Berikut tes dari bentuk pelaksanaannya :
1. Tes tertulis
Tes yang dilakukan dengan cara tertulis , bisa menggunakan pensil dan kertas , atau media lain.
2. Tes lisan
Tes yang dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan peserta didik .
3. Tes perbuatan
Tes yang dilakukan dengan cara mengamati perbuatan atau tingkah laku peserta didik.
Untuk anak usia dini mungkin akan lebih mudah untuk menggunakan tes wawancara atau tes lisan dibandingkan dengan tes tertulis . Dikarenakan anak usia dini seringkali kehilangan fokusnya saat belajar, jadi ketika diberikan tes ada kemungkinan anak tidak mengerjakannya dengan baik/ sungguh-sungguh.
2. ASESMEN
Berikut pandangan beberapa ahli tentang asesmen :
- Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa.
- Popham (1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan.
- Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa.
- Gabel (1993: 388-390) mengelompokkan asesmen ke dalam menjadi dua kelompok besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Yang termasuk asesmen tradisional meliputi tes pilihan ganda, tes benar salah, dan tes jawaban terbatas . Sedangka  untuk asesmen alternatif meliputi essay, penilaian praktek , penilaian proyek, kuisioner , inventori, daftar cek , penilaian diri , portofolio , observasi , dan interview.
- Marzano et al (1994) berpendapat bahwa asesmen tidak hanya mengacu pada pencapaian anak namun lebih berfokus bagaimana proses anak dalam memperoleh konsep tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan upaya untuk mendapatkan informasi tentang hasil belajar yang disesuaikan dengan tujuan belajar awal.
Asesmen untuk anak usia dini tidak melulu dilakukan saat akhir pembelajaran , karena sepanjang proses belajar guru memerlukan gambaran tentang perkembangan belajar anak , maka asesmen bisa juga dilakukan bersamaan dengan pembelajaran.
3. PENGUKURAN
Berikut pandangan beberapa ahli tentang pengukuran :
- Menurut Endang Purwanti (2008:4) pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
- Hopkins dan Antes (1990) mengartikan pengukuran sebagai “suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri tentang suatu objek, orang atau peristiwa.
- Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. Pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli.
- Menurut Wiersma & Jurs (1990) pengukuran adalah penilaian numerik pada fakta-fakta dari objek yang hendak diukur menurut kriteria atau satuan-satuan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta secara kuantitatif dengan cara membandingkan objek dengan satuan ukuran standar yang disesuaikan sesuai dengan objek yang akan diukur.
4. EVALUASI
Berikut pandangan beberapa ahli tentang evaluasi  :
-Menurut Zainul dan Nasution (2001) evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
-Sementara evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen.
-Cronbach (dalam Harris, 1985) menyatakan bahwa evaluasi merupakan pemeriksaan yang sistematis terhadap segala peristiwa yang terjadi sebagai akibat dilaksanakannya suatu program. -Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
-Suharsimi Arikunto (2003) menjelaskan, evaluasi merupakan serangkaian kegiatan atau aktivitas yang bertujuan untuk dapat mengukur tingkat keberhasilan pada suatu program pendidikan.
- Menurut Roijakkers (1988:115), evaluasi adalah suatu kegiatan yang pada tahap tertentu seseorang dipaksa berpikir sendiri secara kreatif untuk memecahkan masalah, menemukan hal-hal baru, dan menjadi yang paling baru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai pencapaian dari sebuah pembelajaran.
ILUSTRASI