Mohon tunggu...
AMADEO LEMUEL
AMADEO LEMUEL Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya merupakan mahasiswa S1 Universitas Airlangga Program Studi Teknik Industri

Saya adalah pribadi yang senang berpetualang. Menemukan pelajaran baru bagi saya seperti menemukan harta karun, begitu indah dan berharga.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Totipotensi Kultur Jaringan: Cara Halus Melakukan Pencurian

16 Juni 2022   13:25 Diperbarui: 16 Juni 2022   13:38 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Melakukan kultur jaringan bukanlah sesuatu yang mudah dan butuh tahapan-tahapan untuk mendapatkan hasil yang baik dan sesuai harapan. Tahapan-tahapan itu yang pertama yaitu media, dalam menanam tanaman pastinya membutuhkan media tanam dan media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan digunakan. 

Media yang digunakan pada umumnya adalah vitamin, garam mineral, dan hormon. Diperlukan juga bahan seperti agar, gula, dan lain-lain sebagai tambahan. Hormon atau zat pengatur tumbuh yang digunakan juga tergantung pada tujuan kultur jaringan. 

Media yang sudah jadi mula-mula dipanaskan terlebih dahulu dengan autoklaf sebelum nantinya ditempatkan pada tabung reaksi atau tabung-tabung kaca. 

Kedua adalah intisiasi, yaitu pengambilan eksplan dari bagian-bagian yang dikulturkan, terutama pada bagian tunas. Jaringan yang digunakan ada yang jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Dan ada juga yang menggunakan jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. 

Ketiga adalah sterilisasi yaitu dengan menggunakan alat-alat yang steril dan tidak terkontamidasi dengan zat lainnya. 

Keempat adalah multiplikasi atau kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. 

Kelima adalah pengakaran dimana eksplan akan menunjukan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan sebaiknya dilakukan dalam kurun waktu yang dekat atau tiap harinya.

Yang terakhir adalah aklimatisasi dengan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan hati-hati agar tidak merusak hasil eksplan dan dilakukan penjagaan dengan menutupinya dengan sungkup sampai tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya.

 Lalu apa peran Totipotensi dalam kultur jaringan? 

Teori Totipotensi dikembangkan oleh seorang ahli fisiologi dari Jerman yang bernama Gottlieb Haberlandt pada tahun 1898 yang sebelumnya sudah dikemukakan oleh Schwann dan Schleiden pada tahun 1838 dengan menyatakan bahwa sel-sel bersifat otonom atau bebas sehingga dapat beregenerasi tanaman lengkap, hal inilah yang menjadi dasar penelitian lebih lanjut oleh Haberlandt. 

Sayangnya pada tahun 1902 percobaannya mengalami kegagalan karena penggunaan medium tanam yang tidak ditambahkan zat pengatur tumbuh (hormon), penelitiannya tetap berhasil membantu peneliti untuk lebih mengembangkannya hingga pada tahun 1907-1909 pertengahan Harrison, Burrows, dan Carrel berhasil mengkulturkan jaringan hewan dan manusia dengan secara in vitro atau eksperimen yang tersirat pada jaringan luar organisme hidup. Hal inilah yang mendasari terbentuknya teknik kultur jaringan.

Adapun percobaan sekaligus pembuktian yang dilakukan oleh F. C. Steward tahun 1969 pada tanaman wortel dengan totipotensi sel akan terbentuk individu baru yang menempuh beberapa tahapan yaitu pada bagian-bagian tumbuhan jaringan floem akar pada tanaman wortel yang kemudian dipotong kecil-kecil masing-masing 2 mg lalu ditumbuhkan dengan menggunakan media bernutrien. 

Ketika sel-sel mengalami pembelahan, maka akan terbentuk kalus. Kalus kemudian dipisahkan ke dalam media nutrisi. Lalu kalus tersebut membelah diri kemudian membentuk embrio. Akhirnya terbentuklah tanaman baru. 

Adapun kalus adalah suatu kumpulan sel yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang membelah secara terus menerus namun belum terdiferensiasi. Sehingga berdasarkan definisi mengenai totipotensi tadi kita dapat menyimpulkan peran totipotensi dalam kultur jaringan yaitu sebagai prinsip dasar dalam melakukan kultur jaringan. Tanpa organisme yang bersifat totipotensi, kultur jaringan tidak dapat dilakukan.

Apakah mengambil jaringan sel yang bersifat totipotensi tanpa izin merupakan suatu pencurian?

Contohnya saja negara Jepang yang kaya akan orang-orang yang jenius. Mereka bisa saja melakukan penelitian di hutan Indonesia dengan mengambil jaringan sel dari pohon tersebut yang lalu di dilakukan kultur jaringan di Jepang lalu tumbuh dan berkembang dengan jumlah yang banyak disana dan menjadi keuntungan bagi Jepang dalam hal ekonomi. 

Apakah itu merupakan tindakan melanggar hukum sebagai kasus pencurian sumber daya genetik? 

Berdasarkan pasal 363 KUHP yang berbunyi "Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah." dan juga Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat". 

Dari pasal diatas maka diketahui bahwa semua keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia sepenuhnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Dari pasal tersebut juga saya berpendapat bahwa Jepang telah melanggar hukum karena mencuri harta kekayaan milik negara atau SDA negara dalam bentuk genetik. 

Masalah ini sama saja dengan kasus pencurian ikan yang melanggar laut teritorial atau mengambil ikan tanpa ada SIPI maupun SIKPI. Dalam maupun luar negeri diberikan sanksi yang sama salah satunya adalah menenggelamkan kapal pencuri. 

Sama halnya dengan Jepang yang menggunakan izin melakukan penelitian akan tetapi malahan menjadikan itu sebagai peluang bagi Jepang untuk mencuri SDG (Sumber Daya Genetik) Indonesia. 

Meskipun begitu, ada juga hal yang menjadi bahan pertimbangan seperti contohnya seorang petani yang menanam jeruk mandarin atau jeruk boci, dengan mengambil biji dari jeruk mandarin lalu ditanam kembali menjadi perkebunan jeruk mandarin atau mungkin tidak menggunakan biji tapi dengan kultur jaringan sebagai pohon jeruk mandarin menjadi bahan totipotensi. 

Tentunya itu menjadi sesuatu yang membingungkan karena itu sudah merupakan hal yang biasa dilakukan petani di Indonesia bahkan sudah sering dijual di pasar. 

Melihat dari segi keuntungan dan kerugian, kita melihat Jepang melakukan hal tersebut tentunya tidak berdampak apa-apa bagi Indonesia karena tidak mengurangi jumlah pohon yang dimiliki Indonesia. 

Tapi dari sisi lain hal tersebut merugikan Indonesia karena berpengaruh pada ekonomi Indonesia yang tersaingi dengan Jepang. Apalagi Jepang sudah dikenal sebagai negara yang maju jadi tidak sulit bagi Jepang menyaingi Indonesia. 

Dari contoh kasus ini juga dapat ditemukan keuntunganya bagi Indonesia, tergantung apakah Jepang akan bersikap sportif atau tidak dengan mengakui sumber daya alam yang digunakan berasal dari Indonesia dengan memberi istilah khusus untuk pohon tersebut atau apa yang dihasilkan dari pohon tersebut di Indonesia ada jeruk mandarin dari China yang sebenarnya nama itu hanyalah istilah untuk jeruk yang di impor dari China. 

Dengan Jepang mengakui hal tersebut, nama Indonesia menjadi semakin terkenal di dunia khususnya dalam bidang ekonomi. 

Lalu apakah teknik kultur jaringan ini masih pantas diberlakukan?

 Tentunya pantas demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ekonomi negara dalam bidang pertanian. Yang menjadi persoalan adalah penerapannya, tergantung pada pihak yang menggunakannya.

Bisa saja pihak yang menggunakan kultur jaringan dengan cara yang keliru seperti contoh kasus diatas dan ada juga pihak yang menggunakannya apa adanya tanpa merugikan pihak lainnya. 

Dari pembahasan diatas, saya menyimpulkan bahwa teknik totipotensi merupakan teknik yang sangat menguntungkan dalam bidang pertanian yang juga mempengaruhi aspek-aspek lainnya. Yang tentunya harus diterapkan sebijaksana mungkin dalam penerapannya. Jangan sampai teknik ini menguntungkan pihak satunya tapi menyebabkan kerugian yang besar bagi pihak lainnya. 

Akan tetapi meskipun begitu memuaskan, teknik totipotensi kultur jaringan ini masih perlu dikembangkan karena saat ini teknik tersebut masih cukup rumit untuk dilakukan, selain rumit teknik ini juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan membutuhkan orang yang ahli dan tentunya sistem dikembangkan dengan pemikiran yang detail melihat perkembangan zaman dan perkiraan kedepannya hal ini dikarenakan jumlah populasi pepohonan di dunia juga semakin menurun apalagi di zaman milineal ini penurunan populasi terbilang cukup drastis dilihat juga dari kebakaran besar yang sering terjadi berpengaruh pada iklim di dunia dan pemanasan global, serta makhluk hidup lainnya juga seperti pengalaman menyedihkan di Indonesia dimana hutan di Kalimantan mengalami kebakaran besar yang menyebabkan berkurangnya habitat orangutan di Indonesia. 

Dari artikel yang saya buat ini, saya harap artikel ini dapat menambah wawasan para pembaca sekalian. Serta segala kritikan dan komentar yang diberikan menjadi sebuah masukan bagi saya untuk makin berkembang dalam menulis artikel di kemudian harinya. 

Mohon contoh kasus yang saya ajukan pada artikel ini menjadi sesuatu yang menambah wawasan pengetahuan bukan menjadi perdebatan yang tidak ada hubungannya dengan apa dibahas di artikel ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun