Mohon tunggu...
al zidni muhamad
al zidni muhamad Mohon Tunggu... Buruh - Bukan penulis

Pergi berpetualang adalah cara terbaik untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seluas Sabana

28 Agustus 2023   18:18 Diperbarui: 28 Agustus 2023   18:39 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam yang tadinya terang benderang tiba-tiba berubah, Butiran air mulai jatuh perlahan membasahi bumi. Aku masih duduk terpaku menatap hujan turun dengan tatapan kosong, akhir-akhir ini banyak sekali persoalan yang sedang aku hadapi, tapi di depan banyak orang aku berusaha selalu tersenyum seolah hidupku selalu baik-baik saja, namun di balik itu semua aku sedang sibuk berperang dengan isi kepalaku sendiri.

Tiba-tiba ada motor yang parkir depan halaman Rumah ku. Karena hujan turun dengan deras jadi tidak terlihat jelas siapa yang datang, setelah ia membuka helmnya aku baru tau

"Adit.."

Dia adalah kawanku yang sudah lama juga tidak bertemu

"Darimana dit?" Tanyaku sedikit heran

"Dari tempat saudara, waktu mau balik kejebak hujan, jadi memutuskan untuk mampir dulu di tempatmu kebetulan searah dan tidak terlalu jauh juga" jawab Adit sambil membuka jas hujannya

"Sini masuk dulu, atau barangkali mau bersih-bersih dulu ke belakang saja" ujarku

"Oke, makasih gung"

Setelah selesai bersih-bersih adit kembali ke teras depan dan berbincang-bincang denganku, karena sudah lama juga tak jumpa.

"Kebetulan sekali kamu main ke tempatku, aku sedang penat sekali, butuh kawan buat cerita" ujarku

"Cerita saja gung, tidak usah sungkan" ucap adit sembari menaruh ponselnya di atas meja

Malam itu aku menumpahkan segala persoalan yang sedang dihadapinya kepada Adit

"aku sangat paham dengan kondisimu sekarang, ku kira tidak ada salahnya sebentar saja mengambil jeda, sejenak menepi dari riuh nya isi kepala, tidak semuanya harus selesai sekarang" ucap Adit seraya menenangkan

"Kebetulan minggu depan aku ada rencana naik Gunung, kamu bagaimana? mau ikut tidak?" Tanya adit

"aku belum pernah naik Gunung, takutnya hanya merepotkan saja" jawabku dengan ragu

"tidak ada salahnya untuk mencoba hal baru bukan?" Ujar Adit meyakinkan

Setelah dibujuk, akhirnya aku menerima tawaran Adit untuk ikut pergi ke Gunung sejenak menenangkan pikiran

Minggu depan kemudian...

Malam itu aku ketempat Adit,

Kami menyiapkan alat-alat dan logistik yang akan dibawa, Air mineral juga kami bawa secukupnya, Adit bilang di atas ada sumber mata air, jadi biar tidak terlalu berat bawanya.

Pukul 22.30 kami mulai jalan menggunakan mobil sewaan, kurang lebih 4 jam perjalanan kami sampai di Basecamp. Setelah beristirahat sejenak kami segera melakukan registrasi, dan packing ulang barang-barang yang belum masuk ke tas.

Di Gunung itu cuaca dan kondisi alam tidak bisa ditebak, bisa jadi yang di bawah cerah di atas hujan badai, atau bahkan sebaliknya, tetapi yang terpenting dimanapun kita berada kita tetap menjunjung tinggi norma-norma dan etika yang berlaku, kalau masalah cuaca kita bergerak sesuai kondisi jika tidak memungkinkan, jangan kita paksakan

Jam 5 sebelum berangkat kami di briefing dulu dan tidak lupa berdoa agar selalu diberi keselamatan

Kami kemudian mulai berjalan setapak demi setapak, hamparan kebun dan ladang yang mulai tumbuh menyejukkan mata ditambah matahari pagi yang mulai muncul sinarnya, cukup untuk menghangatkan tubuh kami.

