Kemudian yang menjadi tantangan bagi saya menjadi Kompasioner di kampung adalah: Menulis untuk Kompasiana dengan kenyataan jaringan internet yang nihil di kampung merupakan sebuah ujian yang kelewat ekstrim.Â
Namun, apa boleh buat, keadaan gelap seperti ini tak pernah menguburkan niat saya untuk terus menulis ke Kompasiana.
Jika untuk menulis saja itu saya lakukan secara off-line di laptop saja atau ketik langsung di ponsel akan tetapi untuk menayangkannya dan menjadikan konten baru ke Kompasiana mesti harus berdarah-darah mendapati jaringan yang layak untuk berinternet.
Kalau mau ke tempat jaringan saya harus pikul dengan laptop. Karena awalnya saya sukar sekali membuat artikel lewat media ponsel. Walaupun akhir-akhir ini saya mulai terbiasa dengan nulis di ponsel.Â
Sehingga terkadang butuh waktu beberapa hari hingga seminggu bahkan sebulan baru bisa menayangkan sebuah konten baru. (Contohnya tulisan ini sejatinya sudah kelar tiga hari yang lalu dan baru kini mendarat ke Kompasiana).Â
Untunglah juga, selain sebagai seorang kampung saya juga berprofesi sebagai seorang tenaga pendidik di salah satu sekolah menengah di pelosok kampung. Letak nya lumayan jauh dari rumah tempat saya tinggal sehingga harus ditempuh dengan sepeda motor.Â
Di beberapa titik perjalanan saya berpapasan dengan jaringan internet yang stabil. Jadi saat itulah saya bisa kembali mengakses blog Kompasiana secara lancar seraya menggali informasi-informasi aktual lainnya sebagai bahan ngobrol dengan tetangga ketika sudah tiba di rumah kembali.Â
Hal seperti saya lakukan setiap hari entah itu waktu berangkat (paling awal) ke sekolah hingga ketika pulang dari sekolah. Sehingga tak heran saya selalu telat sampai di rumah.Â
Inilah yang saya namakan sebagai ngeri-ngeri sedapnya menjadi Kompasioner di kampung.Â
Akan tetapi, keadaan jaringan internet yang hingga kini masih sukar menyusup ke setiap kampung inilah justru menambah kecintaan saya untuk terus berkiprah di rumah Kompasiana ini. Kenapa? Ya karena alasan mau nulis saja. Â Karena menulis bagi saya adalah sebuah upaya perubahan bukan untuk mencari pengakuan apalagi karena sekedar mau dapat nganu dari mimin (walaupun sering tergoda juga hehhehe) melainkan karena ya nulis aja.Â
Oleh karena itu, patutlah saya mengucapkan selamat hari jadi yang ke-14 tahun untuk Kompasiana. Semoga panjang umur dan sehat selalu buat para admin dan semua para Kompasioner yang telah membangun rumah Kompasiana ini dengan aneka kata-kata dan bahasanya masing-masing.Â