Beberapa kalangan umat Hindu mempercayai, bahwa para Dewa mendiami Maha Meru, puncak Semeru. Kemudian baru menyusul Gunung Agung (Bali) dan replica Semeru, Gunung Penanggungan (Jatim). Karenanya, umat Hindu-Bali dan juga Jawa, membangun sebuah Pura di Candipuro untuk lokasi bersemedi disana.
Saya pernah meliput erupsi besar Semeru untuk suratkabar 'Sinar Harapan' (Jakarta; 1986 mati dibredel pemerintahan Suharto) Desember 1977-an ketika untuk pertamakali lahar panas yang mendingin bervolume vulkanik 6,4 juta m3 meluncur sejauh lk. 10 km memasuki sungai Besuk Kembar lalu Besuk Kobokan.Â
Sungai-sungai itu dipenuhi pasir lahar dingin, namun menghancurkan desa dimuara sungai itu. Puluhan jiwa melayang. Sebagian terbawa aliran lahar ke Samodera Hindia.Â
Karena besarnya bencana tersebut, Presiden Suharto memerlukan meninjaunya lewat Lumajang. Sejak itu Semeru selalu erupsi pada 1978-1989.Â
Kemudiannya, Â sungai itu dijadikan lahan penambangan pasir yang berkualitas baik. Ratusan truk mondar-mandir dijalan raya antara Lumajang hingga Probolinggo, dan menjadikan jalan itu banyak yang rusak.Â
Meskipun beberapa kali terkadang banjir bandang muncul dan beberapa kali ada truk yang hanyut, tetapi tambang pasir itu berjalan terus. Dengan erupsi Semeru sekarang, pasir itu menumpuk memenuhi kedalaman sungai dan meluber ke pedesaan.  Entah darimana penambangan pasir  bakal dimulai lagi.Â
Untuk 'menambang' pasir didusun atau desa yang terendam pasir saja barangkali butuh ratusan truk dan waktu berbulan-bulan. Antaralain membebaskan truk penambang yang sedang parkir didusun Renteng dari timbunan pasir setinggi 4 meter. Apalagi kalau menambang lagi disungai yang sudah penuh material lahar. Â Â
Masih perlu dipertanyakan, apakah dusun atau desa yang kini tertimbun pasir lahar dingin itu akan didiami kembali? Sebab, Semeru sudah menemukan jalur baru untuk lahar panas atau dinginnya. Kalau kelak akan erupsi lagi, sudah pasrti akan melewati juga jalur baru itu. Berarti lewat dusun/desa yang kini dijadikan jalur baru laharnya. Yang pasti, Semeru pasti bererupsi lagi.Duh, Sang Maha Meru
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H