ABSTRAKÂ
Penelitian berbasis proyek pengabdian masyarakat ini mengeksplorasi implementasi model pembelajaran discovery learning sebagai pendekatan pedagogis untuk meningkatkan minat peserta didik sekolah dasar dalam belajar bahasa Indonesia dan olahraga. Penelitian ini diinisiasi sebagai respons terhadap tantangan meningkatkan minat belajar peserta didik dalam kedua mata pelajaran tersebut. Proses pembelajaran akan diarahkan agar minat belajar peserta didik dalam kedua mata pelajaran tersebut. Proses pembelajaran akan diarahkan agar peserta didik lebih aktif, kreatif, dan menemukan pengetahuan dengan memanfaatkan discovery learning sebagai landasan metode pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan olahraga dan berbahasa peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.
Kata kunci: model pembelajaran, discovery learning, pedagogis
ABSTRACTÂ
This community service project-based research explores the implementation of the discovery learning model as a pedagogical approach to increase elementary school students' interest in learning Indonesian language and sports. This community service project aims to improve the quality of teaching and learning activities of Indonesian language and sports at the elementary school level through the implementation of the discovery learning model. This research was initiated as a response to the challenge of increasing students' interest in learning both subjects. The learning process will be directed so that students' interest in learning in both subjects. The learning process will be directed so that students are more active, creative, and discover knowledge by utilizing discovery learning as the foundation of the learning method. This research uses a qualitative method that aims to improve students' sports and language skills by using the discovery learning model.
Keywords: learning model, discovery learning, pedagogical
PENDAHULUANÂ
Pendidikan merupakan pilar utama dalam pembentukan karakter dan kemampuan intelektual peserta didik, khususnya pada tingkat sekolah dasar. Dalam menghadapi dinamika global dan perubahan paradigma pembelajaran, model pembelajaran yang inovatif menjadi semakin penting untuk memberikan pengalaman belajar yang menarik dan bermakna. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam konteks ini adalah bagaimana meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap dua aspek penting, yaitu bahasa Indonesia dan olahraga.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan olahraga sebagai bagian integral dari kurikulum pendidikan di sekolah dasar memerlukan pendekatan pembelajaran yang dapat merangsang minat peserta didik secara efektif. Dalam rangka menjawab tantangan ini, penelitian ini akan fokus pada penerapan model pembelajaran discovery learning sebagai alternatif untuk meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap bahasa Indonesia dan olahraga.
Discovery learning, yang menekankan pada proses eksplorasi, pengamatan, dan pemahaman konsep melalui pengalaman langsung, diharapkan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih dinamis dan interaktif. Melalui penerapan model ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan minat dan motivasi intrinsik terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dan olahraga, serta memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk mengeksplorasi potensi peningkatan minat belajar peserta didik, tetapi juga untuk memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan metode pembelajaran yang dapat diterapkan secara luas di lingkungan sekolah dasar. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dampak penerapan model pembelajaran Discovery Learning, diharapkan mampu memberikan panduan bagi para pendidik dan pengambil kebijakan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya dalam bidang bahasa dan olahraga.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif ini merupakan salah satu dari jenis penelitian yang mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung  dengan  menyuguhkan apa  yang sebenarnya  terjadi. Bentuk pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas menurut Arikunto dkk (2006) mengartikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Karena itu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sifat penelitian kelas adalah kolaboratif ( situasi dimana siswa belajar satu sama lain. Tempat penelitian ini di SD Negeri Pisang Candi 3 di Kota Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan kontrol dan passing bola pada peserta didik kelas IV serta meningkatkan keterampilan berbahasa pada peserta didik kelas V dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.
HASIL DAN PEMBAHASANÂ
Pedagogi berasal dari kata Yunani "paedagogeo", yang terdiri dari "paisgenetif", "paidos" yang berarti "anak", dan "agogo", yang berarti "membimbing". Pedagogi secara harafiah berarti "membimbing anak". Dalam bahasa Yunani kuno, kata "pedagogi" berarti seorang budak (pengurus rumah tangga) yang mengawasi pendidikan anak laki-laki atau perempuan majikannya. Pada saat itu, anak perempuan tidak mendapat pendidikan khusus dan pengurus rumah tangga bertugas menemani, menunggu, dan menjaga putra majikannya ketika dia kembali dari sekolah atau gymnasium. Kata "pedagogi" juga berasal dari bahasa Latin yang berarti "mengajar anak". Namun dalam bahasa Inggris istilah "pedagogi" digunakan untuk menjelaskan bagaimana guru  memahami materi, mengenal peserta didiknya, dan  cara mengajarnya teori yang mencoba menentukan apa yang harus dilakukan.
