Mohon tunggu...
Amanda Permadi Putri
Amanda Permadi Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Saya adalah seorang mahasiswi semester akhir di salah satu perguruan tinggi negeri Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kesejahteraan di Tempat Kerja: Konsep, Tantangan, dan Strategi K3 dalam Mewujudkan Workplace Well-Being

29 Juni 2024   13:50 Diperbarui: 29 Juni 2024   16:59 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penulis:

  • Afif Amir Amrullah
  • Muhamad Naufal 
  • Adelia Zahirah
  • Regita Dewiarti
  • Yosahera Komalasari
  • Agathista Ester
  • Amanda Permadi Putri


Konsep Workplace Well-being

Workplace Well-being adalah salah satu jenis kesejahteraan karyawan yang penting untuk diperhatikan dan memiliki hubungan antara pekerja dengan lingkungan kerja (Yuniarti, 2016). Terdapat dua dimensi dalam workplace wellbeing yakni intrinsik dan ekstrinsik. Dimensi intrinsik berupa tanggung jawab dalam kerja, makna pekerjaan, dan kemandirian dalam pekerjaan. Dimensi ekstrinsik dapat berupa penggunaan waktu yang sebaik mungkin, pengakuan terhadap kinerja yang baik, upah, dan keamanan pekerjaan (Yuniarti, 2016).

Menurut Danna dan Griffin terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi well-being pegawai dalam bekerja adalah, sebagai berikut:

1.     Tempat Kerja

Faktor ini berkaitan dengan adanya situasi di tempat kerja, seperti bahaya yang memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan para karyawan di tempat kerja.

2.     Sifat Kepribadian

Faktor terkait kepribadian berperan menentukan sejauh mana individu dapat memperlihatkan indikator yang menunjukkan tinggi atau rendahnya tingkat kesehatan dan kesejahteraan mereka dalam perusahaan. Faktor kepribadian yang paling banyak diteliti adalah kepribadian tipe A yang memiliki perilaku pekerja keras, proaktif, kompetitif, dan berani.

3.     Stres Kerja

Faktor ini muncul karena kurangnya kesesuaian antara kebutuhan individu dan tuntutan dari sekitar. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan individu (Zamralita, 2023).

Tantangan K3 mewujudkan Workplace Well-being

Kepuasan kerja adalah kemakmuran bagaimana karyawan berpikir tentang pekerjaan mereka, lingkungan kerja di mana bisa mendapatkan hasil maksimal dari pekerjaan (Kardinah, 2019). Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan aspek penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Berikut beberapa tantangan dalam mencapai kepuasan kerja dan cara mengatasinya.

1. Stres kerja

Beban kerja yang tinggi dan tenggat waktu yang ketat dapat menimbulkan stres kerja sehingga berdampak buruk pada kesehatan pekerja.

2. Keseimbangan Kehidupan-Kerja

Teknologi yang terus berkembang menyebabkan karyawan sering merasa "selalu terhubung dengan pekerjaan" sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi.

3. Lingkungan kerja yang berbahaya

Lingkungan kerja yang berbahaya dapat mengakibatkan cedera atau penyakit.

4. Ketimpangan dan diskriminasi

Diskriminasi, pelecehan, atau perlakuan tidak adil dapat mempengaruhi kesejahteraan karyawan dan budaya di tempat kerja.

5. Keterlibatan dan komunikasi

Karyawan yang tidak merasa terlibat atau tidak memiliki komunikasi yang baik dapat merasa tidak dihargai dan kehilangan motivasi.

6. Budaya Kerja

Perusahaan yang memiliki budaya kerja yang kurang baik dapat menimbulkan rasa tidak nyaman oleh para pekerja.

7. Motivasi dan Insentif

Kurangnya motivasi atau insentif membuat para pekerja kehilangan semangat dalam bekerja.

Cara Membangun Workplace Well-being

1. Meninjau kebijakan dan prosedur kerja yang berlaku  di perusahaan serta membandingkan dengan standar yang dikeluarkan pemerintah.

2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya psikososial di tempat kerja, termasuk risiko kelelahan karena jam kerja yang berlebihan dan risiko kekerasan di tempat kerja.

3. Melakukan pengaturan manajemen waktu kerja, waktu istirahat, dan jadwal cuti

4. Membuat program baru atau melakukan peningkatan pada program kesejahteraan karyawan dengan mempertimbangkan biaya penyelenggaraan, seperti membuat unit khusus kesejahteraan pekerja, pemenuhan program BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Tunjangan Hari Tua, dan Tunjangan Hari Raya karena biasanya program - program ini diterapkan pada perusahaan lain (Zuhara, 2019).

REFERENSI

Kardinah,N. (2019). Peran workplace well being terhadap mental health: studi pada karyawan disabilitas. Jurnal Ilmiah Psikologi, 6(2), 191-200.

Yuniarti, A. (2016). Pengaruh Modal Psikologis dan Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Workplace Well Being.

Zamralita, Z., & Wilis, A. P. L. (2023). WORKPLACE WELL-BEING UNTUK MENINGKATKAN WORK ENGAGEMENT KARYAWAN. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis, 7(2), 413-422.

Zuhara, M. (2019). Peran Program Kesejahteraan Karyawan dalam Meningkatkan Semangat Kerja Karyawan di Alfamart Bumi Ayu Kota Bengkulu Perspektif Ekonomi Islam [Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu]. http://repository.iainbengkulu.ac.id/3803/1/MARDHTILAH ZUHARA.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun