Tentunya itu menjadi sesuatu yang membingungkan karena itu sudah merupakan hal yang biasa dilakukan petani di Indonesia bahkan sudah sering dijual di pasar.Â
Melihat dari segi keuntungan dan kerugian, kita melihat Jepang melakukan hal tersebut tentunya tidak berdampak apa-apa bagi Indonesia karena tidak mengurangi jumlah pohon yang dimiliki Indonesia.Â
Tapi dari sisi lain hal tersebut merugikan Indonesia karena berpengaruh pada ekonomi Indonesia yang tersaingi dengan Jepang. Apalagi Jepang sudah dikenal sebagai negara yang maju jadi tidak sulit bagi Jepang menyaingi Indonesia.Â
Dari contoh kasus ini juga dapat ditemukan keuntunganya bagi Indonesia, tergantung apakah Jepang akan bersikap sportif atau tidak dengan mengakui sumber daya alam yang digunakan berasal dari Indonesia dengan memberi istilah khusus untuk pohon tersebut atau apa yang dihasilkan dari pohon tersebut di Indonesia ada jeruk mandarin dari China yang sebenarnya nama itu hanyalah istilah untuk jeruk yang di impor dari China.Â
Dengan Jepang mengakui hal tersebut, nama Indonesia menjadi semakin terkenal di dunia khususnya dalam bidang ekonomi.Â
Lalu apakah teknik kultur jaringan ini masih pantas diberlakukan?
 Tentunya pantas demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ekonomi negara dalam bidang pertanian. Yang menjadi persoalan adalah penerapannya, tergantung pada pihak yang menggunakannya.
Bisa saja pihak yang menggunakan kultur jaringan dengan cara yang keliru seperti contoh kasus diatas dan ada juga pihak yang menggunakannya apa adanya tanpa merugikan pihak lainnya.Â
Dari pembahasan diatas, saya menyimpulkan bahwa teknik totipotensi merupakan teknik yang sangat menguntungkan dalam bidang pertanian yang juga mempengaruhi aspek-aspek lainnya. Yang tentunya harus diterapkan sebijaksana mungkin dalam penerapannya. Jangan sampai teknik ini menguntungkan pihak satunya tapi menyebabkan kerugian yang besar bagi pihak lainnya.Â
Akan tetapi meskipun begitu memuaskan, teknik totipotensi kultur jaringan ini masih perlu dikembangkan karena saat ini teknik tersebut masih cukup rumit untuk dilakukan, selain rumit teknik ini juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan membutuhkan orang yang ahli dan tentunya sistem dikembangkan dengan pemikiran yang detail melihat perkembangan zaman dan perkiraan kedepannya hal ini dikarenakan jumlah populasi pepohonan di dunia juga semakin menurun apalagi di zaman milineal ini penurunan populasi terbilang cukup drastis dilihat juga dari kebakaran besar yang sering terjadi berpengaruh pada iklim di dunia dan pemanasan global, serta makhluk hidup lainnya juga seperti pengalaman menyedihkan di Indonesia dimana hutan di Kalimantan mengalami kebakaran besar yang menyebabkan berkurangnya habitat orangutan di Indonesia.Â
Dari artikel yang saya buat ini, saya harap artikel ini dapat menambah wawasan para pembaca sekalian. Serta segala kritikan dan komentar yang diberikan menjadi sebuah masukan bagi saya untuk makin berkembang dalam menulis artikel di kemudian harinya.Â