Menurut Trianto (Gunarto, 2013: 15), model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan sebagai pedoman perencanaan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang  digunakan, meliputi tujuan pembelajaran, tahapan kegiatan pembelajaran, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran adalah suatu pendekatan atau pola sistematis yang mencakup strategi, teknik, metode, bahan, media, dan alat yang berfungsi sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran.Â
Macam-macam Model Pembelajaran: 1) Koperatif (CL, Cooperative Learning), Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. 2) Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning).
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan yang terkait dengan dunia nyata kehidupan peserta didik, sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran peserta didik menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. 3) Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry), Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada peserta didik. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru , peserta didik tidak merumuskan problem atau masalah. 4) Pembelajaran Penemuan discovery learning, Model discovery learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. 5) Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning), Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual peserta didik, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. 6) Problem Solving, Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya, justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian.
Dari keenam macam model pembelajaran, peneliti menggunakan model pembelajaran discovery learning. Â Model discovery learning merupakan model yang mengatur segala pengajaran sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan baru melalui model penemuan yang ditemukan sendiri. Seorang guru memberikan ruang kepada peserta didiknya untuk dapat berdiri sendiri mendorong peserta didik untuk mandiri dan aktif untuk memperoleh pengetahuan baru. Discovery learning merupakan suatu model pemecahan masalah yang akan bermanfaat bagi anak didik dalam menghadapi kehidupannya di kemudian hari. Belajar penemuan adalah suatu proses belajar yang terjadi sebagai hasil dari peserta didik memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan peserta didik dapat membuat perkiraan, merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses deduktif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.Â
Langkah-langkah model discovery learning menurut Mubarok (2014) langkah-langkah model pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut:Â
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, yang dapat merangsang peserta didik untuk berpikir serta dapat mendorong eksplorasi.Â
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah yang sesuai dengan bahan pelajaran dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis.Â
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Disini peserta didik diberi kebebasan untuk mengumpulkan informasi dengan melakukan eksperimen, wawancara atau observasi.Â
peserta didik melakukan pengolahan data dengan mendiskusikan dengan peserta didik yang lain. Dengan bekerja sama peserta didik dapat meningkatkan pemahaman karena saling bertukar informasi.Â
Peserta didik melakukan pembuktian, perbaikan dan kebenaran terhadap hasil yang diperoleh melalui presentasi dan diskusi kelas.Â
Guru menarik kesimpulan.Â
Karakteristik yang dimiliki oleh model discovery learning sebagaimana yang diungkapkan Hosman (2014:284) adalah sebagai berikut:Â
Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasikan pengetahuan.Â
Berpusat pada peserta didik.Â
Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.Â
Dalam kata lain proses pembelajaran dalam penemuan menekankan pada proses belajar peserta didik, bukan proses mengajar. Di dalam prosesnya mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada peserta didik untuk menciptakan kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan pembelajaran yang menekankan pada proses bukan hasil. Dengan memberikan penekanan pembelajaran yang menekankan proses pada peserta didik, mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada peserta didik, sehingga peserta didik terdorong untuk mampu melakukan penyelidikan dan mendasarkan proses belajar pada prinsip-prinsip kognitif. Dengan demikian akan tercipta proses pembelajaran yang aktif dalam pembelajaran sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang bermakna.
Suatu model pembelajaran, memiliki sintaks dan tujuan tersendiri. Begitupun dengan model discovery learning. Adapun tujuan model discovery learning menurut Cahyo (dalam Fitriyah, dkk. 2017) menyatakan bahwa:Â
Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Melalui pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning peserta didik dapat menemukan pola dalam situasi yang konkret maupun abstrak.Â
Peserta didik dapat belajar dengan merumuskan strategi tanya jawab dengan menggunakan tanya jawab disini untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.Â
Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning membantu peserta didik berdiskusi secara efektif, saling bertukar informasi serta menggunakan pendapat-pendapat orang lain.Â
Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan yang lebih bermakna.
Pada kegiatan pembelajaran olahraga di kelas IV peneliti menerapkan materi pemanasan statis dan dinamis dan teknik dasar-dasar passing dan kontrol bola. Dimulai dengan materi pemanasan statis dan dinamis, model pembelajaran diarahkan pada peningkatan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung secara optimal antara guru dan peserta didik. Interaksi antara guru dan peserta didik yang optimal berimbas pada peningkatan penguasaan konsep peserta didik yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Salah satunya dengan menggunakan pemanasan statis dan dinamis. Setelah melakukan pemanasan statis dan dinamis ini, para peserta didik diajarkan teknik dasar-dasar passing dan kontrol bola. Peserta didik kelas IV terlihat jelas jika waktu pembelajaran sepak bola begitu antusias untuk mengikuti. Proses pengajarannya yaitu : 1.) Peneliti mengadakan perkenalan terlebih dahulu sekaligus mempresensi peserta didik. 2.) Peneliti mengarahkan peserta didik menuju lapangan untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu dengan waktu sekitar 10-15 menit. 3.) Setelah pemanasan, peneliti mengajarkan tehnik-tehnik dasar passing dan kontrol bola sekaligus mempraktikkannya kepada peserta didik. 4.) Setelah itu peneliti memberikan variasi latihan passing dan kontrol bola, dan peserta didik mempraktikkannya bersama peneliti. 5.) Setelah pembelajaran selesai, peneliti melakukan game bersama peserta didik, yaitu bermain sepak bola. Peserta didik kita bagi yaitu tim perempuan terlebih dahulu bermain lalu tim laki-laki bermain. 6.) Setelah selesai  jam olahraga peserta didik mulai ganti pakaian seragam untuk melanjutkan mata pelajaran selanjutnya, dan peneliti mulai menutup pembelajaran olahraganya dengan perpisahan manis.
Selanjutnya, pada kegiatan pembelajaran di kelas V peneliti menerapkan materi tentang teks prosedur, penggunaan imbuhan, dan struktur pada surat yang berbasis model discovery learning. Ketika kegiatan belajar mengajar, para peserta didik dengan cermat menyimak materi yang peneliti sampaikan. Peneliti membuka kegiatan belajar dengan memberikan stimulus tentang materi yang akan disampaikan dan menutupnya dengan memberi kesimpulan terhadap materi yang sudah diajarkan. Respon peserta didik ketika kegiatan belajar berlangsung sangat antusias, mereka berebut untuk menjawab pertanyaan yang peneliti sampaikan dan bergantian maju untuk menyampaikan hasil kerja para peserta didik. Bentuk model pembelajaran discovery learning pada kegiatan belajar ini yaitu (1) peserta didik diminta mencari dan mengemukakan hasil data yang diperoleh dari teks yang sudah dibaca sehingga proses pembelajaran atau materi yang telah diteliti oleh peserta didik dapat dengan mudah untuk dipahami dan mudah pula untuk diingat oleh peserta didik, (2) peserta didik diminta mencari kosakata baru yang belum dipahaminya pada teks yang dibaca kemudian diminta untuk menyebutkan artinya sesuai dengan pemahaman mereka, (3) peserta didik diminta membuat teks prosedur sesuai dengan hobi dan pengalaman peserta didik dan kemudian mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas, (4) peserta didik diminta untuk mengamati sebuah surat kemudian diminta untuk memaparkan struktur surat sesuai dengan yang dibaca.
PENUTUP/KESIMPULAN
Dengan penerapan model pembelajaran discovery learning dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia dan olahraga pada sekolah dasar melalui proyek pengabdian masyarakat, hasil evaluasi menunjukkan dampak positif terhadap minat belajar peserta didik. Pelatihan guru dan integrasi metode inovatif secara konsisten meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memperkuat interaksi peserta didik dan pengembangan keterampilan mereka. Model pembelajaran discovery learning membuat peserta didik lebih meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalahnya secara mandiri dengan mencari dari berbagai macam referensi yang ada dan membuat peserta didik lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya di depan umum. Proyek ini berhasil menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih dinamis dan memberikan kontribusi berarti terhadap peningkatan minat belajar serta pemberdayaan peserta didik dalam menguasai Bahasa Indonesia dan olahraga di tingkat sekolah dasar.Â
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, dkk.(2006). Bentuk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Depdiknas. Awalluddin, dkk (2010).Statistik Pembelajaran 2 SKS.Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional
Aryani, Y. D., & Wasitohadi, W. (2020). Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Muatan Ipa Siswa Kelas Iv Sd Gugus Diponegoro. JRPD (Jurnal Riset Pendidikan Dasar), 3(1), 34-40.
Fitriyah, dkk. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Man Model Kota Jambi. Jurnal. Vol 9, (2), hlm 108-112.
Hasugian, H., Tampubolon, B., & Margiati, K. Y. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Metode Discovery Learning pada anak Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 02 Sejaruk Param. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 2(9).
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Meliyanti, D. S. N., & Yonanda, D. A. (2018). Model Discovery Learning Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jurnal Elementaria Edukasia, 1(2), 196-204.
Mubarok. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Tav Pada Standar Kompetensi Melakukan Instalasi Sound System Di Smk Negeri 2 Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Vol 03, (01), hlm 215-221.Â
Octavia, S. A. (2020). Model-model pembelajaran. Deepublish.
Trianto. (2013). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H