Walaupun kerap berujung pada efek jera siswa juga tak jarang orang tua murid menuntut balik atas tindakan kekerasan yang terjadi terhadap anak mereka. Namun ada pula orang tua murid lainnya yang sangat  mendukung dengan metode yang diterapkan.Â
Orang tua murid yang mengadu semata-mata karena tidak terima atas metode otot yang digunakan. Mereka menuntut upaya lain selain dengan cara kekerasan.Â
Sekalipun sebenarnya mereka tidak tahu perilaku dari anak mereka yang sudah kelewat batas.Â
Hal ini memang sangat kontroversial sekali bila dikaitkan dengan ketentuan hukum. Akan tetapi faktor alam (timur Indonesia) justru menuntut cara yang sebaliknya.Â
Sedangkan orang tua murid yang mendukung semata-mata karena pelimpahan tanggung jawab sepenuhnya dalam membina perilaku dan mental anak mereka adalah guru atau pihak sekolah sendiri.Â
Kesannya semacam mereka sudah tidak mau sibuk lagi dengan perkembangan mental atau karakter dari anak mereka sendiri.Â
Kedua fenomena ini selalu saja terjadi dan mewarnai selama proses persekolahan di kampung berlangsung.
Lagi-lagi hal ini erat kaitannya dengan usulan Pak Jokowi bahwa pemberian PR kepada siswa hendaknya lebih ke hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan atau penerapan karakter semata bukan akademis dan tempatnya ya di rumah. Hal ini memang sangat bagus sekali dan patut di aplikasikan.Â
Namun, ketika disandingkan dengan realitas tersebut di atas terutama dalam konteks sekolah di kampung maka penerapannya tak semudah lidah bersilat dengan kata-kata.Â
Karakter para peserta didik yang bersekolah di kampung sejatinya telah terpatri berdasarkan alam kehidupan di kampung itu sendiri seperti: membantu orang tua timba air, menjaga adik di rumah, mencari kayu bakar di hutan, menyusul orang tua ke kebun untuk pikul hasil kebun dan lain sebagainya.Â
Sekalipun juga beberapa temuan yang dilaporkan oleh Hallam (2004) dalam beberapa penelitiannya bahwa PR dapat menimbulkan ketegangan antara siswa dan orang tuanya serta dapat menimbulkan kebencian di antara siswa karena merasa kehilangan waktu bebasnya.Â