Selanjutnya dalam buku ini akan membahas tentang teori ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam, yang pembahasannya mencakup: teori dan konsep, kedudukan dan fungsi, strategi pengembangannya dan tanggung jawab ilmuwan muslim terhadap ilmu dan teknologi.
Bab II
Zaman Yunani Kuno berlangsung kira-kira dari abad ke 6 SM hingga awal abad pertengahan, atau antara kurang lebih 600 tahun SM hingga awal 200 SM. Pada zaman ini banyak melahirkan pakar filsafat yang berjasa besar dalma perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya, misalnya Thales (kurang lebih 625-545 SM), Anaximandors (kurang lebih 610-540 SM), Anaximanes (kurang lebih 538-480 SM), Phytagoras (kurang lebih 580-500 SM), Xenophanes (kurang lebih 570-480 SM), Heraklistos (kurang lebih 540-475 SM) dan seterusnya.
Pasca Yunani, bangsa yang berbudaya tinggi adalah Romawi. Dapat dikatakan, bahwa dalam kegiatan keilmuan bangsa Romawi pada umumnya hanya berpegang pada karya-karya tokoh Yunani, terutama Aristoteles yang tanpa banyak mengadakan perubahan.
Pasca Hellenisme dan Romawi kemudian disusul dengan masa patristik, baik pastristik Timur maupun Barat. (Disebut demikian karena masa ini adalah masa bapak-bapak gereja, kira-kira pada abad ke-8).
Setelah itu kemudian muncul zaman pertengahan, atau disebut juga dengan zaman baru Eropa Barat. Hampir dua abad lamanya, filsafat modern yang dimulai sejak abad ke-16 diisi oleh pergumulan hebat antara rasionalisme dan empirisme, sehingga seorang pakar besar Immanuel Kant (1724-1804 SM) dengan karyanya yang masyhur, Kritik dereinen Vernunft berhasil "memugar" objektivitas ilmu pengetahuan modern.
Demikianlah kemajua berpikir manusia dari kurun ke kurun mengalami perkembangan, mulai dari zaman Yunani Kuno, zaman renaissance (abad ke-15), Aufklarung (abad-18) hingga abad ke-19 dan abad ke-20, mulai dari J.C Fichte (1762-1814 M) hingga gabriel Marcel (1889-1973 M), bahkan hingga sekarang.
Sealanjutnya pada bab dua ini menjelaskan tentang filsafat ilmu dan perkembangannya.
Filsafat adalah tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis, mendalam dan bebas (tidak terikat dengan tradisi dan dogma agama) untuk memperoleh kebenaran. Sedangkan ilmu adalah bagian dai pengetahuan, demikian pula seni dan agama. Jadi dalam pengetahuan tercakup didalamnya ilmu, seni, dan agama.
Secara garis besar, Jujun S. Suriasumanteri menggolongkan pengetahuan menjadi 3 kategori umum, yaitu: 1) Etika (pengetahuan tentang baik dan buruk). 2) Estetika/seni (pengetahuan tentang indah dan jelek). 3) Logika (pengetahuan tentang benar dan salah).
Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Ada 3 komponen yang menjadi objek kajian filsafat ilmu, yaitu ontologi(menjelaskan mengenai pertanyaan apa), epistemologi (menjelaskan mengenai pertanyaan bagaimana), dan aksiologi(menjelaskan mengenai pertanyaan untuk apa).