Mohon tunggu...
Sopiyatun Nisa
Sopiyatun Nisa Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Mahasiswa prodi Sastra Inggris Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Cepatlah Nikah, Keburu Layu

10 Maret 2024   22:35 Diperbarui: 12 Maret 2024   19:06 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ooh... aku mengangguk, mengerti. 

"Nahh kamu juga udah pantes nikah," dengan sumringah karena pikirnya sudah mampu meyakinkan. 

"Hehe belum mau bu"

Raut mukanya kembali berbeda, masih karena ketidakpuasan akan jawabanku. Namun sudah habis kata-kata, jadi ia tidak lanjut bercerita. 

Kenapa harus diibaratkan dengan bunga? Yang jelas-jelas ia berhenti setelah berbunga, ia segera layu. Sempit sekali. Seorang perempuan yang merdeka hanya hidup untuk melayani laki-laki dengan keindahan, kemolekan, yang jelas jelas tidak kekal. 

Apakah dengan mendapatkan laki-laki dari mengagungkan kemolekan itu akan tetap baik-baik saja setelah menyadari bahwa kemolekanmu tidak selamanya? 

Lalu mengibaratkan perempuan sebagai barang dagangan. Yang katanya tidak boleh menjadi pemilih dan menentukan harga. Kami tidak hanya sedang memilih seorang laki-laki untuk diri kami sendiri, namun juga sedang memilih seorang bapak untuk anak-anak kami. 

Aku yang mengetahui apa-apa yang menjadi kekuranganku, yang menjadi kebutuhanku, yang menjadi keinginanku. Bolehlah aku tidak menerima pendapat seseorang yang sama sekali tidak mengenalku. 

Pun, aku juga tidak hanya sedang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang istri, namun lebih dari itu, menjadi seorang ibu. Yang sejak awal terciptanya kami, membangun peradaban. 

Fitrah kami bukan hanya melahirkan dan membesarkan anak-anak kami, namun menjaganya, mendidiknya, merawatnya, lahir dan bathin, memastikan merekan baik-baik saja daripada awal hingga akhir hidupnya.

Aku ingin menjadi pohon, biarkan bungaku layu, akan aku gantikan ia dengan buah yang ranum. biarkan buahku jatuh, akan aku sebarkan benih yang baik, biar benih itu sampai ke pekarangan rumahmu, biar ia menjadi pohon layaknya aku, biar anak-anakmu mencicipi betapa lezat buah yang manis itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun