Hujan lebat dan angin kencang malam dan pagi 4 Desember lalu tidak dinyana-nyana menjengkelkan penunggu Maha Meru, ialah puncak Gunung Semeru. Pada pukul 14.47 WIB, Semeru yang 'kekenyangan' air asal hujan itu memuntahkannya berupa erupsi lahar panas dan lahar dingin (yang masih panas). Â
Berton-ton isi bumi berupa pasir dan batu-batu besar meluncur melalui jalur lahar dingin  terdahulu, memasuki sungai Besuk Kobokan. Sungai berkedalaman 6-7 meter yang memendam pasir  dan batu-batu besar itu segera penuh.Â
Aliran awan dingin sekarang harus mencari jalur baru memasuki perkampungan dan pedesaan kecamatan, Candipuro dan Pronojiwo, dan beberapa desa di 6 kecamatan lainnya dikabupaten Lumajang (Jawa Timur). Lokasi mereka dijalur jalan-raya selatan Jawa yang menghubungkan kabupaten Malang dengan Lumajang.Â
Sehingga ketika jembatan  (disebut 'Gladak Perak') putus dihantam banjir lahar, putus pula jalur selatan Jawa itu.  Erupsi kali ini lebih besar dibanding erupsi-erupsi sebelumnya.
Tercatat 14 penduduk tewas, 56 luka parah dan ringan (terbanyak luka bakar), beberapa orang masih belum ditemukan, 2950 rumah rusak dan sekitar 1300 orang mengungsi, meski banyak  kembali kedesa masing-masing meski situasi masih berbahaya.Â
Belum lagi  kerusakan pada Sekolah Dasar seperti 17 di Candipuro, 22 di Pronojiwo  Desa-desa yang ditimpuk pasir lahar dingin itu benar-benar parah. Salah satu contoh dusun (kampung)  Renteng, Candipuro, ditimpuk pasir tinggi hingga 4 meter dan menenggelamkan rumah-rumah. Tinggal nampak atapnya. Termasuk  bagian atap beberapa truk dan mobil lainnya yang sedang parkir disitu.
Pemerintah dari kabupaten hingga provinsi Jatim dan Pusat serta dari TNI-AD cepat tanggap. Presiden Jokowi meninggalkan kesibukannya di Jakarta/Bogor meninjau lokasi banjir. Demikian juga Menteri Sosial Risma Trismaharani , Panglima TNI Jenderal  Andika Prakoso, kepala BNPB Pusat Suharyanto berada disana.Â
Sedangkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa harus berkantor di Kantor Bupati Lumajang mengkordinir dan mengamati proses tanggap darurat yang dilangsungkan. Tanggap darurat bencana erupsi Semeru itu tidak cukup sebagaimana ditentukan peraturan, yakni sekitar belasan hari. Tetapi menurut Gubernur itu, bisa makan waktu 5-6 bulan!.
Setiap gunung berapi punya ciri sendiri-sendiri. Ada yang memperkirakan, Semeru erupsi setiap dua-tiga tahun sekali. Bagi yang percaya, tiap gunung punya ciri masing-masing, seperti halnya gunung-gunung berapi dipulau Jawa, yakni Tangkuban Parahu (Jabar), Merapi (Jateng), Lawu (Jateng/Jatim), Kelud (Jatim) dan Semeru/Bromo (Jatim).Â