Disitu aku langsung bertanya kepada bunda walaupun air mataku terus mengalir deras
"Bunda, ayah kenapa memukuli bunda seperti itu?"
Tetapi bunda menjawab pertanyaanku dengan tenang
"Ayah tadi tidak sengaja sayang. Sudah lupakan yu tidur lagi dengan bunda"
Aku hanya mengangguk dan beralih ke gendongan bunda untuk tidur kembali.
Sehari, dua hari setelah kejadian itu memang ayah tidak berulah lagi tetapi Minggu berikutnya ayah mengulangi hal yang sama dan berlanjut hingga sekarang. Bahkan tidak hanya bunda, sekarang aku pun menjadi sasarannya untuk melampiaskan rasa kesalnya. Sangat mudah baginya untuk melakukan kekerasan itu kepada kami tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Aku yang sudah mulai lelah pun mencoba mencari pelampiasan. Awalnya aku mengikuti kegiatan yang positif seperti belajar bela diri tetapi semakin kesini godaan untuk melakukan hal yang kurang baik semakin datang. Seperti temanku yang mengolok-olokku karena tidak mau merokok agar mau merokok dan pada akhirnya aku mencobanya dan aku ketagihan.
Suatu waktu ketika aku pulang ke rumah sedikit telat, aku sudah melihat mobil ayah terparkir di teras rumah. Aku heran tidak biasanya ayah masih sore begini sudah ada di rumah. Ketika aku masuk ke rumah dan mengucapkan salam, aku lihat ayah tengah sibuk dengan pekerjaannya jadi aku langsung masuk ke kamar. Tetapi belum ada lima menit aku sampai di dalam kamar, ayah memanggilku dan menyuruhku agar segera menemuinya. Ketika aku sampai di hadapan ayah, aku langsung duduk dan bersandar di sofa sembari memejamkan mataku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ayah yang menyadari bahwa aku sudah datang pun mulai berbicara
"Jadi, Ayah sudah menentukan kamu bakalan lanjut sekolah kemana."
Aku yang mendengar itu pun refleks bertanya
"Kemana?"