Selanjutnya, biji kopi hitam tadi ditumbuk dengan menggunakan lesung yang terbuat dari kayu nangka. Jadi bukan sembarangan lesung. Proses menumbuknya pun harus ekstra hati-hati agar biji kopinya selamat dari maut terjun bebas hingga selama sampai menjadi tepung.Â
Kemudian diangkat dengan sendok dan diayak secara merata untuk memisahkan antara yang halus dan kasar. Yang masih kasar kemudian ditumbuk lagi secara berulang-ulang hingga menjadi halus seluruhnya. Dan akhirnya bubuk kopi hitam khas orang Pacar pun siap untuk dihidangkan sesuai dengan selera.
Konon katanya, tepung kopi yang sudah jadi tersebut langsung diracik untuk diputar dengan air yang benar-benar mendidih untuk dihidangkan kepada segenap sanak saudara. Bila perlu tetangga sekitar juga turut diundang untuk menikmati kopi hitam yang baru selesai diproses tadi secara bersama-sama. Sungguh sangat menyenangkan bukan, sebab tali persaudaraan dan kekeluargaan orang Pacar akan terus diikat secara masif.
Apalagi bila suasananya pada sore hari, segenap basodara saling berkumpul untuk sama-sama menyeruput kopi racikan asli khas ala Pacar tadi. Apalagi saat si bambang ganteng hendak melakukan pdkt alias pendekatan sama si nona manis pemilik rindu, tentunya akan disambut dengan secangkir kopi yang rasanya sungguh berbeda alias bercita rasa khas penuh cinta. Romantis, bukan?
Itulah sedikit pena goresan secangkir kopi khas ala orang Pacar.
*Pacar: nama kampung yang terletak di Kecamatan Pacar, kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H