dengan kriteria sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun