Paleleh -- Di tengah suasana gegap gempita menyambut Asian Games 2018 di Jakarta -- Palembang, rakyat Indonesia akan kembali disibukkan dengan Pertemuan Tahunan (Annual Meetings -- AM) Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (WB) di Bali dua bulan mendatang. Acara ini tentu tidak kalah bergengsi dari ajang olahraga se-Asia di atas dan juga banyak sekali potensi yang bisa diraih melalui pertemuan ini, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertanyaannya adalah, apakah potensi ekonomi ini dirasakan secara merata di seluruh tanah air? Apakah kemajuan ekonomi yang didambakan ini bisa stabil atau sustainable?
Indonesia di Mata Dunia
Nama Indonesia mungkin sebenarnya sudah tidak begitu asing lagi di telinga masyarakat dunia. Adilnya berita yang tersebar, baik dari sisi positif maupun negatif, telah memperkenalkan nama Indonesia secara global. Sisi positif seperti pariwisata dan sisi negatif yang mencakup bencana alam dan kasus-kasus terorisme yang pernah terjadi. Namun kita tidak perlu berkecil hati karena kita bisa melihat bagaimana Indonesia telah perlahan bergerak ke arah yang lebih baik dan belajar dari sejarah.
Kerja keras ini pun membuahkan hasil ketika kita bisa mendapatkan kepercayaan untuk menjadi pusat lampu sorot dunia Oktober mendatang ini. Pertemuan Tahunan IMF dan WB yang akan diselenggarakan di Bali, Indonesia bak pembuktian bahwa Indonesia sudah melewati masa-masa kelamnya dan telah tumbuh dewasa melalui pembentukan kebangsaan ini.
Pertemuan terbesar dalam kancah ekonomi dunia ini dipercaya akan bisa melambungkan pendapatan negara melalui kedatangan 15.000 delegasi dari 189 negara. Berbagai sektor telah melakukan persiapan matang untuk memastikan kelancaran acara ini. Kerjasama antar instansi baik tim pelaksana, bagian infrastruktur, perhotelan bahkan media terlihat semakin bersinergi mendekati momen bersejarah ini. Sungguh suatu kesempatan langka untuk bisa memperkenalkan Indonesia secara langsung dan kita tentu tidak akan menyia-nyiakannya.
Potensi Ekonomi dan Kelemahan dari AM IMF-WB 2018
Perhelatan akbar ini diharapkan akan membawa dampak positif bagi ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang signifikan menjadi salah satu target atas terlaksananya acara ini. Seturut definisi dasar pertumbuhan ekonomi atau economic growth, acara ini diprediksikan akan membawa kenaikan kapasitas produksi barang dan jasa (goods and services production).Â
Nantinya, pada saat para delegasi menginjakkan kaki di Pulau Dewata, mereka akan membutuhkan akomodasi, transportasi, makanan, paket wisata, dan bahkan membeli buah tangan khas Indonesia di sini. Semua ini tentu saja akan menggenjot produksi dari sektor UMKM yang nantinya akan mengangkat pendapatan masyarakat sekitar.Â
Tidak hanya itu, akselerasi proyek infrasturktur seperti Apron Bandara Ngurah Rai, Underpass Ngurah Rai, Patung GWK serta Pelabuhan Benoa (Tanjung Benoa Cruise Terminal) telah menjadi contoh nyata dari dampak positif adanya pertemuan tahunan ini, dan diprediksi akan memperluas lingkup kemajuan ekonomi dikarenakan hal ini akan menjadi daya tarik bagi para calon penanam modal di Indonesia.
Sampai di sini, kita melihat betapa acara ini secara keseluruhan akan berdampak baik bagi Indonesia. Akan tetapi, Indonesia bagian mana yang selama ini kita bincangkan? Bukankah sepertinya kebanyakan dari keuntungan ini akan dirasakan secara langsung oleh Bali saja? Pantaskah jika nantinya Papua, Sulawesi atau Maluku merasa jealous dengan kemajuan yang Bali nikmati? Tidak hanya itu.Â
Ketika kita berbicara tentang memanfaatkan momentum ini, mampukah kita mempertahankan pesatnya pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi di akhir tahun 2018 ini untuk sepuluh tahun kedepan? Ataukan semua ini hanya letupan euforia yang lambat laun akan melempem seiring berjalannya waktu? Dua hal yang ingin kita lihat dari kerja keras yang telah dilakukan untuk acara besar ini adalah dampak yang bisa dikecap secara lebih merata dan bisa dinikmati di masa yang akan datang juga.
Dampak Ekonomi yang Merata
Seperti dilansir dari akun media sosial AM IMF-WB, tercatat bahwa akan hadir juga sekitar 1000 perwakilan media yang akan meliput kegiatan para delegasi. Melalui ini, Indonesia akan mendapatkan eksposur mancanegara besar-besaran. Kabar baiknya adalah, di saat Bali yang saat ini sudah dikenal baik secara internasional, pemerintah juga berusaha untuk mendongkrak daerah lain untuk lebih menarik wisatawan asing. Untuk saat ini, "fokus eksposur wisata meliputi Lombok, Komodo -- Flores, Sumba, Yogyakarta, Tanah Toraja, Danau Toba dan Banyuwangi" (@am2018bali) yang juga dikemas dalam Wonderful Journey Packages. Ini menunjukan bahwa banyak daerah lain yang akan ikut merasakan dampak positif dalam ekonomi mereka (walau belum ekstensif hingga ke Sulawesi Utara, Kalimantan maupun Papua).Â
Daerah yang menjadi fokus ini tentu saja sangat beruntung karena mereka juga mendapatkan kesempatan memiliki kemajuan pembangunan infrastruktur yang pesat. Dibangunnya infrastruktur penunjang pariwisata seperti pengembangan Bandara Banyuwangi, pembangunan hotel taraf internasional di Labuan Bajo, dan persiapan infrasturktur di destinasi lainnya, dapat menunjang kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk daerah tersebut.Â
Kita perlu berbahagia karena banyak daerah yang mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri demi menyambut acara ini, dan secara tidak langsung, rakyat Indonesialah yang akan merasakan buah dari pekerjaan ini. Selepas acara ini, tentu saja fasilitas yang sudah dibangun akan menjadi fasilitas seluruh warga Indonesia yang nantinya bisa berkunjung ke daerah-daerah tersebut.
Terlebih dari itu, mimpi kita adalah pada kesempatan yang akan datang, pemerintah bisa memperluas kesempatan agar destinasi wisata indah lainnya di Indonesia bisa dikembangkan juga. Bukan hanya itu, di saat suatu daerah ditetapkan untuk mengemban suatu tanggung jawab besar seperti menjadi tuan rumah acara ataupun sebagai fokus dari eskposur pariwisata, kita bisa melihat bagaimana sektor-sektor yang berbeda bisa saling berkomunikasi dan berjuang demi terlaksananya acara yang mengharumkan nama Indonesia.Â
Ketika Indonesia bisa dipercaya lagi menjadi tuan rumah pagelaran dunia lainnya, harapan kita adalah suatu hari kita bisa berbangga melihat nama Gorontalo, atau Palu, bahkan Sorong menjadi pusat kegiatan, dan daerah wisata seperti Lilito, Pulau Raja, Buol dan Toli-toli bisa mendapat perhatian lebih dari segi infrastuktur.Â
Di saat yang sama, hal pertama yang bisa dibenahi adalah ketika kita berusaha siap sedia kapanpun acara diadakan. Ibaratnya, kita tidak hanya menyapu dan mengepel rumah ketika tamu mau mampir. Ini adalah kesempatan kita untuk berkaca dan secara perlahan di propinsi-propinsi yang jarang terpapar media, perkembangannya bisa dimulai sejak dini.Â
Hingga saat acara dalam bentuk apapun tiba, Indonesia memiliki banyak tempat yang siap menjalankan tugasnya. Dapat dipastikan dengan ini bawha kemajuan ekonomi bisa lebih luas dan adil jangkauannya.
Dampak Ekonomi yang Stabil
Ketika kita melihat peluang ekonomi dari AM IMF-WB sebagai sebuah momentum, kita seperti melihat dalam jangka waktu yang pendek atau short term impact.Â
Salah satu contoh adalah ketika keuntungan dari AM IMF-WB dilihat bertepatan dengan musim rendah wisatawan di Bali. Memang kedatangan ribuan partisipan akan mampu memberi potensi penerimaan devisa untuk Bali dan destinasi Wonderful Journey Packages lainnya; namun apa itu berarti hal ini akan menguntungkan hanya di saat seperti ini? Pada dasarnya, pada waktu para delegasi datang ke Indonesia, mereka akan membutuhkan akomodasi seperti hotel dan resort.Â
Sektor perhotelan ini lalu akan berkontribusi melalui pendapatan pajaknya. Satu contoh bisa kita lihat pada Desember tahun 2017 lalu, "pendapatan Pajak Hotel dan Restoran (PHR) Kabupaten Badung mencapai Rp.2,014 triliun" (@am2018bali). Jumlah ini bukanlah sebuah angka yang kecil; jika ini nantinya dimanfaatkan dalam kurun waktu jalannya acara saja, kita akan kehilangan sebuah kesempatan emas. Indonesia harus memiliki strategi agar pendapatan ini bisa sustainable sehingga ekonomi Indonesia akan menjadi semakin sehat dan berjaya.
Kestabilan dari pertumbuhan ekonomi ini bisa dijamin dari kemampuan kita untuk menarik kembali para delegasi ke Indonesia. Mereka bisa kembali sebagai wisatawan murni, yang membawa teman atau keluarganya berkunjung ke Indonesia, ataupun sebagai pemimpin perusahaan yang melihat Indonesia sebagai tempat pertemuan yang strategis dan komprehensif.Â
Inilah tugas yang sekarang kita emban -- menjadi Indonesia yang sigap dan tanggap menerima kenaikan jumlah pengunjung ke Indonesia. Ketika media pada Oktober mendatang mempromosikan Indonesia sebagai tempat bergengsi untuk pariwisata MICE atau MICE Tourism (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), Indonesia harus bisa berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan infrastruktur yang sudah dibangun. Hal ini bisa memastikan keberlanjutan arus pendatang agar perkembangan ekonomi ini tidak hanya sementara, melainkan berkepanjangan.
Permulaan untuk Berbenah
Tidaklah mudah untuk memastikan perbaikan ekonomi yang merata dan berlangsung terus-menerus. Akan tetapi, itu bukanlah hal yang mustahil. Diperlukan kerjasama yang erat antara daerah yang sudah terlebih dahulu berkembang dengan daerah yang ingin kita genjot perkembangannya, khususnya dalam infrastruktur dasar dan juga kesiapan dalam menerima tamu mancanegara (pelatihan dalam bidang jasa, bahasa asing dan lain-lain).
Terlebih dari itu, kita harus kembali melihat kepada pokok dari pertemuan tahunan ini. Berkumpulnya pimpinan negara, para gubernur bank sentral dan menteri keuangan, akademisi dan anggota parlemen adalah suatu fenomena yang langka, di mana Indonesia dapat menambah ilmu dalam menghadapi isu-isu internal dan global, serta membangun jaringan komunitas internasional untuk saling membantu.
Harapan kita adalah AM IMF-WB 2018 ini dapat menjadi sebuah permulaan bangkitnya kebanggaan berbangsa (national pride) dikarenakan keikutsertaan yang merata dari berbagai daerah di Indonesia. Terlebih dari itu, sudah sepatutnya setiap dari kita menjalankan komitmen yang riil dan konkrit berdasarkan hasil dari pertemuan tahunan ini, sehingga seluruh Indonesia bisa menikmati hasil keringatnya di tahun-tahun yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H