Kurang lebih 30 menit berjalan, kami memutuskan istirahat sebentar di shelter sebelum pos 1, kami minum air dan vitamin buat menjaga kondisi fisik

Setelah dirasa cukup istirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan

Sekitar pukul 09:30 kami sampai di pos 3

Adit langsung menggelar matras dan memasang fly set untuk beristirahat, sementara Aku memasang kompor portabel untuk memasak air panas.

Sebenarnya di pos 3 ini juga tersedia warung, tapi bekal yang kami bawa masih cukup jadi memutuskan untuk tidak mampir ke warung

Adit menghampiriku sambil menanyakan kondisiku

"Gimana gung? Capek?" Tanya adit

"Iya lumayan sih, tapi masih aman kok" jawabku

"Aku tidur dulu sebentar, mata sudah berat banget, nanti kalo sudah satu jam bangunin saja, biar bisa gantian istirahat" Ujar adit

"Oke nanti aku bangunin" jawabku

Setelah beristirahat dan tidur bergantian kurang lebih sekitar jam 11:40 kami melanjutkan perjalanan

"Kalau capek bilang gung, karena tracknya bakalan naik terus, usahakan jalan pelan tapi stabil biar nafas tidak terlalu terengah-engah, semakin ke atas suhu semakin rendah jangan sering berhenti juga, bahaya bisa kena hipotermia" ucap adit kembali mengingatkan

"Oke siap" jawabku

Di perjalanan menuju pos 4 kami berpapasan dengan pendaki lain yang akan turun ke bawah sambil bilang..

"Semangat kak, 5 menit lagi puncak" ucapnya santai

"Terima kasih kak infonya" jawab ku

Aku yang baru pertama kali mendengar kata-kata itu senang sekali , akhirnya sebentar lagi sampai

"Jangan dibuat serius Gung, itu hanya lelucon saja, puncak masih jauh, nikmati saja langkahmu step by step" ucap Adit sambil tertawa

Pukul 14:50 akhirnya kami sampai di pos 5, sebuah tanah lapang yang megah penuh dengan bunga Edelweis yang sedang tumbuh dan mekar

"Gila keren banget viewnya"ucapku dengan wajah terpesona

"Alhamdulillah banget dapat cuaca cerah, walaupun tadi sempat gerimis dan turun kabut"ujar Adit

Aku duduk di hamparan sabana yang luas itu sambil terus merenungi dan mengagumi ciptaan Tuhan yang maha besar itu

"Lega banget rasanya di sini, suasana yang sejuk, pemandangan indah, ditambah Oksigen yang melimpah"

"Sesekali memang kita perlu untuk merenungi alam dan ciptaan-nya yang begitu indah, dengan begitu kita akan semakin bersyukur" ujar Adit sembari duduk di sampingku

Aku jadi teringat satu kalimat indah dari Ali bin Abi Thalib, yang berbunyi begini:


"Ketika kamu ikhlas menerima semua kekecewaan dalam hidup, maka Allah akan membayar tuntas kekecewaan dengan beribu-ribu kebaikan"

Sebagai manusia biasa, kita hanya bisa berencana dan menerima segala ketetapan yang sudah digariskan untuk kita dengan lapang dada, entah itu suka maupun tidak.

Banyak tanda tanya yang bermunculan di benakmu, ketika menghadapi situasi yang tidak kamu inginkan. Itu wajar, apalagi jika awalnya kamu tidak terpikirkan akan menghadapinya. Tapi sadarilah, kalau tidak semua pertanyaan yang ada di benakmu itu perlu dijawab. Kamu hanya perlu menghadapinya, menerimanya dengan sabar dan ikhlas, dan berharap menjadi lebih baik lagi dan digantikan yang lebih baik lagi.

"Seperti Sabana ini dengan segala keindahan dan kelapangan nya , berharap hatimu bisa selapang Sabana ini yang bisa menampung segala hal baik dan buruk di dalamnya, yang bisa menampung banyak sedih dan senang, yang bisa menerima sunyi dan hampa dengan cuma-cuma."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun