Saat sedang istirahat ngopi sejenak secara khusus kami memperbincangkan tentang Partai Nasdem yang sudah mendeklarasikan dan mengusung calon presiden yang siap berpentas di pilpres 2024 mendatang yaitu Pak Anies Baswedan.Â
Sembari menghabiskan ber cerek-cerek kopi dan Berbungkus-bungkus rokok (maklum di kampung segala pekerjaan itu dilakukan secara berkelompok dan pemilik lahan atau kebun harus menyiapkan kopi dan rokok untuk para pekerja) berbagai tanggapan dan reaksi muncul dari setiap pekerja termasuk juga mama-mama yang bertugas bagian konsumsi di kebun.
Ada yang bereaksi ringan-ringan saja mengandaikan bahwa mereka mendukung Pak Anies Baswedan sebagai calon presiden asalkan wakilnya adalah Pak Ganjar Pranowo. Itu baru joss. Sedangkan kalau wakilnya Ibu Puan Maharani kayaknya kurang cocok dan sebagainya.
Dari pendapat yang muncul ada juga yang ekstrim katanya begini; ah keliru sekali partai Nasdem mengusung Pak Anies, karena sudah tahu Pak Anies itu membangun Jakarta saja tidak becus apalagi mau bangun seluruh Indonesia hingga kita-kita yang di kampung. Mana dia mau perhatikan nanti.Â
Masa Banjir Jakarta saja dia tidak bisa urus apalagi tentang banjir penderitaan ekonomi kita di kampung.Â
Yang lain juga tak mau kalah ekstrim: "jangan Pak Anies, itu banyak radikalisme di belakangnya".Â
Ck ck ck.!!!
Ada juga yang lain begini; kalau si Prabowo maju lagi nanti saya akan pilih beliau. Barangkali jika beliau jadi orang no. 1 roda ekonomi kita di kampung pasti maju.Â
Kasihan juga si bapa tua sudah maju berkali-kali tapi belum pernah menang. Ada yang mendukung dan ada pula yang menolak. Sampai di sini perbincangannya semakin seru hingga kopi tersisa satu dua seruputan lagi hingga sisa ampas.Â
Ada yang sangat fanatik untuk mendukung pak Ganjar pranowo. Fanatik sekali. Katanya: "kalau Ganjar Pranowo tidak diusung jadi Capres maka golput siap jadi taruhan", (sambil puntung rokok di ucek-ucek di kaki). Rasanya Ngerii sekali.Â
Namun di sela-sela kedua perbincangan di atas ternyata ada juga yang sangat tidak peduli dengan situasi politik terkini. Katanya, buat apa terlalu sibuk mengurus politik. Apa untungnya bagi kita.Â