Â
kegiatan di bidang pertanian tentunya tidak terlepas dari upaya peningkatan produktivitas sumber daya tanah dan tanaman, diantaranya melalui penggunaan bahan-bahan agrokimia tersebut. Penggunaan pupuk dan pestisida engan takaran tinggi sering kali digunakan para petani sayuran seperti kentang, tomat, cabai, wortel, kubis. Praktek budidaya pertanian seperti ini tentu dapat menyebabkan tercemarnya tanah, air tanah, dan tanaman, bahkan lebih luas lagi yaitu dapat mencemari badan air atau sungai.
Â
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut sebaik-nya dimulai dari pengkajian sumber pencemar seperti pestisida, dan pupuk yang sumber bahan bakunya dapat mengandung unsur-unsur atau senyawa berbahaya. Penggunaan pestisida menyisakan residu yang berbahaya di dalam tanah, air, dan tanaman, terutama pestisida dari golongan senyawa organoklorin. Beberapa sumber pupuk P (fosfat) diketahui mengandung logam berat/B3, yang dapat mencemari tanah, air, dan hasil/produk pertanian. Penggunaan pupuk N pada budidaya kentang ada yang memberikan Urea dalam takaran mencapai 1 t/ha, sehingga dapat menyebabkan pencemaran tanah, dan air, serta badan air/sungai. Penggunaan  kedaua jenis pupuk pupuk dan pestisida seperti ini perlu dihindari atau takarannya tidak melebihi ketentuan umum yang berlaku, atau menggunakan bahan-bahan/sumber lain yang ramah lingkungan sebagai alternatif.
Â
untuk penanggulangan pencemaran akibat penggunaan pupuk nitrogen dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi pemberian pupuk, yaitu pupuk dibenamkan ke lapisan reduksi pemupukan sesuai status hara tanah, penggunaan penghambat nitrifikasi, dan penggunaan varietas tanaman dengan efisiensi nitrogen tinggi. Untuk mengatasi permasalahan residu pestisida di dalam tanah dan tanaman dapat dilakukan dengan cara remediasi (bioremediasi, fito-remediasi), penerapan budidaya pertanian yang baik dan sehat engendalian hama terpadu, penggunaan bioinsektisida, pengendalian residu pestisida secara fisik (pencucian, pemanasan), dan teknologi arang aktif.
Â
Â
Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca
Â
Gas rumah kaca adalah salah satu diantara penyebab kerusakan lingkungan yang sangat diperhatikan oleh dunia. Gas rumah kaca pada dasar bukanlah aspek  pencemar, melainkan gas-gas yang buang  ke lapisan atmosfer. Kegiatan pertanian dapat menimbulkan emisi CO2, CH4, dan N2O, sehingga dalam kondisi suhu yang tinggi, tingkat GRK yang berlebihan di atmosfer dapat menyebabkan efek rumah kaca. Pada awal CO2 di atmosfer masih rendah tetapi seiring perkebangan teknologi maka CO2 atmosfir juga meningkat . Peningkatan  CO2 tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antara besarnya sumber emisi dan daya merosotnya . Pada dasarnya kita ketahui CO2 digunakan dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat, namun akibat cepatnya perkembangan industri, tingginya pemakaian bahan bakar fosil dan tingkat penebangan hutan menyebabkan emisi CO2 lebih besar dibandingkan kebutuhan tumbuhan dalam proses fotosintesinya.[3]