Mohon tunggu...
Amaliah AlindaSartika
Amaliah AlindaSartika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang senang mempelajari sesuatu yang menarik minatnya, atau sesuatu yang mengharuskannya untuk belajar. Orang yang tepat waktu dan tidak suka menumpuk pekerjaan, terutama pekerjaan yang penting dan harus segera diselesaikan. Memiliki ketertarikan pada bidang Public Relations, Marketing Communication, Digital Marketing & copywriting.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tiga Media Massa Sebagai Sarana Komunikasi Antarbudaya di Era Digital: Film, Media Sosial, dan Platform Berita Online

5 Desember 2024   20:17 Diperbarui: 9 Desember 2024   05:16 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Dampak negatif komunikasi antar budaya melalui media massa adalah munculnya Stereotip negatif terhadap suatu Budaya, media sering kali menyederhanakan atau menggeneralisasi budaya tertentu, dan kita sebagai penikmatnya juga terkadang tidak benar-benar mencerna informasi yang kita dapat. Hal ini dapat memperkuat stereotip negatif dan memberikan gambaran yang tidak akurat tentang kelompok tertentu. Misalnya, penggambaran orang India di media sosial memiliki stereotip negatif, orang India dilabeli sebagai orang-orang yang jorok, kotor tidak dapat menjaga kebersihan, karena banyaknya konten yang beredar di media sosial memperlihatkan proses pembuatan streetfood di India yang dianggap tidak memenuhi standar kebersihan.

Selain itu dampak negatif lainnya adalah masuknya budaya luar yang menggantikan budaya lokal, contohnya budaya Korea yang masuk ke Indonesia fenomena budaya Korea adalah contoh yang nyata, dengan popularitas K-Pop, drama Korea, dan tren gaya hidup Korea, semakin banyak masyarakat yang mengadopsi gaya busana, makanan, dan bahasa Korea. Sampai-sampai muncul "kebaya korean style". Hal ini dapat menimbulkan tantangan bagi kelestarian budaya lokal, karena anak muda lebih tertarik mengikuti budaya luar dibandingkan memperkuat budaya asli mereka sendiri. Selain itu, kemudahan akses ke budaya luar melalui platform seperti TikTok dan Instagram sering kali mengubah pola  pikir generasi muda dan menganggap budaya lokal kurang menarik atau ketinggalan zaman. Akibatnya, budaya asing bisa menjadi lebih mendominasi dan menggeser identitas budaya lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun