Masing-masing kubu menggunakan taktik tersendiri dan berusaha keras menjatuhkan pihak lawan. Seringkali ada yang terluka bahkan ada juga yang meninggal, tapi sportivitas tetap dijunjung tinggi. Ada aturan tak tertulis bahwa dendam tak boleh dibawa keluar arena, membalas boleh saja tapi tunggu pasola berikutnya.Â
Darah yang tumpah juga dianggap sebagai pertanda positif bahwa panen akan berlimpah. Akar pasola yang tertanam jauh dalam budaya masyarakat Sumba Barat menjadikan pasola tidak sekadar keramaian semata. Pertama Pasola adalah kultus religius, suatu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada roh-roh leluhur.Â
Kedua, merujuk legendanya, Pasola merupakan suatu bentuk penyelesaian krisis suku melalui 'bellum pacificum' atau perang damai dalam sebuah ritual adat. Ketiga, sebagai perekat jalinan persaudaraan. Permainan jenis apa pun termasuk Pasola selalu menjadi sarana sosial ampuh.Â
Apalagi bagi kabisu-kabisu yang terlibat langsung. Selama Pasola berlangsung semua peserta, kelompok pendukung, maupun wisatawan diajak bersorak, tertawa dan bergembira bersama, karena itulah Pasola menjadi tempat menjalin persahabatan dan persaudaraan bagi penduduk setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H