Mohon tunggu...
Amanda Ramadhani
Amanda Ramadhani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Farmasi Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasola, Tradisi Tarung Kuda Masyarakat Sumba

16 Juni 2024   15:11 Diperbarui: 16 Juni 2024   15:23 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti upacara adat lainnya, penyelenggaraan Pasola didahului oleh serangkaian ritual yang berhubungan. Lain lokasi dan penyelenggara, lain pula ritualnya. Yang paling lengkap adalah ritual-ritual yang dilaksanakan di wilayah Kecamatan Wanokaka, berikut ini yang diambil sebagai contoh:

  • Purung Laru Loda:

Secara bahasa Purung Laru Loda berarti menurunkan tali larangan, itulah ritual yang pertama kali dilakukan oleh para Rato di kampung-kampung penanggungjawab Pasola yaitu Waigalli, Ubu Bewi, Lahi Pangabang, Prai Goli dan Puli. Purung Laru Lado merupakan pertanda dimulainya Wulla Biha atau bulan pamali dengan sejumlah larangan yang harus dipatuhi oleh seluruh warga masyarakat.

  • Penentuan Waktu:

Penentuan waktu penyelenggaraan pasola yang dilakukan bertepatan dengan munculnya purnama raya. Dasar utama perhitungan ini adalah bentuk bulan, yang didukung oleh kemunculan tanda-tanda alam seperti mekarnya bunga katina, babi hutan membuat sarang, pasang surut air laut dan lain sebagainya. 

Karena terkait dengan munculnya nyale sebagai indikator hasil panen yang hanya terjadi setahun sekali, maka penentuan waktu menjadi sangat vital. Perkiraan mungkin bisa dilakukan jauh hari, tapi tanggal pastinya tidak. Para Rato sangat berhati-hati membaca tanda alam karena salah menentukan tanggal berarti nyale tak akan muncul pada waktunya, dan bagi mereka hal demikian bisa dianggap sebagai kesialan.

  • Pati Rahi 

Ini adalah konsep empat hari yang sama seperti pada Bijalungu Hiu Paana: empat hari menjelang puncak perayaan yang diisi ritual-ritual penting. Di hari pertama, para Rato dari kampung Waigalli (yang dalam ritual ini berperan sebagai kabisu Ina-Ama) mengadakan perkunjungan ke Weiwuang, Praigoli dan Lahi Majeri untuk melihat persiapan-persiapan yang telah dilakukan menjelang hari H. Pada Hari kedua, sebuah permainan tinju tradisional (Pakujil) diselenggarakan di pantai Teitena, yang menurut legenda adalah lokasi tempat terdamparnya Ubu Dulla bersama dua saudaranya. 

Hari ketiga merupakan hari padat kegiatan, dimana ritual-ritualnya terus bersambung hingga atraksi puncak di hari keempat. Ritual hari ketiga dimulai dengan Palaingu Jara yang berarti melarikan kuda, semacam ajang pemanasan bagi kuda-kuda dan para ksatria yang akan berlaga besok. 

Malam harinya semua Rato penyelenggara Pasola berkumpul di Ubu Bewi untuk melakukan serangkaian ritual dan pemujaan, antara lain Kajalla, ritual pertanggungjawaban yang disampaikan dalam bentuk pantun tanya jawab oleh seluruh kabisu penyelenggara pasola. Ada pula penyembelihan sejumlah ayam sebagai media untuk meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi saat pasola berlangsung. 

Dan sekali lagi: mengamati bulan, yang kali ini muncul sempurna sebagai pertanda final datangnya Nyale dan Pasola. Acara ditutup sekitar pukul 3 dini hari dengan penabuhan tambur suci sebagai tanda pasola telah menjelang dan ketupat adat sudah boleh dimakan (nganang katupat).

  • Madidi Nyale:

Ritual yang secara bahasa berarti memanggil nyale ini berlangsung di pantai Wanokaka pada hari keempat Pati Rahi. Ritual dimulai sesaat sebelum fajar setelah rombongan Rato selesai melakukan ritual di Ubu Bewi dan beriringan menuju pantai untuk memimpin upacara. Para warga dan wisatawan juga ikut berburu nyale, cacing laut warna-warni yang selain sedap dijadikan santapan juga menjadi indikator hasil panen. 

Nyale yang banyak dan bersih berarti panen melimpah. Nyale kotor dan saling menggigit berarti ada hama tikus. Nyale busuk berarti hujan berlebihan (sehingga padi bisa busuk). Nyale tidak muncul berarti kemarau panjang (bisa menyebabkan musibah kelaparan).

  • Pasola:

Atraksi Pasola diselenggrakan secara berurutan di dua tempat berbeda. Yang pertama di pantai Wanokaka setelah Madidi Nyale. Yang kedua di arena utama Kamaradena dari pukul 09.00 hingga menjelang siang. Pasola adalah pertarungan antara dua kubu, dengan menunggang kuda dan membawa tombak kayu sebagaimana layaknya pertarungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun