Membandingkan orkestra dan dangdut sebagai bentuk budaya tinggi (high culture) dan budaya populer (popular culture) dari perspektif Raymond Williams memberikan wawasan tentang bagaimana kedua bentuk musik ini berfungsi dalam konteks sosial, ekonomi, dan budaya.Â
Orkestra biasanya dihubungkan dengan eksklusivitas dan akses yang terbatas. Pertunjukan orkestra sering kali diadakan di tempat-tempat yang mewah seperti gedung konser dan teater, dan tiketnya cenderung mahal. Ini membuat orkestra lebih dapat diakses oleh kelompok masyarakat yang memiliki sumber daya ekonomi yang cukup sedangkan Dangdut sangat mudah diakses dan populer di kalangan masyarakat luas di Indonesia. Lagu-lagu dangdut sering diputar di radio, televisi, dan platform media sosial, serta dinyanyikan di berbagai acara publik dan pribadi.
Dari perspektif Raymond Williams, perbedaan antara orkestra dan dangdut mencerminkan hierarki budaya yang tradisional, di mana orkestra dianggap sebagai budaya tinggi karena asosiasi dengan elitisme, pendidikan formal, dan kompleksitas artistik. Sementara itu, dangdut sebagai budaya populer mencerminkan aksesibilitas, relevansi sosial, dan partisipasi luas dari masyarakat umum.
Namun, Williams juga akan menekankan bahwa kedua bentuk musik ini memiliki nilai dan pentingnya masing-masing dalam konteks budaya mereka. Dia akan mendorong pendekatan yang lebih inklusif dan demokratis terhadap budaya, mengakui dan menghargai berbagai bentuk ekspresi budaya tanpa memandang hierarki tradisional.
Daftar Pustaka
Arum Jayanti, "Membicarakan Kebudayaan Populer Pada Dasarnya Tidak Bisa MelepaskanÂ
    Pemikiran Yang Diungkapkan Raymond William"Â
Benny Agusti Putra, 2019. "TRANSFORMASI BUDAYA ISLAM MELAYU JAMBI; DARI Â Â Â
          MASYARAKAT TRADISI HINGGA MASYARAKAT URBAN"
Chris jenks, 1993. "CULTURE (KONSEP BUDAYA)"
Kurniati Abidin, 2017. "Pengantar Sosiologi dan Antropologi"Â